MOJOK.CO – Pemerintah Kota Yogyakarta (Pemkot Jogja) memastikan kawasan Jalan Perwakilan bersih dari aktivitas perdagangan. Karenanya puluhan pedagang di sepanjang Jalan Perwakilan diminta segera mengosongkan kawasan tersebut sebelum akhir 2022 mendatang.
Meski para pedagang menolak pemindahan dalam waktu dekat karena alasan finansial, Pemkot tidak akan memberikan perpanjangan waktu relokasi. Apalagi para pedagang meminta relokasi dilakukan pada 2024 mendatang bersamaan dengan pembangunan Jogja Planning Gallery di kawasan Teras Malioboro 2 dan kantor DPRD DIY yang akan dimulai pada tahun tersebut.
“Ya memang sudah lama kok [pedagang harus pindah] kan sudah kita beri waktu dari dulu. Mereka ngenyang (menawar-red) ki sesuk (besok-red) sampai dibangunnya Jogja Planning Gallery itu,” papar Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta, Sumadi saat dikonfirmasi, Jumat (11/11/2022).
Menurut Sumadi, Pemkot sudah menyampaikan relokasi pedagang Jalan Perwakilan sejak lama, yakni sekitar tiga bulan lalu. Relokasi dilakukan karena kawasan tersebut akan menjadi pintu masuk Jogja Planning Gallery.
Sebab Malioboro nantinya akan benar-benar diterapkan sebagai kawasan pedesterian. Sehingga arus lalulintas akan dialihkan di sirip-sirip kawasan Malioboro.
“Karenanya kami beri waktu bagi pedagang jalan perwakilan sebulan kedepan untuk persiapan pindah. Memang sampai akhir tahun karena DED (detail engineering design-red) kan dimulai 2023 mendatang,” paparnya.
Sumadi menambahkan, para pedagang Jalan Perwakilan sebenarnya sudah mengakui mereka tidak berhak berjualan di Jalan Perwakilan. Karenanya Pemkot Jogja meminta mereka segera pindah dari kawasan tersebut.
Tak asal menggusur, Pemkot mengklaim memberikan sejumlah pilihan relokasi bagi pedagang Jalan Perwakilan. Diantaranya di Pasar Beringharjo lantai 2. Selain itu Pemkot memberikan pilihan relokasi di Pasar Klitikan di Kuncen.
“Namun mereka mintanya di Teras Malioboro 1, padahal kan sudah penuh di sana. Sudah kita siapkan di Pasar Klitiikan Kuncen. Dipindah di sana. Relokasi ini kan sudah kita siapkan sebagai alternatif karena kemarin kita pindah di Pasar Beringharjo nduwur dewe ora gelem. Terus ya sudah Pasar [klitikan] Kuncen. Nek ngenyang ngeten niku (kalau menawar terus-red) tidak bisa, nanti ora rampung (selesai-red), terus kita kan nggak ada tempatnya,” tandasnya.
Secara terpisah Sekda DIY, Baskara Aji di Kompleks Kepatihan Yogyakarta mengungkapkan, Pemda DIY menyerahkan masalah relokasi ke Pemkot Jogja. Pemindahan memang harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum pembangunan Jogja Planning Gallery dilakukan.
“Kebijakan pelaksanaannya kan di kota, silahkan pedagang bicarakan dengan pemkot,”ujarnya.
Aji menambahkan, Jogja Planning Gallery memang baru akan dibangun 2024 setelah Teras Malioboro 2 dipindah. Pemda baru menyiapkan pembelian tanah untuk relokasi pedagang Teras Malioboro 2 ke tempat yang baru.
“DRPD juga belum disiapkan kepindahannya, jadi kita siapkan semuanya sebelum penataan 2024, termasuk yang kawasan Jalan Perwakilan itu,” tandasnya.
Sebelumnya Ketua Forum Komunikasi dan Koordinasi Perwakilan, Adi Kusuma Putra Suryawan mengungkapkan, mereka mau saja dipindah asal diberi waktu lebih lama. Sebab sesuai informasi yang didapat pedagang, penataan Jalan Perwakilan yang mendukung kebijakan Sumbu Filosofi di kawasan Malioboro baru akan dilakukan pasca pembangunan Jogja Planning Gallery pada 2024 mendatang.
Namun tiba-tiba mereka mendapatkan undangan dari Pemda DIY untuk mengosongkan kios di sisi utara Jalan Perwakilan. Sosialisasi dilakukan pada 26 Oktober 2022 lalu di Kemantren Danurejan.
Karenanya para pedagang di Jalan Perwakilan berharap Pemda bisa mengundurkan jadwal penggusuran kios-kios mereka. Bila tak memungkinkan pada 2024, mereka berharap paling tidak kebijakan tersebut akan dilaksanakan 15 hari pasca Lebaran 2023.
Mereka perlu mencari modal usaha untuk bisa pindah dari kawasan tersebut. Apalagi pedagang sebenarnya sepenuh hati mendukung segala program Pemda DIY dalam memperindah kawasan Malioboro.
“Kami hanya diberikan waktu untuk dapat memahami kondisi kami pada saat ini. Kami sedang berjuang dari kondisi pasca-pandemi covid-19 yang membuat kami terpaksa harus mencari tambahan dana dengan berhutang pada lembaga-lembaga keuangan seperti bank untuk bisa jualan,” jelasnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi