Rasanya Jadi Orang Jelek Secara Harfiah - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Rasanya Jadi Orang Jelek Secara Harfiah

Muhammad Sofyan oleh Muhammad Sofyan
2 April 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Bagaimana rasanya jadi orang jelek? Hal yang tak akan pernah kamu tahu rasanya kalau kamu tak benar-benar dilahirkan sebagai orang jelek.

Jadi jelek itu menyeramkan. Bayangkan bagaimana rasanya detik-detik saat mata orang lain memandang wajahmu dengan terkesima. Bukan, bukan karena kamu menarik, melainkan karena bentuk fisikmu yang tidak sedap dipandang.

Tatapan yang akan diakhiri dengan—kalau orang itu kenalanmu—cemoohan.

“Sof, gigi lu kok maju gitu sih? Hahahaha.”

Label demi label datang lalu silih berganti. Parahnya, hal itu tak hanya keluar dari teman-temanmu. Wali kelasmu juga turut mencemoohmu, memanggilmu dengan panggilan-panggilan yang membuatmu ciut. Dan salah satu ejekan paling membekas kemudian adalah “cacing planet”.

Lalu panggilan cacing planet membuatmu membeku, gurumu tertawa, teman-temanmu tertawa, dan kamu berusaha tetap bereaksi normal-normal saja. Kamu tahu kamu ingin marah, tapi kamu tahu itu percuma.

Baca Juga:

orang jelek mojok.co

Orang jelek Itu Juga Manusia, Berhak Bahagia

20 November 2022
atma jaya transpuan salon sang ratu MOJOK.CO

Manusia Atma Jaya: Tentang Salon Sang Ratu dan Toleransi kepada Transpuan

13 Februari 2020

Badanmu lalu gemetar, ingin menangis, tapi menangis akan memperburuk keadaan, membuatmu jadi terlihat lemah, dan—tentu saja—membuatmu makin jelek dan akan semakin membuatmu diejek.

Agar tidak terlihat ingin menangis lalu kamu pura-pura ikut tertawa. Menyembunyikan apa yang kamu rasakan. Merelakan celaan itu menghantammu satu demi satu. Waktu kemudian melambat, detik berhenti, seolah celaan itu berlangsung selama-lamanya. Terus bergeming di telingamu tak berhenti-berhenti.

Mungkin beberapa teman menganggap kamu bisa menerima panggilan-panggilan itu. Ejakan itu lalu melekat jadi identitasmu. Teman-temanmu merasa kamu ikhlas dipanggil begitu.

“Oi, cacing planet.”

“Dasar tonggos.”

“Kok bisa sih bibir lu maju banget?”

“Hahaha, Boneng!”

Butuh waktu yang cukup lama bagimu untuk mengubah diri menjadi pribadi yang percaya diri. Karena begitu seringnya kamu jadi bahan ejekan, temanmu lalu jadi sedikit sekali. Beberapa dari mereka bernasib sama, dijauhi karena jelek dan tidak menarik. Berkumpul menjadi sekelompok pecundang.

Saking sedikitnya, kamu cuma punya empat teman di SMP. Karena sering berempat, guru olahragamu menyebut kamu dan teman-temanmu sebagai geng homo.

Masalahnya, kamu dan geng homo-mu itu memang tak becus dengan pelajaran olahraga. Kamu lalu merasa benar-benar jadi pecundang. Tak pandai berolahraga makin membuat kamu dan gengmu dicap homo, lemah, banci, tak macho. Sempurna sudah.

Keadaan lalu berjalan begitu terus sampai membuat kamu sulit untuk ngobrol dengan teman-temanmu. Padahal kamu ingin bisa ikut terlibat ketika teman-teman lain berkumpul membicarakan film yang seru, komik baru, atau easter egg pada game yang sedang populer.

Kamu ingin jadi bagian dari mereka. Tapi percuma, ujungnya sama, cemooh sambil tertawa selalu muncul dari mereka karena berusaha membuatmu tak nyaman. Dan kemudian kamu sadar, kamu tak layak bersama mereka.

Kamu lalu masih ingat bagaimana teman-teman memajukan giginya ketika berbicara denganmu. Mereka tertawa puas, kamu menunduk lemas.

Dan salah satu bagian terburuk menjadi pecundang adalah kamu harus siap “diapa-apain” dengan teman lain. Badanmu yang kecil dipegang erat-erat, mereka semua berteriak kencang, “TELANJANGIN SOFYAAAAAAAAAN. TELANJANGIIIN!!!”

Kamu lalu berharap keadaan akan baik-baik saja. Kamu yakin kamu akan terbiasa. Namun hari ke hari makin banyak yang hal buruk baru yang terjadi.

Ada hari di mana kamu mendapati tas sekolahmu tergantung di atas pohon. Ada juga saat kamu harus menghibur temanmu di kala ia diteriaki banci oleh teman-teman sekolahmu. Ingin sekali rasanya membalas apa yang mereka lakukan padamu, tapi—sekali lagi—kamu tahu itu sia-sia.

Karena nyaris tak ada teman, kegiatanmu selain sekolah adalah mengaji di rumah. Hampir setiap hari ada guru ngaji yang datang.

Semua terasa biasa saja, menjadi rutinitas yang kamu lakukan tanpa ada penolakan sampai suatu hari guru ngajimu mencolek-colek pahamu, memangku badan kecilmu, dan setelahnya terjadi peristiwa yang tak akan mampu kamu ceritakan lagi.

