MOJOK.CO – Sinetron azab memenangi penghargaan sebagai salah satu program terfavorit di Panasonic Gobel Awards. Saya punya teori tersendiri kenapa hal ini bisa terjadi.
Lini masa media sosial tak pernah tak ramai dengan perbincangan hangat netizen. Kali ini, meski belum bisa menggeser tajuk utama berupa hiruk pikuk perdebatan copras-capres, terpilihnya sinetron bertema azab sebagai pemenang Panasonic Gobel Awards (PGA) 2018 cukup membuat warga dunia maya—yang rata-rata gemar mencela—terperangah jiwa dan raga.
“Hah?! Yang begituan bisa menang?! Pegimane seh juri? Kayak nggak ada yang laen ajah?!” Mungkin pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang memenuhi otak belia kita. Eh, apa? Belia? Belibet, keleuuss!
Tapi, kalau kita telusuri awal mula terselenggaranya ajang penghargaan insan dan program televisi, tentunya kita nggak perlu kaget-kaget amat melihat fenomena ini.
Dikutip dari Wikipedia, Panasonic Gobel Awards (atau yang dulu bernama Panasonic Awards, sering disingkat PGA) adalah penghargaan tahunan bagi insan dan program televisi terfavorit di Indonesia berdasarkan jajak pendapat yang pertama kali dilakukan oleh tabloid Citra. Acara ini pertama kali ditayangkan di televisi pada 1 Juni 1997 dan telah diselenggarakan hampir setiap tahun sekarang.
Nah, bacalah paragraf di atas berulang-ulang: ada kata “terfavorit”, Bro and Sista. Artinya, konsep penilaian dan pemilihan pemenang dilakukan berdasarkan voting pemirsa. Program dengan jumlah penggemar terbanyak dan rating tertinggi pasti menang.
Tahun ini pun demikian: pemilihan pemenang PGA 2018 ditentukan oleh hasil polling SMS yang berlangsung dalam periode 1-30 November 2018. Jadi jangan berharap ada “pertarungan” tentang kualitas program televisi di sana.
Dari program penghargaan ini, diketahui pula bahwa sinetron azab yang ditayangkan oleh Indosiar berhasil menyabet gelar jawara di kategori Program Sinetron Nonserial. Ia mempecundangi para pesaingnya, yaitu FTV Pagi (SCTV), Kisah Nyata (Trans7), Pintu Berkah (Indosiar), dan Sinema Indosiar (Indosiar).
By the way, lihatlah bagaimana Indosiar yang dulu berjaya dengan film-film kartun yang unyu-unyu kini telah bermetamorfosis menjadi stasiun televisi penuh drama “religi”. Ya, ya, ya, rating memang kejam, Saudaraku!!!!11!!!
Dilihat dari para pesaingnya saja, sudah jelas bahwa tema azab memang tak ada lawan. Pemirsa sudah tak lagi tertarik dengan sinetron cinta-cintaan macam FTV yang ending-nya mudah ditebak. “Lah, memangnya sinetron azab ending-nya nggak gampang ditebak, Mbak?” Ya, sama sih; justru lebih gampang malah. Baru nonton 5 menit juga kita pasti sudah tahu siapa yang di akhir cerita bakal kena azab! Hehehe.
Terus, kenapa sinetron azab lebih difavoritkan? Berikut hasil investigasi saya sebagai ibu rumah tangga profesional (halah):
1. Ending yang Mudah Ditebak
Ini sudah saya jelaskan di atas. Kami, sebagai ibu-ibu, sungguh dimanjakan dengan alur cerita sinetron azab yang sederhana dan gitu-gitu aja. Tanpa perlu repot-repot mikir dan stay tune di depan layar kaca—disambi menyetrika, nyapu atau jalan bolak-balik ngecek masakan di dapur, kami sudah bisa tahu dan haqqul yakin mana tokoh protagonis dan mana tokoh antagonis yang bakal kena azab di akhir cerita.
