Butuh Persiapan, Program Rumah Murah di Jogja Masih Sekadar Wacana

Pj Sekda DIY, Wiyos Santoso menyampaikan tentang rumah murah di Kompleks Kepatihan Yogyakarta. MOJOK.CO

Pj Sekda DIY, Wiyos Santoso menyampaikan tentang rumah murah di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (10/4/2023)

MOJOK.CO –  Program rumah murah di Jogja bagi warga lokal untuk mengantisipasi tingginya harga tanah di kota ini masih jadi wacana. Program yang dilontarkan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X membutuhkan persiapan matang sehingga tak bisa direalisasikan dalam waktu dekat.

“Mungkin [wacana rumah murah] itu baru sekali dilontarkan, butuh persiapan,” ujar Penjabat (Pj) Sekda DIY, Wiyos Santoso di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (10/03/2023).

Menurut Wiyos, Pemda harus menginventarisir Sultan Ground. Apalagi tidak banyak Sultan Ground yang bisa dimanfaatkan untuk kawasan rumah murah di Jogja. 

Sultan Ground yang ada saat ini di Yogyakarta pun sudah dimanfaatkan oleh warga sekitar. Sehingga tidak memungkinkan untuk membangun perumahan murah di kawasan tersebut.

Kalaupun bisa memanfaatkan, Pemda harus mengganti lahan yang sudah terpakai. Pemda tidak bisa serta merta mengalihkan penggunaan Sultan Ground tanpa perencanaan.

“Jogja mana ada kawasan Sultan Ground yang kosong, minimal ada yang garap. Kalau ada yang garap untuk pertanian maka kita harus ganti rugi juga untuk mengalihkan mereka juga,” paparnya.

Pensiunan Jakarta menyerbu tanah di Jogja

Wiyos mengakui, harga tanah di Yogyakarta memang tinggi saat ini. Hal ini yang menyebabkan warga lokal kesulitan untuk membeli rumah.

Persoalan ini terjadi karena banyak warga asal Jakarta, terutama para pensiunan yang ingin tinggal di DIY. Murahnya harga pangan dan tingginya harapan hidup di DIY jadi alasan mereka memilih tinggal di kota ini pasca-pensiun. Akibatnya mereka tidak menawar saat membeli tanah di DIY.

“Akhirnya banyak orang Jakarta kalau beli tanah di Jogja ora ngenyang (menawar-red). Mau saja. Akhirnya kan juga orang Jogja sendiri akhirnya kalau mau beli [tanah] itu terlalu tinggi,” ungkapnya.

Wiyos menyebutkan, sulit membendung tingginya permintaan warga luar untuk membeli tanah di DIY, sehingga lahan di kota ini semakin terbatas. Apalagi pemda tidak bisa membatasi warga DIY untuk menjual tanahnya. Contohnya di kawasan Jalur Jalan Lingkar Selatan (JJLS), banyak warga menawarkan tanahnya dengan harga yang tinggi.

“Kalau dulu sebelum ada jalur cepat JJLS dan masih hutan, warga sana hanya bisa menjual tanah dengan harga murah. Tapi saat ini dengan adanya jalur cepat tersebut, maka tanah di kawasan itu jadi mahal. Kan akhirnya banyak warga yang ingin merasakan menjual tanah mereka dengan harga mahal,” imbuhnya.

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Harga Tanah di Jogja Makin Tak Terjangkau, Sri Sultan Tawarkan Solusi Rumah Murah  dan tulisan menarik lainnya di kanal Kilas.

 

Exit mobile version