Puasa Ramadan di Negeri Cina yang Komunis nan Agamis - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Puasa Ramadan di Negeri Cina yang Komunis nan Agamis

Novi Basuki oleh Novi Basuki
21 Mei 2018
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK – Menghabiskan hari-hari puasa Ramadan di Kota Zhuhai, Provinsi Guangdong, Cina yang toleran dan harmonis. Ternyata agamis atau tidak suatu bangsa, memang tidak ada hubungannya dengan ideologi suatu negara.

Alhamdulillah pada bulan Ramadan tahun ini tidak ada berita yang nongol di media Indonesia dan bilang Pemerintah Cina melarang warganya yang muslim melaksanakan ibadah puasa seperti tahun-tahun kemarin. Sehingga amunisi buat ngamuk kepada negara aseng-komunis-kafir dan tukang ekspor peniti, jarum pentul, sekrup, sempak, hape, sampai barang modal (capital goods) 10 juta buruh kasar ilegal untuk pembangunan infrastruktur darat, laut, udara yang jorjoran dilakukan Pakde Jokowi, bisa sedikit berkurang karenanya.

Begini, perlu diketahui bersama, kondisi keagamaan di negara komunis macam Cina begini tak seseram seperti yang sering diberitakan media anti-aseng yang belum lama ini menyebut mahasiswa Indonesia di Cina—yang lebih dari 14 ribu jumlahnya—dicekoki pelajaran komunisme. Tentu saja di kesempatan ini pula saya harus berterima kasih kepada Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Cina yang tanggap dan tegas membantah hoaks tersebut.

Faktanya, agama apa pun di Cina bisa menjalankan kegiatan ibadahnya dengan leluasa. Tentu, dengan syarat tak melanggar hukum dan peraturan yang ada. Saya yakin, di negara mana pun, termasuk Indonesia, pasti tak bisa menoleransi ritual keagamaan yang kerjaannya mengompori pengikutnya untuk mengebom, misalnya. Kendati, baik Indonesia maupun Cina, sama-sama menjamin kebebasan beragama melalui konstitusinya.

Baydeway, meskipun Indonesia lebih religius dari Cina, akan tetapi kalau dilihat dari segi kebijakan kebebasan beragama, negara kita sebetulnya kalah toleran lho ketimbang Cina. Betapa tidak? Lewat pasal 36 di konstitusinya, Cina tidak hanya membebaskan warganya untuk menganut agama (zongjiao) atau kepercayaan (xinyang) apa saja yang akan diimani, tapi juga mempersilakan rakyatnya jika ingin tidak memercayai agama atau kepercayaan apa pun, alias ateis atau—gampangnya—kafir secara kaffah.

Mau bandingkan dengan di Indonesia? Boro-boro jadi ateis, mencatatkan kepercayaan lokal di KTP saja lho rumitnya bagai menjelaskan teroris itu ada dan nyata kepada mereka yang lebih memilih percaya kalau jutaan anggota PKI di Indonesia sudah bangkit kembali dan sembunyi entah di mana. Ya gimana, di Indonesia pemahaman sila pertama masih terlalu tekstual dan bungkus-able. Bukan nilai substansi Ketuhanan Yang Maha Esa yang penting, tapi gimana menunjukkannya ke orang lain yang utama.

Baca Juga:

manfaat puasa mojok.co

Pakar UGM: Berpuasa Baik untuk Kesehatan Mental

23 Maret 2023
Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

17 Maret 2023

Lebih jauh lagi dari itu, di Cina juga tidak ada persoalan warganya yang sebelumnya beragama kemudian tiba-tiba murtad, atau sebaliknya, dari yang awalnya tak beragama lantas mendadak menghitamkan jidat dan pakai minyak firdaus biar jenggotnya lebat. Cina tak urus rakyatnya mau menganut agama aliran apa saja yang disukai. Suku minoritas Tajik yang kebanyakan adalah kaum Syiah, contohnya, aman-aman belaka di Cina yang muslimnya mayoritas Sunni. Tak ada pengusiran dan pembakaran rumah orang-orang Syiah seperti terjadi di Sampang, Madura.

