Akan selalu ada hal yang bisa diingat dari empat sosok gubernur dan wakil gubernur sebelum dan sesudah Pilkada Jakarta 2017 lalu: Ahok, Djarot, Anies, dan Sandi.
Orang-orang akan mengingat Ahok atas ucapan-ucapan kasarnya (dari bajingan sampai pemahaman nenek lu), mengingat Djarot atas … yah, mungkin kumis tebalnya (yang jenisnya satu aliran sama kumisnya Roy Suryo dan Andi Mallarangeng), mengingat Anies atas untaian kata-kata mutiaranya (Masak aeeer, biar mateng. Dipuji tak terbang, dicaci tak tumbang), dan untuk Sandi, orang-orang boleh jadi mengingatnya atas segala gimmick-nya (Sandiaga “numero” Uno gitu loh).
Yang disebut terakhir tentu bukan sekadar omong kosong, dan itu yang akan kita bahas.
Diakui atau tidak, Sandiaga Uno memanglah sosok yang pintar membangun interaksi. Tak hanya kaya akan uang, ia juga kaya akan gimmick. Resep itulah yang pada saat kampanye dulu kelak ikut mengantarkannya memenangi pilkada Jakarta bersama pasangannya, Anies Baswedan.
Kita tentu masih sangat ingat, bagaimana Sandi begitu sukses mencitrakan dirinya sebagai calon wakil gubernur yang fangkeh dan sporty. Ia berkali-kali mengadakan acara lari bersama masyarakat Jakarta. Citra lari ini terus Sandi jaga bahkan sampai ia resmi dilantik menjadi wakil gubernur. Peduli setan dengan meme celana ketatnya, yang penting ia sudah benar-benar menjadi contoh yang baik untuk program “Run to Work” yang ia gagas sebagai salah satu program untuk mengurangi kemacetan Jakarta.
Jauh sebelum itu, Sandi juga sudah aktif memindai tren untuk memproduksi gimmick. Yang paling kita ingat dari banyak gimmick yang dilakukan oleh Sandi tentu saja adalah video Om Telolet Om. Dalam video tersebut ia bersama beberapa pemuda berteriak “Om, Telolet, Om” yang kemudian dijawab oleh Anies sebagai si pemilik mobil “Emangnya gue om lu apa?” Video singkat tersebut begitu lucu dan viral sehingga bisa dibilang cukup meningkatkan elektabilitas Anies dan Sandi di kalangan pemilih muda.
Nah, untuk gimmick personal, tak ada yang bisa mengalahkan Sandi. Oke, mungkin banyak orang yang ingat gerakan lompat panggung a.k.a stage dive-nya Agus Yudhoyono, tapi fakta membuktikan, jauh lebih banyak orang yang ingat dengan gerakan bangau terbangnya Sandi. Gerakan bangau terbang ini seolah memang sudah sangat menyatu dengan Sandi. Bahkan para pendekar kuil Shaolin sebagai pencipta awal jurus bangau pun kalah nama.
“Ini namanya jurus bangau terbang menggapai kemenangan,” begitu ujar Sandi saat ditanya apa nama jurus dalam gerakan andalannya itu. Nama jurus yang ternyata benar-benar mengantarkannya menggapai kemenangan.
Dengan segala pesona dan kemampuannya dalam memindai isu dan tren, Sandi agaknya memang ditakdirkan untuk menjadi wakil gubernur yang kaya akan gimmick.
Nah, gimmick yang paling baru soal Sandi tentu saja adalah soal sayembara sepatu pantofel beberapa waktu lalu.
Ini menjadi gimmick yang boleh dibilang sangat jenius. Jenius, sebab gimmick tersebut hadir justru melalui serangkaian protes dan cibiran yang ditujukan oleh dirinya.
Seperti kita ketahui, Sandi sempat diprotes dan dicibir banyak netizen karena sering memakai sepatu kets saat bertugas, padahal sepatu tersebut tidak sesuai aturan atribut pakaian dinas harian.
Bukannya bersikap defensif atas cibiran tersebut seperti layaknya kebanyakan politisi, Sandi justru bermanuver cantik dengan mengadakan sayembara untuk para pemilik unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Jakarta untuk memproduksi sepatu pantofel yang nyaman untuk mobilitas dirinya.
“Komite akan memilih tiga sepatu terbaik sesuai pergub yang bisa dipakai untuk lari, blusukan, maupun untuk kegiatan-kegiatan penuh dengan mobilitas,” kata Sandi, “hadiahnya bisa berupa insentif usaha dan tentunya promosi secara gratis,” pungkasnya.
Sayembara ini langsung disambut baik oleh para pemilik UMKM kerajinan sepatu dan, tentu saja, langsung mengundang pujian dari banyak pihak.
Hal tersebut tak pelak menjadi bukti sahih bahwa selain menjadi seorang pendekar kungfu yang andal dengan jurus bangau terbangnya, Sandi juga petarung Aikido yang cerdik, sebab ia mampu memanfaatkan serangan lawan sebagai serangan balasan.
Yah, semakin hari agaknya semakin jelas, Indonesia butuh lebih banyak sosok seperti Sandiaga Uno.
Bhang, gimikin aing, bhang ….