Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

Masih banyak orang Indonesia mau menghindari godaan “gratis” dari platform live streaming ilegal. Meski harga langganan naik, terbukti masih banyak yang setia sama Vidio. Yah, salah satu sebabnya, sih, karena nggak ada yang lain lagi hehehe.

Ilustrasi Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.COKeuntungan pembuat tautan live streaming ilegal mencapai Rp18 triliun. Menjelang Liga Inggris, apakah Vidio dot com bisa melawan kejahatan yang digemari ini?

Apakah para petinggi Video harus cemas? Mungkinkah orang-orang berpengaruh di EMTEK Group itu cemas? Mungkin jawabannya adalah tidak. Mereka, mungkin, tidak akan terlalu khawatir akan keberadaan live streaming ilegal menjelang Liga Inggris 2023/2024 dimulai pada akhir pekan ini.

Akhir pekan yang lalu, sebelum laga FA Community Shield antara Arsenal vs Manchester City, saya dan seorang rekan melakukan sedikit keisengan. Saya penasaran, apakah pelanggan Video akan tetap setia meski harga naik? Sementara itu, teman saya, seorang redaktur Mojok, yang mengedit tulisan ini, sebenarnya tidak terlalu tertarik. Meski live streaming itu semakin menjamur, pelanggan Video tidak akan lari. Yah, setidaknya, beberapa di antara yang banyak itu.

Untuk memuaskan rasa penasaran saya, Pak Redaktur melempar pertanyaan di akun Twitter miliknya. Dan, hasilnya, sudah kami duga. Selalu terpecah antara mereka yang setia bersama Vidio dan mereka yang meniatkan diri live streaming Liga Inggris via website atau akun Twitter. Tentu saja ilegal. Nah, bedanya ada di soal angka saja.

Setia bersama Vidio karena sudah kadung langganan

Kalau mau jujur mengakui, banyak orang memilih langganan Vidio, khususnya untuk Liga Inggris, karena nggak ada yang lain. Entah kenapa, mungkin karena banyak konten lokal, platform ini jadi lebih mudah mendekat ke publik. Selain itu, ya karena pilihan nonton secara legal itu “terasa” nggak banyak.

Lantaran “agak terpaksa”, banyak orang yang tinggal melanjutkan langganan sejak musim lalu. Sangat jamak saya menemukan jawaban seperti ini: 

“Membeli early bird sejak tahun lalu, seharga Rp490 ribu sekian. Tahun ini tinggal memperpanjang saja dengan harga yang sama, sudah all device, dan tahun 2024 baru naik harganya. Lumayan, bisa mendapat potongan lebih dari Rp300 ribu.”

Berikut harga langganan Vidio untuk menonton Liga Inggris musim ini:

Harga paket berlangganan Vidio tahun ini.
Harga paket berlangganan Vidio tahun ini.

Saya sendiri, ketimbang live streaming ilegal, akan mengusahakan bisa langganan Vidio. Yah, gimana nggak mau langganan kalau kualitas tayangan Vidio sudah terbilang lumayan dibandingkan awal tahun lalu. Iya, jelas lebih mendingan ketimbang kualitas live streaming ilegal.

Nah, mereka yang biasanya melanjutkan langganan, akan memilih paket 1 tahun untuk semua perangkat, senilai Rp749.000. Kalau sudah ditambah PPN, menjadi Rp831.390. Mereka inilah yang mendapatkan diskon Rp300 ribu lebih. Selain Liga Inggris, mereka akan mendapatkan layanan siaran Liga Champions. Tolong saya dikoreksi ya kalau saya salah. 

Masalah yang muncul dan alasan live streaming tetap laku

Masalah yang muncul sebetulnya cuma satu, tapi rumit. Yang saya maksud adalah kemampuan finansial yang tidak sama rata. Ada teman saya bekerja sebagai direktur penerbitan dan toko buku. Tentu saja dia tidak berpikir dua kali untuk mengambil langganan Video selama 1 tahun dengan harga Rp831.390.

Berbeda dengan teman saya, seorang kru penerbitan dan fans Manchester United. Dia akan mikir sampai berkali-kali mengeluarkan Rp700 ribu lebih sekadar untuk nonton Liga Inggris. 

