Utang Tak Dibayar Lebih Berbahaya Ketimbang Memilih Pemimpin Nonmuslim

Utang Tak Dibayar Lebih Berbahaya Ketimbang Memilih Pemimpin Nonmuslim

Utang Tak Dibayar Lebih Berbahaya Ketimbang Memilih Pemimpin Nonmuslim

Denger-denger Mojok mau tutup ya? Ah tutup tidaknya Mojok toh juga tidak berimplikasi kepada perkembangan asmara saya yang masih begitu-begitu saja. Tetapi sebagai salah seorang jamaah Mojokiyyah kaffah pemula, setidaknya saya berusaha urun karya walau entah dimuat atau tidak. Hanya Tuhan dan redaktur Mojok yang tahu.

Kemarin ketika membuka gawai dan browsing-browsing cantik, mak tratap, saya disajikan sebuah artikel berita yang bikin ngelus dada ngelus dada. Itu bukan berita macan unyu-unyu yang sudah almarhum itu. Juga bukan berita mas-mas yang nekat bunuh diri lantaran ditinggal minggat istrinya. Itu adalah berita tentang utang, dengan judul “Tagih Utang Lewat Facebook, Pengusaha di Mataram Jadi Tersangka”.

Bagaimana kisah sebagaimana tergambar pada judul itu terjadi? Berita tersebut juga membagi kronologinya. Alkisah, si pemberi utang, sebut saja si D, menagih utang kepada temannya, sebut saja si U. Lantaran SMS dan telepon selalu tidak nyambung, si D akhirnya mencari alternatif lain supaya bisa menghubungi U. Lho kok si U ini lagak-lagaknya aktif nian di jagat fesbuk, tak ambil pusing dengan si D mengirimi pesan pribadi, sekali lagi pesan pribadi, menanyakan perihal pembayaran utang.

Yang terjadi kemudian bukan sesuatu yang D sangka. U dengan songongnya malah melaporkan D atas tindakan penghinaan dan pencemaran nama baik ke polisi dengan tuduhan melanggar Pasal 27 ayat 3 UU ITE.

Seseorang nagih utang yang memang haknya. Lewat pesan pribadi, bukan membuat status yang menandai (tagging) atau menulis di dinding fesbuknya si pengutang. Gaes, ini nagih utang lho, bukan nyebar hoax atau jadi admin di grup pedofil. Bayar pengacara saja bisa, lha kok bayar utang tidak bisa?

Sabar, Mas D, ini ujian!

Jamaah Mojokiyyah yang dirahmati Allah SWT. Terlepas dari bagaimana cara menagihnya, pada dasarnya ada etika yang harus diperhatikan seorang penagih utang. Misalnya dengan bertandang silaturahmi; karena bisa jadi si peminjam mengalami sesuatu hal sehingga belum bisa membayar. Tetapi si peminjam juga harus sadar diri bahwasanya setiap utang harus dibayar atau dilunasi. Jangan ketika minta utangan memasang wajah macan Cisewu, giliran harus bayar atau ditagih, muka berubah jadi seperti macan Cisewu part 2:  yang ditagih lebih galak daripada yang nagih.

Soal utang piutang, syahdan Rasulullah SAW pernah didatangi para sahabat yang meminta beliau menyolatkan jenazah. Maka, beliau bertanya, “Apakah dia memiliki utang?”, mereka menjawab, “Tidak,” dan Nabi pun menyalatkannya. Lalu, ketika datang jenazah yang lain, Nabi SAW kembali bertanya, “Apakah dia memiliki utang?”, mereka mengatakan, “Iya.” Nabi berkata, “Salatkanlah saudara kalian,” Abu Qotadoh pun berkata, “Aku yang menanggung utangnya, Wahai Rasulullah.” Maka Nabi pun menyalatkannya.

Kenapa perihal utang sangat krusial? Salah satu hadis menjelaskannya. “Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya” (H. R. Tirmidzi) atau “Barangsiapa yang rohnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: sombong, ghulul [khianat], dan utang, dia akan masuk surga” (H. R. Ibnu Majah).

Jamaah Mojokiyyah di mana pun Anda berada.

Saya yakin semua orang memiliki utang. Ada yang sudah dibayar (alhamdulillah), ada pula yang hendak dibayar atau hendak dilupakan. Termasuk apabila ketika sekolah dulu, Anda jajan di kantin, makan gorengan lima, tapi bilang cuma tiga. Itu juga termasuk utang yang kelak akan dipertanggungjawabkan jika belum dilunasi.

Utang memang tidak melulu tentang uang, janji yang belum dilunasi pun termasuk utang. Jadi, saya harap para pasangan yang masih pacaran, hambok plisss jangan ngasih janji-janji palsu. Kalau tidak dilunasi, pertanggungjawabannya berat di akhirat nanti. Dan si pemberi utang pun perlu mengingatkan pihak yang berutang untuk melunasi kewajibannya. Termasuk di dalamnya para kekasih yang doyan PHP hingga pejabat yang mulutnya manis saat kampanye.

Itulah kenapa, salah satu pekerjaan yang sebenarnya mulia tapi kenyataannya malah disia-sia adalah pekerjaan penagih utang atau debt collector. Para debt colletor itu sebenarnya berusaha membuat kita bisa masuk surga tanpa terhalang tanggungan utang yang belum terbayarkan. Mulia sekali, bukan? Saran saya, ketika ketemu para debt collector, mending disalami, disenyumi. Kalau bisa ucapkan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam.

“Mas, terima kasih lho dah dibantu untuk masuk surga. Saya tahu pekerjaan Mas sarat pahala dan mantap jiwa. Semoga Allah Swt. selalu menaungi hidayah kepada Mas dan rekan-rekan sejawat.” (Dan si Mas Debt Collector-nya membatin, “Oh, bocah edan.”)

Jamaaah Mojokiyyah yang semoga dimudahkan dalam melunasi utangnya.

Jika setelah membaca tulisan ini Anda lantas mendapat hidayah, tiba-tiba ingat semua utang dari dulu sampai sekarang, datangnya hidayah itu ialah dari Allah. Tapi, jika setelah membaca tulisan ini Anda masih biasa-biasa saja, itu salah kalian sendiri. Namun, jangan lupa: segera lunasi utang. Memilih pemimpin nonmuslim bisa membuat jenazah tidak disalati, tapi tidak membayar utang bisa membuat roh melayang-layang penasaran.

Dengan demikian, kepada mas-mas patjar seluruh Indonesia yang selalu menjanjikan mau ngelamar tahun depan tapi kuliah nggak diselesai-selesaikan juga, apa kamu belum takut setelah baca tulisan ini?

Exit mobile version