Selain Paspampres, Jokowi Perlu Membawa 4 Benda Ini ke Rusia dan Ukraina

Selain Paspampres, Jokowi Perlu Membawa 4 Benda Ini ke Rusia dan Ukraina MOJOK.CO

Ilustrasi Selain Paspampres, Jokowi Perlu Membawa 4 Benda Ini ke Rusia dan Ukraina. (Mojok.co)

MOJOK.COSelain membawa Paspampres, Pak Jokowi perlu membawa beberapa “benda sakti” ketika berkunjung ke Rusia dan Ukraina. Inilah dia. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya agenda mengunjungi dua negara yang sedang bertikai, Rusia dan Ukraina. Minggu (26/6) malam, beliau sudah sampai Jerman dan ketika artikel ini terbit mungkin sudah sampai. Satu hal yang pasti, Paspampres pasti bakal bekerja keras untuk memastikan keamanan pemimpin Indonesia.

Menjadi pemimpin negara pertama dari Asia yang mendatangi kedua negara tersebut, Jokowi punya tujuan mulia. Beliau ingin mendorong semangat perdamaian. Kita doakan berhasil, ya.

Sejak perang pecah antara Rusia dan Ukraina, krisis pangan global menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Hal ini berdampak pula pada Indonesia, termasuk melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok sampai kisruh minyak goreng. 

Fenomena yang saya sebut terakhir bahkan memunculkan polemik lainnya, yaitu kritikan pedas politikus senior Indonesia yang heran kenapa ibu-ibu di Indonesia mengantre minyak goreng, alih-alih makan makanan rebus-rebusan atau kukus-kukusan. 

Ya, teman-teman, akhirnya Jokowi datang ke Rusia dan Ukraina untuk menyelamatkan harga diri kita—setelah sebelumnya kita di-roasting gara-gara antre minyak goreng.

Untuk memastikan keamanan Jokowi, Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) sudah mempersiapkan sejumlah perlengkapan dalam perjalanan ini. Paspampres akan melengkapi kunjungan Jokowi ke Rusia dan Ukraina dengan helm, rompi, senjata laras panjang, serta total 39 personel untuk mengawal presiden. Jumlah ini mencakup 19 Paspampres, 10 orang dalam tim penyelamatan, dan 10 orang dalam tim advance.

Namun, sebagai warga negara Indonesia yang turut berdoa agar kunjungan Presiden Jokowi itu berjalan dengan lancar, aman, dan nyaman, saya rasa ada beberapa hal lain yang sebaiknya nggak dilupakan untuk dibawa ke Rusia dan Ukraina:

Mi instan

Perang Rusia dan Ukraina bukan hanya bikin penduduknya sengsara. Mereka bahkan bisa membuat anak kos di Indonesia yang nggak kepikiran untuk ngikutin berita soal Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky jadi ikut-ikutan terancam mempersiapkan uang lebih banyak hanya untuk mendapatkan satu mangkuk mi instan.

Salah satu ekspor dari Ukraina yang terganggu ke Indonesia akibat kondisi ini adalah gandum sebagai bahan baku pembuatan tepung terigu. Bayangkan, jika ekspor ini jumlahnya tak pasti, apa kabar nasib makanan-makanan yang membutuhkan tepung terigu dalam pembuatannya? 

Jika mendapatkan tepung terigu kian sulit, bukankah harga mi bisa melonjak sewaktu-waktu? Kalau mi mahal, apa yang harus kita makan pukul satu pagi waktu kebangun dan perut lapar meronta-ronta? 

Kedua negara itu jelas nggak mempertimbangkan kondisi ini. Itulah kenapa Jokowi perlu mengabarkan kepada mereka bahwa mi instan adalah harapan kita dengan cara membawa mi secara langsung ke hadapan pemimpin Rusia dan Ukraina. 

Kalau perlu, Pak Jokowi membiarkan mereka merasakan “surga dunia” itu. Oleh sebab itu, selain mengawal Pak Jokowi, Paspampres perlu memastikan keamanan stok mi instan yang dibawa.

Minyak kayu putih dan koin untuk kerokan

Ditemani sejumlah Paspampres ketika menggelar inspeksi ke sejumlah apotek tahun lalu untuk memastikan obat antivirus, media memberitakan bahwa Jokowi kerap menyediakan minyak kayu putih di mobilnya. Dalam unggahan media sosialnya pun, Jokowi menunjukkan prioritasnya untuk membawa minyak kayu putih demi menjaga kesehatan diri di masa pandemi.

Belajar dari dua hal itu, perjalanan ke Rusia dan Ukraina tentu tak akan jadi pengecualian bagi Jokowi. Bahkan, karena ini adalah kunjungan yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian, Jokowi bisa memberi bingkisan minyak kayu putih beserta berbagai koin rupiah sebagai alat untuk mengajak kedua pimpinan negara itu bersantai dengan mengadaptasi aktivitas legendaris kebanggaan masyarakat Indonesia: kerokan.

Hmm… kalau perlu Paspampres belajar teknik-teknik mengerok paling sakti. Siapa tahu bisa menularkan ilmu leluhur ini kepada Paspampres Rusia dan Ukraina.

Sebagai sesama presiden, Jokowi tahu betul tekanan yang dirasakan keduanya. Apalagi, dalam situasi sekarang, baik Putin maupun Zelensky pasti kelelahan memikirkan nasib rakyat dan negaranya. Tak menutup kemungkinan mereka sering begadang dan kurang tidur demi memastikan berjalannya pemerintahan di jalur yang benar.

Kondisi ini membuat kemungkinan kian tinggi bagi mereka menderita masuk angin. Kerokan dipercaya sebagai salah satu cara mengatasi masuk angin yang secara praktis tetap bisa dicoba oleh Putin dan Zelensky.

Kerokan FTW!

Sarung

Jokowi adalah salah satu penggemar berat sarung. Di banyak kesempatan, beliau tertangkap kamera mengenakan kain kotak-kotak ini, termasuk dalam foto terkenalnya di tenda yang dipasang di calon lokasi IKN.

Sarung bukanlah kain yang terbatas pada agama tertentu. Saya rasa, Pak Jokowi mungkin sudah mengetahui bahwa dalam budaya Sunda, sarung diyakini berasal dari kata “sa” dan “rung”. “Sa” berarti ‘berlebihan’, yang merujuk pada keinginan manusia yang tanpa batas. “Rung” berarti ‘dikurung’, yang merujuk pada kemampuan menahan diri dari keinginan-keinginan berlebihan tersebut. 

Filosofi ini rasanya cocok diungkapkan kepada pemimpin Rusia dan Ukraina agar keduanya sama-sama tertampar dan introspeksi diri. Supaya lebih berkesan, Jokowi bisa juga mengemas sarung spesial untuk Putin dan Zelensky. Agar lebih manis dan hangat, corak sarung untuk keduanya bisa dibuat sama persis. Tujuannya, supaya, tanpa mereka sadari, mereka sudah punya pakaian couple yang kompak. Eaa~

Lho, kalau perlu, Pak Jokowi dan semua Paspampres mengenakan sarung ketika mendarat di Rusia atau Ukraina. Ya anggap saja sekalian promosi.

Hape

Bukan. Alasan Jokowi nggak boleh ketinggalan membawa hape bukanlah karena takut hapenya diperiksa Ibu Negara (emangnya kamu?!), melainkan untuk mewujudkan hubungan damai dengan kedua negara dalam bentuk digital.

Bahasa sederhananya: bikin video TikTok berdua, masing-masing dengan Putin dan Zelensky.

TikTok menjadi aplikasi paling banyak diunduh masyarakat dunia sepanjang 2021 lalu. Salah satu fitur yang diberikan TikTok yang membuat para penggunanya betah berada di dalamnya adalah adanya filter-filter unik dan suara atau sound yang sering viral dengan cepat.

Sejak beberapa bulan lalu, sound Putin meneriakkan kata “Ura!” menjadi populer di Indonesia. Jokowi bisa saja menjadikan hal ini sebagai ide remake dengan Putin secara langsung dan menjadikannya sebagai pemenang sound itu di seluruh TikTok. 

Namun, dengan pertimbangan matang, rasanya lebih bijaksana jika Jokowi memanfaatkan TikTok untuk membujuk masing-masing presiden berkolaborasi bersama dalam kesempatan berikutnya untuk menggunakan sound tren romantis di TikTok yang diambil dari lagu Lauv, I Love Me Better. Para Paspampres bisa ikut menari di bagian latar. Seru.

Kalau belum berhasil, opsi lain yang dimiliki Jokowi adalah mengajak mereka meng-cover lagu Keisya Levronka. Tujuannya, tentu agar pemimpin Rusia dan Ukraina dapat saling menggambarkan kerinduan pada keadaan harmonis sebagai negara tetangga lewat lirik: “Ku menanti kau ‘tuk kembaliii!”

Namun, sebagai catatan, Jokowi bisa menyarankan keduanya untuk bernyanyi reff bagian pertama yang nadanya lebih rendah. Soalnya, kalau nyanyinya di reff kedua, takut dirujak warganet gara-gara nada tinggi yang gagal dicapai.

Yah, kadang-kadang, komentar warganet lebih sulit dihadapi ketimbang upaya perdamaian kedua negara, sih.

BACA JUGA Presiden Ukraina, Contoh Telak Pemimpin yang Tak Tahu Apa-apa dan artikel menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Aprilia Kumala

Editor: Yamadipati Seno

Exit mobile version