Festival Gotong Royong yang kini menjadi Festival Lorong merupakan festival kecil yang diselenggarakan Galeri Lorong dan direncanakan berlangsung rutin tahunan.
Festival ini diberlangsungkan di area komplek Galeri Lorong, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, dengan durasi acara yang fleksibel. Temanya pun menyesuaikan konteks isu kekinian yang tengah berkembang.
Festival Lorong: bermula dari wabah
Festival Lorong pertama kali diadakan di pertengahan 2021, sebagai upaya menggeliatkan kehidupan seni dan budaya di tengah pembatasan pandemi Covid-19. Saat itu namanya masih Festival Gotong Royong.
Festival kedua berlangsung di akhir tahun 2023, juga dengan nama Festival Gotong Royong. Kemudian di tahun 2024 ini, Festival Gotong Royong berubah nama menjad Festival Lorong.
Edisi ketiga tahun 2024 ini mengangkat judul “Connectivity”, diambil dari tema The Sustainability of Connectivity with Harmony and Synergy.
Sesuai jadwal, festival tersebut akan berlangsung pada 13-15 Desember 2024 di Kompleks Galeri Lorong.
Festival Lorong 3: Merespons kekerasan dan dehumanisasi
Meski berganti nama (dari Festival Gotong Royong menjadi Festival Lorong), tapi gotong royong tetap menjadi semangat dari pelaksanaan FesLor 3.
“Di tahun ini, kita kembali beraktivitas normal sepenuhnya setelah masa pandemi Covid-19 berlangsung selama empat tahun. Keterhubungan menjadi hal penting untuk dihidupkan setelah berjarak satu sama lain sejak pertengahan 2019 hingga pertengahan 2023,” ujar Octalyna Puspa Wardany selaku General Manager dan kurator Galeri Lorong yang menjadi ketua tim kerja Festival Lorong (FesLor) 3.
Keberlanjutan hubungan tersebut, lanjut Octalyna, kemudian mencoba merespons berbagai persoalan sosial yang makin sarat dengan kekerasan dan dehumanisasi. Baik dalam skala lokal, nasional, hingga internasional.
Sebut saja perundungan anak, klitih di Jogja, pemerkosaan dan kekerasan seksual, pembunuhan, bunuh diri, penggusuran, hingga genosida bangsa.
“Keberlanjutan hubungan perlu pula memperhatikan aspek-aspek harmonisasi dan sinergi yang tak melulu berkait dengan kapital, keuntungan, dan materialitas dalam konsep buying and getting,” kata Octalyna.
Yang seharusnya terjadi, bagi Octalyna, adalah keberlanjutan hubungan secara harmonis dan sinergis kemudian menjadi perilaku hidup keseharian untuk bertumbuh dan maju bersama.
Terhubung satu sama lain
Festival Lorong 3 juga menggelar lapak pangan, seni dan kerajinan, berbagai workshop, serta pertunjukan seni dan sastra lintas bidang. Jadwal dan rincian lain dari rangakaian acara bisa dicek di sini.
Berbagai pihak yang terlibat merupakan kawan-kawan yang pernah dan sedang menjalin kerja sama dengan Galeri Lorong maupun berbagai komunitas dan lembaga di lingkungan Lorong, yaitu Saorsa Selatan Café, Oneiros Atelier, dan Lorong Homestay. Warga sekitar pun turut dilibatkan dalam festival ini.
“Selain menjadi ajang bergembira dan perayaan bersama, festival yang menutup rangkaian kerja bersama selama satu tahun di 2024 ini juga dapat menjadi wadah yang menyambungkan berbagai pihak, sehingga menumbuhkan berbagai kemungkinkan kerja sama berikutnya,” pungkas Octalyna. (Advertorial)
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News