Cara Pemerintah Kota Semarang merespons keluhan masyarakat menjadi sorotan sejumlah akademisi dari Universitas Diponegoro.
Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Firmansyah menilai Agustina selaku Wali kota Semarang menerapkan kepemimpinan yang responsif. Salah satunya ditunjukkan melalui program kebersihan dan pengelolaan sampah.
Persoalan sampah memang menjadi masalah di akar rumput. Menurut Firmansyah, Pemkot Semarang sudah meresponsya dengan menggagas program kebersihan sampah. Hanya memang masih perlu ditingkatkan.
“Manajemen sampah masih dapat ditingkatkan lebih baik lagi karena masih menjadi persoalan di sini dan berpotensi menurunkan tingkat kepuasan bila tidak segera ditangani secara sistematis,” jelas Firmansyah.
Upaya atasi sampah di Kota Semarang bisa kolaborasi dengan kampus
Untuk lebih meningkatkan manajemen pengelolaan sampah, Firmansyah menyebut, Pemkot Semarang sedianya bisa memanfaatkan inovasi dikembangkan oleh kampus. Misalnya oleh Universitas Diponegoro.
Universitas Diponegoro diketahui memiliki inovasi meliputi pemisahan sampah, pemanfaatan ayam untuk mengurai sampah, hingga pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar gasoline.
“Edukasi pemisahan sampah dari rumah tangga juga perlu ditingkatkan dengan masif,” tutur Firmansyah.
Sinkronisasi pusat dan daerah
Respons Pemkot Semarang atas keluhan masyarakat pada akhirnya membuat masyarakat merasa puas. Karena selain keluhan mereka didengar juga dicarikan solusinya.
Survei Litbang Kompas mencatat, awal Agustus 2025 menunjukkan 77,4% warga Kota Semarang puas dengan kinerja pasangan Wali kota Semarang dan Wakil Wali Kota (Agustina dan Iswar Aminuddin).
Bagi Firmansyah, capaian ini merupakan awal yang positif bagi pemerintahan yang baru berjalan beberapa bulan.
Meski begitu, Firmansyah tetap menekankan pentingnya sinkronisasi antara RPJMD Kota Semarang dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi. Termasuk program nasional seperti makan bergizi gratis dan koperasi merah putih. Tujuannya, tidak lain agar dampaknya dapat langsung dirasakan masyarakat.
Apresiasi untuk program Rp25 juta pertahun per-RT
Guru besar Universitas Diponegoro yang lain, FX Sugiyanto juga memberi penilaian serupa.
Akan tetapi, ada catatan yang harus diperhatikan oleh Pemkot Semarang. Yakni, agar setiap program bisa dirasakan manfaatnya secara lebih luas, maka harus ada perhatian terhadap proses komunikasi, keterlibatan mitra strategis seperti DP2K, dan keberlanjutan birokrasi.
Sebab, bagi Sugiyanto, aspek-aspek itu menjadi kunci penting untuk memperkuat fondasi pemerintahan yang inklusif, efektif, dan akuntabel.
“Yang paling diapresiasi adalah program bantuan Rp25 juta untuk setiap RT per tahun,” ungkap Sugiyanto.
Hanya saja, menurutnya, ada batasan penggunaan anggaran yang dinilai belum tersosialisasi dengan baik, sehingga masih banyak RT yang bingung dan ragu memanfaatkan karena tidak memahami risikonya.
PR bagi Pemkot Semarang
Terlepas dari tingginya tingkat kepuasan masyarakat, Sugiyanto mengingatkan, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang perlu mendapat perhatian serius, antara lain banjir dan lapangan kerja.
“Terutama banjir, yang apabila terjadi langsung dirasakan oleh masyarakat yang terkena bencana. Ini perlu mendapat perhatian sangat serius. Juga masalah penanganan sampah,” beber Sugiyanto.
Introspeksi dan evaluasi
Sementara itu, Agustina menyatakan bahwa survei Kompas ibarat “nilai rapor” bagi pemerintah kota.
“Hasil survei ini menjadi bahan introspeksi dan evaluasi. Kami tidak boleh cepat puas, justru harus bekerja lebih keras lagi untuk warga,” ujarnya.
Agustina menyadari, masih ada lubang-lubang yang perlu ditambal. Oleh karena itu, dia menegaskan akan terus memperkuat komunikasi dengan masyarakat dan mitra strategis, termasuk akademisi guna merumuskan kebijakan yang partisipatif.
“Dengan kerja sama semua pemangku kepentingan, kami ingin menjadikan Semarang sebagai kota yang mampu menyeimbangkan pembangunan, lingkungan, dan keselamatan warga,” katanya.***(Adv)
BACA JUGA: Menjauhkan Kota Lama Semarang dari Kesemrawutan, Parkir Liar Harus Dibereskan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