Makanya, fakta sosial inilah yang membuat live streaming itu tetap lestari. Kamu bisa menemukan link di Twitter, Telegram, bahkan TikTok. Mereka rela mengorbankan kualitas gambar, demi harga yang lebih murah.

Dan, tahukah kamu, jumlah penikmat live streaming ilegal itu banyak banget. Pada 2019, ada sebuah riset yang membuat saya cemas. Saat itu, YouGov melakukan riset untuk Coalition Against Privacy (CAP) dari Asia Video Industry Association. Riset tersebut menemukan fakta bahwa 63% konsumen online di Indonesia suka mengakses situs streaming ilegal. Mereka ingin menonton konten premium, tanpa membayar biaya langganan.

Lalu, pada 2022, sebuah riset semakin membuat saya cemas. Jadi, kolaborasi antara perusahaan non-profit, Digital Citizens Alliance, dan perusahaan anti-pembajakan White Bullet Solutions, menyebutkan bahwa situs streaming ilegal mendapatkan keuntungan senilai Rp18,6 triliun per tahun.

Data dan fakta di atas memang menyasar ke streaming ilegal berupa film dan seri. Namun, ternyata, kebiasaan itu menular ke cara orang mencari tautan live streaming ilegal untuk nonton sebuah konten premium, dalam hal ini Liga Inggris. Kebiasaan mendapatkan konten premium secara gratis memang sudah kronis.

Vidio kayaknya mampu bertahan

Nah, kabar baiknya, Vidio mampu melawan keberadaan live streaming ilegal. Akhir 2022, muncul sebuah kabar baik. Bunyinya begini: “Platform Vidio dot com unggul dari Netflix dan Disney+ Hotstar di Indonesia dari sisi penggunaan.”

Kumparan menulis seperti ini: “Berdasarkan data Media Partners Asia (MPA) kuartal II 2022, Vidio menjadi layanan over-the-top (OTT) nomor 1 di Tanah Air untuk kategori pengguna aktif bulanan dan total waktu streaming. Vidio juga berhasil merengkuh 35% pangsa pasar pelanggan baru di Asia Tenggara, melampaui platform Netflix, Disney+ hingga WeTV.”

Memang, konten lokalitas itu sangat kuat. Nggak cuma sebagai konten visual, tetapi di konten tulisan juga. Nah, hal ini menjadi kabar baik, bahwa masih banyak orang Indonesia mau menghindari godaan “gratis” dari platform live streaming ilegal. Meski harga langganan naik, terbukti masih banyak yang tertarik. Yah, salah satu sebabnya, sih, karena nggak ada yang lain lagi hehehe.

Mampu bertahan, tapi kudu tetap cemas

Iya, terlalu banyak kata “cemas” di artikel ini. Namun, maksud saya baik, kok. Jadi, menurut saya, kecemasan dan rasa tidak nyaman bisa bermanfaat bagi manusia. Khususnya untuk memantik sisi kreativitas dan daya hidup untuk berjuang di “palagan perang” masing-masing. Namun, tentu saja, kecemasan tersebut harus diatur, ya.

Nah, kecemasan itu, bisa membuat Vidio tetap aware bahwa user experience akan selalu menjadi raja. Iya, banyak users yang tetap langganan. Namun, hendaknya, mereka mendapatkan pelayanan dan kualitas lebih. Tahun lalu, meski membaik, beberapa kali pertandingan Liga Inggris masih patah-patah. Jangan sampai pelanggan setia ini menjadi kecewa setelah membayar lebih mahal.

Celah tersebut yang akhirnya dimanfaatkan untuk mencari live streaming ilegal Liga Inggris. Yah, kalau sudah punya koneksi internet yang cepat, biasanya bukan Indihome, nonton dari tautan live streaming ilegal pun nggak masalah. Itu pola pikir kebanyakan orang, ya. Bukan saya.

Akhir kata, mari Vidio, cemas bersama saya. Kamu cemas menghadapi pembuat dan penyebar tautan live streaming ilegal, sementara saya juga cemas gimana caranya membayar Rp831 ribu untuk langganan dan menikmati jasamu. Mari cemas bersama-sama.

Penulis: Moddie Alvianto W.

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Mola TV vs Vidio: Platform Mana yang Lebih Unggul dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI. 

Exit mobile version