Pandemi Sempat Tunda Pesparawi, Kini 8.144 Penyanyi Gereja Perebutkan Piala Presiden 

pesparawi mojok.co

Kontingen Pesparawi Nasional XIII tampil dalam pembukaan di Candi Prambanan, Senin (20/06/2022) malam.(yvesta ayu/mojok.co)

MOJOK.CO Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XIII akhirnya dibuka di Candi Prambanan, Senin (20/6/2022) malam. Selama beberapa hari kedepan para peserta akan mengikuti 12 kategori lomba untuk memperebutkan Piala Presiden.

Sebanyak 8.144 penyanyi gereja dari 34 kontingen dari seluruh propinsi di Indonesia bisa berlega hati. Cita-cita mereka untuk kembali bernyanyi dan mengagungkan Tuhan akhirnya terwujud tahun ini pada 19-26 Juni 2022.

Mereka tak datang sendiri ke DIY sebagai tuan rumah Pesparawati XIII. Para penyanyi membawa pelatih, pemain musik, bahkan keluarga besar.

Wakil Menteri Agama RI, Zainut Tauhid Sa’adi saat membuka Pesparawi Nasional XII mengungkapkan Pesparawi tak sekedar ajang lomba menyanyi lagu-lagu rohani. Namun menjadi sarana membangun kerukunan dan toleransi umat beragama di Indonesia.

“Pesparawi menjadi sarana membangun kerukunan intern umat kristiani,” ujarnya.

Sedangkan dalam konteks masyarakat majemuk, lanjut Zainut, pesparawi yang dilaksanakan secara bergantian di berbagai daerah di Indonesia memberikan sumbangsih besar dalam menumbuhkan rasa cinta, nasionalisme dan kerukunan hidup antarumat beragama di Indonesia.

Tak hanya itu, pesparawi juga menjadi salah satu implementasi landasan beragama. Sebab melalui gelaran acara tersebut, sekat-sekat dan dinding pemisah dikesampingkan dan diganti dengan tali persaudaraan Indonesia.

Keberagaman ini terwujudkan dalam penyelenggaraan pesparawi kali ini yang secara khusus digelar di kawasan Candi Prambanan. Pembukaan pesparawi di candi yang merepresentasikan Umat Hindu tersebut menandakan tidak adanya sekat dan dinding pemisah antarumat beragama.

“Sebaliknya justru membangun jembatan yang menghubungkan  umat beragama yang dilandasi sikap saling menghormati dan memuliakan. Pondasi beragama merupakan langkah besar untuk menumbuhkan toleransi umat beragama,” tandasnya.

Sementara Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menjelaskan, paduan suara tak sekedar tentang indah merdu suara. Lebih dari itu, diperlukan keselarasan dan kesadaran untuk saling mengisi demi mencapai performa terbaiknya.

Karenanya Sultan berharap kehadiran para peserta pesparawi yang bertema ‘Harmony in Diversity’ tersebut akan memancarkan energi positif, dalam bingkai sportivitas dan saling mengapresiasi. Dengan demikian bangsa ini dapat membangun peradaban bangsa dan negara dengan indahnya warna-warni toleransi.

“Apabila dimaknai secara filsafati, paduan suara selaras dengan ajaran moral khas Jogja, yaitu sawiji greget, sengguh, ora mingkuh. Kearifan lokal ini lahir dari buah pikir Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang juga peletak dasar Kasultanan Ngayogyakarta,” paparnya.

Penyelenggaraan lomba Pesparawi tersebar di empat lokasi. Yaitu Graha Sabha Pramana UGM, Auditorium UNY, Auditorium Drikarya Universitas Sanata Dharma, dan Auditorium Institut Seni Indonesia (ISI).

Pesparawi pertama kali diadakan pada 1986 dan merupakan acara rutin yang digelar dalam tiga tahun sekali. Pada gelaran yang ke-XIII ini seharusnya diadakan pada 2021, namun harus ditunda hingga tahun ini karena pandemi COVID-19.

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Viral di Sosmed, UTBK di UPN “Veteran” Bocor, Pelaku Ditangkap dan kabar terbaru lainnya di rubrik KILAS

 

Exit mobile version