MOJOK.CO – Kasus kekerasan seksual yang melibatkan mahasiswa UGM kembali terjadi. Kali ini, pelaku yang diduga merupakan mahasiswa jurusan Hubungan Internasional (HI) Fisipol UGM angkatan 2022, disebut telah melecehkan beberapa teman perempuannya.
Dugaan ini pertama kali muncul setelah akun Twitter @UGMFess menuliskan sebuah twit yang menyebut telah terjadi kasus kekerasan seksual di UGM. Selanjutnya, perbincangan semakin ramai setelah influencer bahasa sekaligus editor senior Russia Beyond, Fauzan Al Rasyid, turut angkat suara dalam percakapan ini.
“WTH masih kaget, saya tahu yang bersangkutan punya semacam “personal branding” yang bagus dan saya cukup mengikuti perjalanannya sampai akhirnya diterima di UGM,” tulisnya, melalui akun Twitter pribadinya, @fauzanalrasyid, Sabtu (8/10/2022) lalu.
“Selama PPSMB bahkan dia banyak membagikan kegiatannya yang saya sendiri lumayan salut melihatnya,” sambungnya, yang dibalas dengan puluhan komentar yang langsung merujuk nama pelaku.
Pihak Fisipol UGM sendiri membenarkan dugaan ini. Bahkan, Divisi Penanganan dan Pelaporan Fisipol Crisis Center (FCC) UGM, Arie Eka Junia, menyebutkan bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait dugaan kekerasan seksual di fakultasnya sejak Sabtu (8/10/2022) lalu.
“Sebelumnya pihak Departemen Hubungan Internasional telah menerima laporan sejak hari Rabu atau Kamis. Tapi itu di tingkat departemen. Kemudian laporan baru diteruskan ke kami [Fisipol Crisis Center] hari Sabtu,” kata Arie, saat dikonfirmasi Mojok.
Lebih lanjut, Arie juga menjelaskan bahwa pihaknya sudah mulai menindaklanjuti laporan tersebut dengan mendokumentasikan dan memverifikasi bukti-bukti yang diberikan pada FCC. Selanjutnya, kata Arie, pihaknya juga akan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam penanganan kasus ini.
“Mulai dari departemen hubungan internasional, FCC, maupun nantinya juga di tingkat kampus, akan dilibatkan,” paparnya.
Terkait bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dilakukan, Arie menuturkan bahwa rata-rata pelaku melakukan pelecehan berupa sexting—pelecehan via pesan teks. Ia juga menyebut bahwa korban ada lebih dari satu.
“Korban lebih dari satu. Belum bisa memastikan berapa jumlah pastinya, karena laporan masih terus kami buka,” pungkasnya.
Sementara itu, Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) UGM telah menanggapi kasus ini dengan merilis pernyataan sikap yang mereka unggah di Instagram resmi @komahiugm. Terdapat empat poin yang mereka sampaikan dalam rilis tertanggal 8 Oktober 2022 tersebut.
Poin pertama, Komahi membenarkan telah menerima laporan kekerasan seksual secara kolektif dan berturut-turut pada 26 September hingga 5 Oktober 2022. Kedua, Komahi menindaklanjuti laporan dengan mengambil langkah berupa pembekuan status keanggotaan terduga pelaku pada 1 Oktober 2022.
Ketiga, laporan terkait segala aduan kasus ini telah ditindaklanjuti lebih lanjut lewat audiensi kepada DIHI UGM pada 5 Oktober kemarin. Dan keempat, Komahi tengah melakukan advokasi dan koordinasi secara intens dengan DIHI untuk penindakan lebih lanjut terhadap pelaku dan konseling bagi para korban.
“Pernyataan sikap dan tindakan KOMAHI didasarkan pada prinsip tanpa paksaan dari kepentingan suatu kelompok dan/atau pihak manapun, kecuali untuk kepentingan korban. KOMAHI secara tegas berkomitme penuh pada kepentingan korban dan menciptakan ruang aman,” tulis KOMAHI, menutup rilis pernyataan sikapnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi