Foto Rektor ITB Dijual Sebagai Aset NFT, Dugaannya Sebagai Bentuk Protes

NFT dua foto Rektor ITB dijual di marketplace OpenSea.

NFT Foto Rektor ITBMojok.co

MOJOK. CO – Foto Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah jadi aset NFT dan dijual di marketplace OpenSea. Diduga terkait protes terhadap Seleksi Mandiri (SM) ITB 2021. 

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Reini Wirahadikusumah, sedang viral di media sosial. Ada dua fotonya dijadikan aset digital dalam bentuk non-fungible token (NFT).

NFT adalah barang atau karya seni seperti foto dan video dengan sertifikat digital yang tidak dapat diduplikasi. NFT sendiri merupakan teknlogi kripto yang aset-asetnya akan tercatat dalam blockchain.

Dalam foto tersebut terlihat Rektor ITB memakai jas almamater dan diberi judul “Ibu Rektor Tercinta #1” dan “Ibu Rektor Tercinta #2”. Hingga saat ini fotonya telah dilihat oleh ribuan walaupun belum ada yang mengkoleksi.

Foto berwarna Rektor ITB tersebut diunggah dan dijual ke marketplace OpenSea oleh akun itb1920. Kalau dilihat dari profilnya pengunggah baru bergabung di OpenSea pada bulan Mei 2021.

Kuat dugaan foto ini dijual sebagai bentuk protes karena dalam keterangan foto tersebut memuat tagar #ReiniOut. Pun dalam profilnya ia menulis bahwa akunnya bukan akun resmi ITB dan dibuat dalam rangka protes atas kebijakan SM ITB pertengahan 2021 lalu dan sudah terselesaikan oleh kampus.

Dalam keterangan foto Rektor ITB yang terpampang, si pengunggah menuliskan:

Masuk ke ITB, kukira aku akan mendapati kesempatan yang berimbang bagi semua. Tanpa melihat seperti apa aku dahulu, tanpa melihat rupa dan dari mana aku berasal, juga tanpa melihat seberapa banyak materi yang kumiliki. Padahal setahuku, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Kukira juga, hati seorang ibu memiliki ketulusan yang tak terbatas pada anak-anaknya. Memberi apa yang dibutuhkan bagi anaknya untuk berkembang, sesuai apa yang sudah menjadi haknya, untuk menjelajah seisi kota dan dunia; untuk tinggal dan berbuat demi masa yang jauh lebih baik.

Namun apa yang kulihat nyatanya berbeda. Ibuku mengelak saat diajak bicara, ibuku lebih memilih tersenyum pada dunia dan berpaling dari anaknya. Menganggap kita tiada, menganggap kita bukan manusia nyata. Materiku diambil tanpa terasa berguna, aku merasa hampa. Aku merasa berduka, kesempatanku dan penerus bangsa kurasa sudah tiada; aku rasa kami telah dianggap mati sejak lama.

Pihak ITB sendiri sudah dikonfirmasi mengenai hal ini. Melansir Kepala Biro Humas ITB, Naomi Haswanto, mengatakan pemasang foto tersebut tanpa sepengetahuan dan seizin ITB.

“Pemasangan Foto Ibu Rektor, tanpa sepengetahuan dan seizin ITB. Kami kurang tahu yang  memasang siapa,” ujar Naomi, dikutip dari Medcom.id.

Pun dengan Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah yang sudah berbicara mengenai kasus ini. Dilansir dari iNews.id ia mengatakan bahwa ITB tidak alergi terhadap kritik. Masukan dari mahasiswa dapat disampaikan masalah melalui wali akademik masing-masing, bimbingan konseling, melalui rekan sesama mahasiswa secara langsung, atau aplikasi GaneCare.

“Karena tidak ada identitas penulis, pesan yang disampaikan menurut saya isinya tidak jelas, termasuk tidak jelas ditujukan kepada siapa. Maka, saya tidak dapat meresponsnya,” ucap Prof. Reini.

BACA JUGA ‘Penyalin Cahaya’ Pecahkan Rekor, Borong 12 Piala Citra dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Exit mobile version