Saatnya Generasi Milenial Berontak Dituduh Generasi “Rawan” - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Saatnya Generasi Milenial Berontak Dituduh Generasi “Rawan”

Claudia Destianira oleh Claudia Destianira
20 Maret 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Kenapa sih generasi milenial disebut-sebut sebagai generasi paling “rawan” cuma karena dibilang hobinya galau dan sedih mulu?

Apakah setelah adanya rekognisi atas generasi milenial lewat kartu pra kerja dan rumah siap kerja  yang secara lantang dijadikan program kampanye dalam debat cawapres silam, milenial akan berhenti mengunggah instastory hitam polos dengan tulisan super kecil dan tak lagi membagikan lagu-lagu sadboy nan edgy dari Spotify?

Eits, belum tentu~

Menjadi kaum yang menghuni sepertiga populasi penduduk di Indonesia memang terdengar sangat seksi. Kalian, bonus demografi pemegang masa depan bangsa selanjutnya—katanya.

Lalu semangat itu kita bawa ke bursa lowongan kerja, promo apartemen dan kos-kosan murah, yang nyari informasinya pun harus sambil nangkring di kedai kopi ber-WiFi yang harga satu gelas minumannya cukup untuk dua porsi ayam geprek mozarella sambil unduh film dari Indoxixixi, rasanya kok frasa seksi tadi jadi nggak ada bonus-bonusnya.

Baca Juga:

Game of Thrones Kembali Lewat Prekuel ‘House of the Dragon’

Baliho Puan Maharani di Desa Terdampak Semeru dari Kacamata Tukang Pasang Baliho

Sebelum KPI Eksis, Indonesia Punya Serial Drama Sejarah Sebagus Game of Thrones dan Sageuk

Apa betul, semua kebingungan dan ketidakpastian khususnya soal finansial tadi jadi alasan kenapa milenial disebut-sebut sebagai generasi paling “rawan”, cuma karena dibilang hobinya galau dan sedih mulu?

Menurut Om William Strauss dan Neil Howe dalam bukunya Generations: The History of America’s Future, generasi milenial terdiri dari individu-individu yang lahir antara tahun 1982 dan 2004, atau individu yang mencapai kedewasaan pada transisi abad ke-21.

Milenial tumbuh dewasa ditemani dunia yang berkembang secara masif lewat teknologi dan jaringan komunikasi global. Sebagai generasi yang paling beragam secara etnis, generasi milenial juga diprediksi jadi generasi yang paling toleran terhadap perbedaan.

Dibesarkan oleh generasi yang membangun inovasi-inovasi di dunia, mereka juga diprediksi jadi generasi yang paling kreatif. Akhirnya milenial “dipaksa” harus punya ide-ide yang lebih variatif dan belum ada sebelumnya.

Meski dituntut harus lebih kreatif dari generasi sebelumnya, generasi ini lebih optimis dalam memandang dunia karena dibesarkan dalam idealisme para helicopter parents atau orang tua dari generasi sebelumnya.

Kalau kata Prof. Rhenald Kasali dalam Strawberry Generation, manusia punya dua jenis mindset yaitu fixed dan growth mindset.

Fixed mindset atau orang-orang yang pemikirannya tetap alias konvensional cenderung sangat menjunjung ijasah dan gelar pendidikan, sementara growth mindset atau orang-orang yang lebih fleksibel tidak membatasi kapasitas dan kapabilitas seseorang sebatas gelar dan angka yang diperoleh di bangku pendidikan formal-bagi kelompok ini, yang lebih penting adalah soal dampak yang bisa dihasilkan.

Sayangnya, saat ini kita masih sangat didominasi oleh orang-orang dengan fixed mindset yang sebetulnya problem-oriented, tapi belum tentu solution-oriented seperti apa yang selalu digarisbawahi oleh orang-orang dengan growth mindset.