Nggak ada tuh masa-masa kami disuruh nebak-nebak siapa yang jahat sampai ruwet dan merengut seperti dalam sinema Br*ta. Atau dibikin bingung dan penasaran sama ending cerita seperti film M*rlina yang kisahnya soal membunuh orang dalam 4 babak itu. Santai pokoknya, nggak nambahin stres dan beban pikiran!
2. Ending yang Bikin Penasaran
“Loh, gimana sih, Mbak? Tadi katanya ending sinetron azab gampang ketebak?!”
Kalem, Gan. Maksud saya, ending yang bikin penasaran itu adalah bagaimana cara Pak Sutradara memvisualisasikan azab yang diperoleh tokoh antagonis berdasarkan judul sinetron. Contohnya, ya, kisah mandor yang curang, terus mayatnya tenggelam di cor-coran itu. Mana mungkin awalnya kita mengira kalau sebelum kena cor-coran, jenazah bakal terlempar dan diputar-putar dulu dalam molen dengan durasi hampir semenit??? Epic banget, kan???
3. Pemeran yang Eksklusif dan Nggak Pasaran
Para pemeran sinetron azab didominasi oleh wajah-wajah baru dalam dunia perfilman yang rata-rata belum kita lihat di sinetron manapun, kecuali di “rentetan” sinetron azab itu sendiri. Jadi, begitu kita lihat mukanya, kita sudah tahu bahwa kita sedang menonton sinetron azab, bukan Brama Kumbara atau Misteri Gunung Merapi.
Apa? Sama aja, ya? Ya sudah, sih, iya-in aja!
Wajah-wajah pemerannya itu khas, mylov: nggak pasaran dan konsisten, serta istiqomah di genre ini. Mereka-mereka ini tidak seperti Dian, Agnes, Meriam, Bella, Nay dan Chaca yang sukanya gonta-ganti peran di banyak sinteron. Soalnya, di kalangan sinetron azab, kalau sejak awal kamu mendapat peran satpam, ya hampir di setiap sinetron kamu bakal terus jadi satpam. Ini berlaku juga untuk peran pembantu, marbot masjid, tukang gali kubur, sampai istri yang teraniaya dan suami yang tukang selingkuh atau diselingkuhi. Jarang sekali mereka berganti-ganti peran. Setia pokoknya, nggak kayak mantan pacarmu itu.
Nggak percaya? Nonton sendiri, gih!
4. Jam Tayang yang Fleksibel
Sinetron azab ini sebenarnya punya jam tayang utama, yaitu hari Senin sampai Sabtu pukul 17.00 dan 18.30. Namun, jangan khawatir—kapan saja kamu klik stasiun televisi yang menayangkannya, baik pagi, siang atau malam-malam di kala sunyi sepi sendiri dan kamu nggak bisa bobo bagaikan jomblo, kamu akan mudah menemukan sinetron bergenre ini untuk ditonton dengan khusyuk.
5. Horor yang Pilah-pilih
Sinetron bertema azab ini bisa jadi dianggap horor bagi kamu-kamu yang pernah melakukan “dosa” yang sama seperti tokoh antagonis di sinetron, sekalipun kamu sudah bertaubat dan mengubah gaya hidup lama.
Tapi, kalau dipikir-pikir, kamu bisa lega. Pasalnya, di sinetron, kalau sudah taubat, ya tokohnya tidak kena azab. Insyaallah, kamu pun begitu: bukan kamu yang bakal kena azab. Eh, tapi itu kan di sinetron ya, nggak tahu kalau di dunia nyata. Apalagi, katanya, orang yang taubatnya nggak sungguh-sungguh itu hidupnya bakal lebih menderita. Horor, gaes!
Bagaimanapun, sinetron bertema azab ini bisa membahagiakan kita-kita yang pernah tersakiti hatinya oleh orang-orang yang melakukan “dosa” yang sama dengan tokoh antagonis di sinetron tersebut. Alhasil, dalam hati kecil—sadar atau tidak sadar—bisa jadi kita malah ikut-ikutan nyumpahin agar orang tersebut kena azab yang sama.
Duh, ngeri. Tapi, ya, gimana… lah wong orangnya ngeselin!