Mengingatnya, menuliskannya, akan selalu membuatmu merasa malu, marah, dan sedih.

Banyak yang kemudian bertanya, mengapa kamu tidak melawan?

Di saat itu, kamu tak punya keberanian. Setiap hinaan, apalagi perbuatan yang sifatnya melecehkan, membuat badanmu membeku. Kamu akan terdiam lama, dan menangis sejadi-jadinya ketika sampai di dalam kamar.

Keberanian tiba-tiba jadi barang yang sangat mewah. Bahkan untuk cerita ke orang tua pun kamu tak memilikinya lagi.

Menjadi jelek rentan untuk dilecehkan. Mungkin teman-teman sekolah menganggap itu semua candaan. Tapi candaan-candaan itu melekat, menjadi luka yang bisa membuatmu merasa rendah dan tak diinginkan.

Kamu lalu bersyukur kamu bisa melewati itu semua, menjadikannya pengalaman yang membuatmu jadi lebih kuat. Klise memang, tapi kamu tahu memang begitu adanya.

Pelan-pelan kamu akhirnya mulai menguatkan diri sendiri. Mencari kawan yang mengerti dirimu.

Pernah suatu hari kamu tak memakai deodoran, dan temanmu protes karena badanmu yang bau. Kejujuran mereka membuatmu jadi lebih mengerti akan masalah pada diri sendiri.

Belakangan kamu jadi berusaha untuk lebih mencintai diri sendiri. Jadi rajin merawat badan. Menjaga penampilan. Karena kamu paham, kamu tak akan bisa jadi yang paling baik di antara society yang mengangungkan wajah yang rupawan.

Tak apa-apa, setidaknya—pikirmu—badanmu wangi. Untuk saat ini itu saja cukup.

Orang-orang sepertimu memang wajib tahu cara merawat diri. Membeli deodoran bukanlah beban. Menyemprotkan minyak wangi sebelum pergi seharusnya tak susah. Kamu melakukan semua proses itu secara perlahan, dan akhirnya jadi kebiasaan.

Percaya lah, jadi orang jelek dan bau hanya akan memperburuk hari-harimu. Paling tidak, hilangkan lah satu hal itu dari tubuhmu.

Lalu hal yang akan kamu syukuri adalah; saat ini kamu dikelilingi teman-teman yang baik.

Mereka membantumu untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Menguatkanmu saat kamu jatuh. Menerimamu apa adanya. Begitu pun sebaliknya, kamu jadi merasa wajib menguatkan mereka di saat mereka pernah atau sedang ada dalam keadaan yang sama buruknya dengan keadaanmu dulu.

Lalu keadaan benar-benar akan berangsur baik. Karena kamu mulai mencintai dirimu, menghargai apa yang kamu miliki, dan bersyukur dengan segala kejelekanmu.

Kamu akan baik-baik saja. Itu pasti. Karena yang mengalami hal semacam itu, tidak cuma kamu. Jangan khawatir.

Saya mengerti. Sangat bisa mengerti. Karena saya adalah orang yang pernah mengalami itu semua. Sama sepertimu.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2019 oleh

Tags: bancihomoorang jelekrasanya jadi orang jelekwajah jelek
Muhammad Sofyan

Muhammad Sofyan

Tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait

orang jelek mojok.co
Uneg-uneg

Orang jelek Itu Juga Manusia, Berhak Bahagia

20 November 2022
atma jaya transpuan salon sang ratu MOJOK.CO
Pojokan

Manusia Atma Jaya: Tentang Salon Sang Ratu dan Toleransi kepada Transpuan

13 Februari 2020
Saya Menikahi Seorang Perokok karena Dia Merokok dengan Santun
Pojokan

Habib Bahar Layak Marah ke Jokowi yang Pernah Disebutnya “Banci”

15 Maret 2019
Lho Kok Arab Saudi dan Cina Mendadak Mesra sih?
Pojokan

Kalau Pria Gay Itu Wangi, Memangnya Kamu Bau Comberan?

2 Maret 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
habib rizieq

Habib Rizieq Dianggap Menebar Fitnah Terkait Isu Kampanye Menteri Luar Negeri di Arab Saudi

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Jokowi, FUI, FPI, PA 212, Sampai GP Ansor Kompak Ajak Masyarakat Datang ke TPS Pakai Baju Putih

Rasanya Jadi Orang Jelek Secara Harfiah

2 April 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang MOJOK.CO

Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang

16 Maret 2023
unair mojok.co

10 Prodi UNAIR yang Sepi Peminat dan Persaingannya Tidak Ketat

15 Maret 2023

Terbaru

massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023
Cerita Penjual Nasi Goreng Keliling yang Lebih Takut Jualan Menetap daripada Ketemu Hantu. MOJOK.CO

Cerita Penjual Nasi Goreng Keliling yang Lebih Takut Jualan Menetap daripada Ketemu Hantu

22 Maret 2023
RUU PPRT jadi inisiatif DPR

Sah Jadi Inisiatif DPR, RUU PPRT Harusnya Kelar Sebelum Lebaran, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

22 Maret 2023
pelaku mutilasi mojok.co

Terjerat Pinjol, Pelaku Mutilasi di Pakem Sudah Rencanakan Pembunuhan

22 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Jenazah korban mutilasi di rumah duka. MOJOK.CO

Psikolog UGM: Ada Dua Tujuan Orang Melakukan Mutilasi

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In