Milenial juga sering banget dihadapkan dengan pertanyaan yang lebih menyeramkan dari White Walkers-nya Game of Thrones; “lagi sibuk apa sekarang?”

Dan kalau kamu belum dapet kerja alias pengangguran, atau gajimu di bawah ekspektasi, atau kamu belum punya aset kendaraan atas nama pribadi, atau statusmu belum kewong, langsung deh kepercayaan dirimu jatuh ke lantai.

Bahkan Valyrian Steel nggak bisa melindungimu dari pertanyaan macam ini. Tentu yang ingin didengar oleh orang lain bukan soal apa yang sedang kamu kerjakan, tapi apa yang udah dan bakal kamu peroleh dari apa yang kamu lakukan.

Mereka lebih mudah memahami dan mengkalkulasi apa yang terlihat secara kasat mata dibanding nilai-nilai yang kamu perjuangkan atau pengaruh intangible yang sudah kamu hasilkan.

Dan, voila, masyarakat melihat sebagian kecil dari diri kita-seperti identitas keprofesian kita, jabatan dan aset yang kita punya misalnya—dan menggunakannya untuk menakar nilai kita sebagai manusia.

Hidup di dunia serba materialis, tanpa sadar kita juga akhirnya mengeksploitasi diri sendiri dan mereduksi nilai diri kita sebatas persoalan materi semata: ketika kamu menilai harga dirimu sendiri berdasarkan produktivitas (dan merasa bersalah kalau kamu nggak produktif secara materil), produktivitasmu berorientasi profit, dan menurutmu bekerja keras adalah satu-satunya penghasil kebahagiaan.

Yah, saat itulah kapitalisme berhasil menempatkan nominal tak kasat mata yang menempel di jidat kita-sebagai makhluk yang mengeksploitasi diri demi nominal yang bisa kamu hasilkan dan “membeli” tempatmu di dalam struktur sosial.

Dan terkadang, sebenarnya kita mungkin nggak lebih butuh sama aset-aset tersebut dibanding rasa hormat dan perhatian yang diberikan oleh orang lain saat kita udah punya semua itu.

Kalau mau dilihita lebih jauh, sebenarya isu finansial bisa jadi salah satu alasannya, tetapi bukan alasan utama kenapa generasi milenial dibilang generasi “rawan”.

Ya maklum sih, cara pikir yang menilai self image individu sama dengan materi itulah yang bikin generasi milenial jadi susah buat nggak galau. Setelah self image jadi rendah akibat masalah materi tadi, banyak dari milenial yang jadi nggak berani buat mencoba dan mewujudkan ambisi mereka yang sesungguhnya.

Semuanya jadi soal kompetisi materi buat bertahan hidup. Bukan kolaborasi saling dukung buat berkontribusi memberikan dampak positif ke masalah-masalah aktual yang ada di sekitar kita. Contoh paling sederhananya, kita lebih sibuk mana; membantu mengatasi kemiskinan atau justru menghindarinya?

Setelah baca sampai sini, apa kita harus berkontemplasi sambil nyalain lagu galau buat mengiringi rekaman hujan rintik-rintik lalu diunggah di close-friends?

Sah-sah saja sih sebetulnya. Cuma yang perlu digarisbawahi dari menjadi milenial adalah, sebetulnya kita udah punya semuanya: kreativitas, passion, idealisme, optimisme, you name it.

Supaya kita bisa bertahan hidup sambil tetap berbahagia di dunia yang tantangannya lebih “unik” dari generasi sebelum kita ini, kita bisa buat definisi sukses sendiri, bukan hanya memenuhi standar-standar materil tetapi juga tentang dampak yang bisa kita hasilkan untuk orang banyak.

Tak lupa, passion juga perlu berkawan dengan sikap realistis: bidik kesempatan-kesempatan yang ada sambil menghidupkan kesadaran kalau diri kita sebagai individu bukan cuma soal materi dan pencapaian tetapi juga kemampuan yang harus terus diasah dan apa yang kita yakini. Sekaligus gimana kita menerjemahkan semua itu ke hal-hal nyata.

