MOJOK.CO – Salat Idulfitri atau salat Id 1443 H di kawasan Alun-alun Kidul jadi saat yang ditungu-tunggu oleh Surip (46) tukang rosok asal Magelang. Koran-koran bekas yang digunakan jemaah sebagai alas sajadah adalah rezeki yang ia tunggu selama dua tahun ini. Di sisi lain, Presiden Joko Widodo yang tengah berlibur di Yogyakarta bertemu dengan Sultan HB X di Keraton Yogyakarta.
“Dua tahun kemarin nggak bisa cari koran bekas karena nggak ada salat Id di alun-alun,” ungkapnya, ditemui usai salat Id, Senin (2/5/2022). Artinya terakhir ia mengumpulkan koran bekas adalah saat Idulfitri tahun 2019.
Ia menunggu ribuan jemaah selesai mengikuti salat Id dengan penceramah dari Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kemantren Keraton, Ery Masruri. Baru setelah itu, dia mengambil koran bekas yang dipakai jemaah untuk alas sajadah mereka.
Surip jauh-jauh datang dari Magelang demi mengumpulkan koran bekas.Datang sejak pukul 05.00 WIB, Ery berhasil mengumpulkan kurang lebih dari 10 kg koran bekas. Tumpukan koran bekas tersebut akan dijualnya ke pengepul. Dia berharap bisa menjual koran bekas tersebut seharga Rp 4.000 per kg untuk sangu pulang ke Magelang.
Surip mengaku, dua tahun terakhir kehilangan penghasilan dari koran bekas. Pembatasan mobilitas masyarakat selama pandemi Covid-19 yang diterapkan pemerintah membuatnya tak bisa mulung koran bekas.
Tak hanya kehilangan penghasilan di Alun-alun Kidul, Surip juga tak lagi bisa memulung koran bekas di Alun-alun Utara. Sebab Keraton Yogyakarta sudah melarang Alun-alun Utara digunakan untuk aktivitas masyarakat, termasuk salat Id.
Padahal sebelum pandemi pada 2019, dia bisa mendapatkan lebih dari 20 kg koran bekas di dua titik. Dia bahkan kadang mendapatkan fitrah dari jemaah yang datang salat Id.
Namun, Surip tak ingin menyesali keadaan. Pelonggaran mobilitas masyarakat oleh pemerintah saat ini membuatnya kembali bisa mengais rezeki.
“Untungnya tahun ini sudah salat Id jadi saya bisa dapat berkah lagi,” ujarnya.
Berkah Idul Fitri juga dirasakan Rio (40), penjual balon dan mainan anak yang meggelar dagangannya di Alun-alun Kidul. Ramainya jemaah yang salat Id di tempat itu dan membawa anak-anak membuatnya bisa menjual lebih dari 60 balon dan berbagai mainan anak.
Rio yang mengajak istri dan anaknya berangkat dari Sorowajan, Bantul pukul 04.00 WIB. Balon buatannya langsung diserbu anak-anak saat salat Id dimulai sekitar pukul 06.30 WIB.
“Alhamdullilah rejeki jadi lancar, soalnya dua tahun ini sudah tidak jualan di alun-alun pas salat Id karena tidak ada [salat Id],” ungkapnya.
Satu balon, lanjut Rio dihargainya Rp20 ribu. Sedangkan mainan anak mulai dari Rp 2ribu hingga puluhan ribu rupiah.
Rio yang sehari-hari jualan mainan di sejumlah tempat ini sengaja memilih Alun-alun Kidul maupun Alun-alun Utara untuk menggelar dagangannya saat salat Id. Sebelum pandemi, keuntungan yang besar bisa didapatnya karena setiap kali menggelar lapak bisa 100 balon terjual.
“Tapi sekarang sudah terjual 60 lebih sudah Alhamdullilah,” paparnya.
Salat Id yang Istimewa
Sementara itu sejumlah jamaah mengaku bahagia akhirnya bisa mengikuti salat Id berjamaah. Setelah dua tahun terpaksa salat Id di rumah atau masjid, kini jamaah bisa saling bertemu dan bersilaturahmi dengan banyak orang.
“Suasana lebaran jadi lebih terasa, apalagi Alhamdulilah kan nyaman salat di lapangan cuaca juga cerah,” papar salah seorang jamaah, Rudi.
Laki-laki 43 tahun ini mengaku tidak khawatir dengan adanya kerumunan. Dia sudah mendapatkan dua dosis vaksinasi Covid-19.
Apalagi tren kasus Covid-19 di DIY terus melandai. Sehingga pelonggaran mobilitas masyarakat bisa dilakukan, termasuk untuk salat Id bersama.
“Ya semoga covid-nya terus melandai jadi bisa beraktivitas,” ujarnya.
Ery Masruri dalam ceramahnya mengungkapkan Idul Fitri tahun ini memang terasa sangat istimewa bagi umat muslim Indonesia. Umat bisa berkumpul bersama untuk salat Id. Karenanya diharapkan Idul Fitri ini tidak hanya membawa umat pada ketaqwaan namun juga kebaikan, baik bagi umat muslim dan seluruh masyarakat.
“Hari ini merupakan kebahagiaan umat Islam yang salat Id tanpa memandang ras, kelas, suku bangsa dan kedudukan,” tandasnya.
Jokowi bertemu Sri Sultan HB X
Sementara itu, dalam liburannya di Yogyakarta, Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertemu Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X dan keluarga besar di Keraton Yogyakarta. Pertemuan dilakukan usai Presiden yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi menggelar salat Id di Istana Kepresidenan atau Gedung Agung, Senin pagi.
Kedatangan Presiden ke keraton karena saat ini dirinya berlibur Lebaran di Yogyakarta. Karenanya Jokowi bersilaturahmi dengan keluarga besar Sri Sultan.
“Alhamdullilah tadi salat Id di Gedung Agung, di sana berjalan dengan baik, semua lancar. Alhamdullilah kita semua bisa melaksanakan Salat Idul Fitri. Saya sudah memantau perayaan Idul Fitri di semua propinsi dan kondisinya lancar,” paparnya.
Terkait arus mudik kali ini, presiden mengungkapkan berjalan dengan baik. Kemacetan kendaraan di Pelabuhan Merak diakibatkan volume kendaraan yang melebihi kapasitas kapal.
Padahal jumlah armada kapalnya sudah ditambah dari 30-an menjadi 50-an. Dermaga kapal pun ditambah lagi. Namun karena angka pemudik yang tinggi mencapai 85,5 juta orang dengan jumlah mobil mencapai 23 juta dan kendaraan bermotor sebanyak 17 juta maka kemacetan akhirnya terjadi.
“Kendaraan sangat banyak sekali, karenanya saya menghimbau kembalinya [pemudik] agak lebih awal, jangan semuanya nanti kembali arus baliknya di hari sabtu dan minggu, pasti akan terjadi titik-titik kemacetan,” ungkapnya.
Sri Sultan menambahkan, menyambut kedatangan Presiden untuk silaturahmi. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas pengaturan jalan di Yogyakarta yang penuh dengan pemudik.
“Karena untuk masuk maupun keluar bagi yang tidak stay di jogja, kami harapkan tidak masuk kota dengan harapan tidak terlalu padat lalu lintasnya,” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono