Dasar teologi Kristen
Kristen Arus Utama adalah kepercayaan sesuai ajaran Yesus dan sepakat dengan 2 kredo atau pengakuan iman. Yaitu kredo para rasul dan kredo Nicea-Konstantinopel. Kedua kredo ini mengakui kepercayaan dasar Kristiani. Poin dasar pengakuan iman ini adalah:
1. Percaya kepada Allah Bapa sebagai Mahakuasa, pencipta langit dan bumi;
2. Percaya kepada Yesus Kristus, Putra Allah yang:
a. Dikandung oleh Roh Kudus, lahir dari Perawan Maria;
b. Menderita, disalibkan, wafat, dan dimakamkan;
c. Bangkit pada hari ketiga;
d. Naik ke Surga;
e. Akan datang kembali di hari akhir untuk menghakimi umat manusia;
3. Percaya kepada Roh Kudus;
4. Percaya kepada gereja dan persekutuan para kudus;
5. Percaya pada pengampunan dosa;
6. Percaya pada kebangkitan badan, dan;
7. Percaya pada kehidupan kekal.
Kristen Arus Utama menjadikan pernyataan di atas sebagai pondasi iman. Pada perjalanannya, silih pandang dalam menafsirkan Alkitab maupun hukum iman memunculkan cabang alias denominasi. Misal, Katolik yang percaya transubstansi (roti dan anggur berubah jadi tubuh dan darah Kristus secara substansi) ditolak Kristen Protestan.
Tapi, landasan teologi Kristen Arus Utama tetap sama. Terutama tentang Trinitas. Nah, kepercayaan inilah jadi salah satu pertentangan antara Saksi Yehuwa dengan Kristen Arus Utama.
Pertentangan dalam memaknai Yesus dan tradisi
Pertentangan antara Kristen Arus Utama dan Saksi Yehuwa sangat banyak dan rumit. Namun, mari kita berfokus pada landasan teologinya.Â
Alasannya sederhana. Fondasi Kristiani sudah jelas. Dasar Kristiani adalah keilahian Yesus yang menjadi manusia dan mati untuk menebus dosa manusia. Segala ajaran Yesus di dunia bermuara pada karya keselamatan dan penebusan dosa.
Penolakan perkara keilahian Yesus ini yang menjadi dasar Saksi Yehuwa. Charles Russell, pada abad ke-19, menyatakan penolakan ini. Dasarnya adalah tidak ditemukannya konsep trinitas dalam Alkitab. Kristen arus utama sendiri memandang Trinitas dan keilahian Yesus telah sesuai Alkitab. Contohnya pada pernyataan Yohanes 1:1 dan sabda Yesus pada Matius 28:19.
Saksi Yehuwa juga menolak tradisi dalam gereja karena dipandang tidak bersumber dari Alkitab. Sedangkan Kristen arus utama memandang tradisi sebagai hak otoritatif dan pengembangan iman yang lebih praktis.Â
Mereka memosisikan diri sebagai gerakan pemurnian dan mengembalikan ajaran Yesus berdasar apa yang dicatat dalam Alkitab. Sehingga, Saksi Yehuwa tidak mengakui kredo yang menyatakan kepercayaan pada gereja yang satu dan kudus.
Masih banyak pertentangan lain. Namun dari 2 ini, kita bisa melihat sumber keretakan. Kristen arus utama sepakat mengimani Yesus sebagai Allah yang menjadi manusia. Saksi Yehuwa mengimani Yesus sebagai ciptaan Allah.
Masih banyak pertentangan lain. Dari bentuk salib, transubstansi roti dan anggur, sampai penyebutan Allah dan Yehuwa atau Jehovah. Tapi, 2 pertentangan sebelumnya adalah akar yang menjawab pertanyaan awal: Apakah Saksi Yehuwa termasuk Kristen?
Saksi Yehuwa bukan Kristen
Saya akan berhati-hati sedikit dalam menjawab pertanyaan penting ini. Alasannya, penyebutan Kristen itu tidak sederhana. Saya akan berpegangan pada 2 konsili, yaitu Nicea dan Konstantinopel. Jadi, 2 konsili ini adalah landasan utama sebelum muncul cabang-cabang Kristen.
Karena istilah dan konsep Kristiani sendiri dilahirkan oleh Kristen arus utama, maka Saksi Yehuwa digolongkan sebagai bukan Kristen. Karena Kristiani dimaknai bukan hanya pengakuan pada ajaran Yesus, tapi juga keilahiannya.
Apabila pengakuan pada pengajaran Yesus saja, maka akan ada beberapa agama yang bisa digolongkan sebagai kristen. Misal, Islam yang menempatkan Yesus/Isa sebagai nabi. Atau Sikhisme yang juga mengakui ajaran Yesus. Namun, keduanya tidak mengakui keilahian Yesus. Nah, Saksi Yehuwa tetap bersikukuh sebagai bagian dari Kristen. Landasannya adalah mereka Yehuwa mewartakan ajaran Kristen.
Mungkin terkesan rumit. Namun saya bantu simpulkan sedikit. Ajaran Kristiani punya fondasi jelas perkara keilahian Yesus. Nah, jika fondasi ini saja ditolak, apakah bisa digolongkan sebagai Kristen?Â
Siapa saja bisa menyebut dirinya Kristen. Namun, tanpa mengakui Trinitas dan keilahian Yesus yang jadi dasar iman, apakah bisa disebut Kristen? Itu.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Pelajaran dari Kasus Saksi Yehuwa yang Dicap Radikal Karena Tolak Hormat Bendera dan pandangan menarik lainnya di rubrik ESAI.