Lawan saja narasi “rawan” tadi pelan-pelan dengan canda tawa yang kritis, serius, tapi santai dan nggak grasa-grusu macam fanboy capres di kolom komentar postingan Mojok kalau nanggepin guyonan.

Tags: debat cawapresgame of thronesgenerasi milenialkampanye
Claudia Destianira

Claudia Destianira

Tinggal di Jatinangor.

Artikel Terkait

house of the dragon mojok.co

Game of Thrones Kembali Lewat Prekuel ‘House of the Dragon’

29 Juli 2022
Baliho Puan Maharani di Desa Terdampak Semeru dari Kacamata Tukang Pasang Baliho

Baliho Puan Maharani di Desa Terdampak Semeru dari Kacamata Tukang Pasang Baliho

24 Desember 2021
Sebelum KPI Eksis, Indonesia Punya Serial Drama Sejarah Sebagus Game of Thrones dan Sageuk

Sebelum KPI Eksis, Indonesia Punya Serial Drama Sejarah Sebagus Game of Thrones dan Sageuk

4 September 2021
Penjelasan Sederhana Kenapa BP Tapera Konon Bisa Bikin Generasi Milenial Mampu Beli Rumah

Penjelasan Sederhana Kenapa BP Tapera Konon Bisa Bikin Generasi Milenial Mampu Beli Rumah

18 Juni 2020
Selain Ken Arok, Milenial Emang ‘Doyan’ Kena Tipu Penguasa

Selain Ken Arok, Milenial Emang ‘Doyan’ Kena Tipu Penguasa

13 Mei 2020
baby boomer main tiktok ganjar pranowo najwa shihab istilah gaul anak zaman now generasi milenial gen Z Oke boomer tiktok spongebob joget challenge tiktok tren 2020

Dear Boomer, Berhentilah Berusaha Terlalu Keras Membaur dengan Main TikTok

17 Februari 2020
Pos Selanjutnya
Rabi Kuwi Gampang, Nanging Nglakonine Ora Segampang Kuwi

Rabi Kuwi Gampang, Nanging Nglakonine Ora Segampang Kuwi

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Saatnya Generasi Milenial Berontak Dituduh Generasi “Rawan”

Saatnya Generasi Milenial Berontak Dituduh Generasi “Rawan”

20 Maret 2019
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Bogor: Kota Paling Ideal di Indonesia untuk Pensiun MOJOK.CO

Kota Bogor: Kota Paling Ideal di Indonesia untuk Pensiun

2 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022

Cara Hadapi Henry Subiakto Menurut Mahasiswanya, Itu Lho Staf Kominfo yang Unggah Liputan Narasi TV Tanpa Watermark

3 November 2020
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo mengumumkan Irjen Pol. Ferdy Sambo sebagai tersangka atas kasus tewasnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabatara atau Brigadir J, di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.

Ferdy Sambo Kena Pasal Pembunuhan Berencana, Pengamat Sebut Waktunya Polri Singkirkan Oknum Nakal

9 Agustus 2022
kasus sman 1 banguntapan mojok.co

Jangan Dialihkan ke Isu SARA, Sri Sultan Minta Rekonsiliasi Kasus SMAN 1 Banguntapan

9 Agustus 2022
tur blackpink mojok.co

Gelar Tur Dunia, BLACKPINK akan Tampil di Jakarta Tahun Depan

9 Agustus 2022
REKOMENDASI 5 ANIME JEPANG 18+

REKOMENDASI 5 ANIME JEPANG 18+

9 Agustus 2022
Pelabuhan terbesar di kalimantan mojok.co

Bernilai Rp 2,9 Triliun, Jokowi Resmikan Pelabuhan Terbesar di Kalimantan

9 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In