Oh iya, asal Anda tahu, Cina punya 10 dari puluhan suku asli yang menganut agama Islam. Jika dikalkulasi populasi muslim di Cina sekarang ada sekitar 30 juta jiwa. Itu sama saja sepuluh kali lipat penduduk Surabaya. Dan dengan jumlah sebanyak itu, tidak mungkin juga semua Islam-nya satu aliran saja dong.

Ada yang ikut Gedimu (transkripsi dari bahasa Arab al-qadīm), sekte berhaluan tradisionalis mirip orang-orang NU kalau di Indonesia. Ada yang ikut Yihewani (al-ikhwān), sekte puritan yang banyak dipengaruhi paham Wahabi. Ada yang ikut sekte Sufei (ṣūfī) yang rajin mengamalkan tarekat (menhuan) Nakeshibandiye (Naqsyabandiyah), Kuburenye (Kubrawiyah), atau Gadelinye (Qadiriyyah) dengan aliran yang juga bermacam-macam bergantung pada daerah dan kepentingan mursyidnya. Kompleks memang. Tapi meski mereka semua berbeda pandangan, setahu saya mereka akur tanpa pernah saling mengkopar-kapirkan.

Di negeri kafir ini, toleransi tidak hanya terjadi di lingkungan beda aliran atau yang beda agama, tetapi juga terhadap yang ateis—ya, terhadap mereka yang kata Yang Mulia Zakir Naik “Jahannam is waiting for you, Brother” itu.

Nah, saat bulan puasa Ramadan, keharmonisan demikian makin terlihat nyata. Yang berpuasa, ya berpuasa; yang tidak, ya tetap makan babi seperti biasanya. Tak ada itu yang manja minta dihormati ketika memasuki bulan Ramadan. Sebab, mereka telah merasa dihargai dengan keleluasaan yang diberikan untuk berbuat sesuai keyakinan masing-masing.

Oleh karenanya, tak bakal ada warung makan yang dipaksa tutup siang-siang oleh kaum pentungan. Bahkan, warung makan halal pun tetap buka dengan senang hati buat melayani konsumen nonmuslim dan/atau muslim yang tidak berpuasa walau pemiliknya dan pelayannya tengah lapar menjalankan Rukun Islam ketiga. Luwar biyasa sekali bukan?

Bagaimana dengan tausiah ustaz-ustaz di masjid? Oh, tak perlu khawatir. Alih-alih menjadikan masjid sebagai wahana politik seperti yang diserukan Pak Amin Rais, para ustaz (biasa disebut “ahong”) di negeri komunis ini malah mengimbau muslim—terutama yang mampu—sebanyak mungkin bederma untuk menyediakan takjil gratis.

Hal yang perlu Anda juga tahu, muslim cina itu kalau beramal tak tanggung-tanggung nominalnya. Selama sebulan penuh masjid-masjid di Cina jamak menyediakan santapan berbuka cuma-cuma dengan menu wah yang bikin kemecer.

Mi Lamian (bukan mi instan, Bosque!), Roti Naan, daging sapi, daging kambing, semangka, melon, kismis, kurma, atau minuman segar dihidangkan setiap hari dengan melimpah. Barangkali begitulah wujud kecil komunis yang berpadu seimbang dengan Islam. Saling berbagi, saling mengisi. Enggak saling usik sana-sini.

Enaknya berpuasa di negeri Cina yang komunis ini enggak berhenti di situ. Tuhan tampaknya sengaja menetapkan Ramadan senantiasa tepat pada musim panas ketika noni-noni Cina yang bening-bening itu berpakaian yang mini-mini untuk menghindari gerah. Tak usahlah kau bayangkan kalau lagi puasa!

Tak pelak, pemandangan tubuh manusia, wabil khusus amoi-amoi muda, yang sungguh diciptakan Tuhan dalam bentuk yang seindah-indahnya itu (“Laqad khalaqnā al-insāna fī aḥsani taqwīm”), adalah larutan penyegar dalam kemasan lain ketika tenggorokan haus namun azan magrib belum juga tiba.

Kalau sudah begini, “Fabiayyi ālā-i rabbikumā tukażżibān?”

Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan, Ya Akhi?

Terakhir diperbarui pada 25 Mei 2019 oleh

Tags: agamiscinajokowiKomunisKonfederasi Serikat Pekerja IndonesianuprabowoPuasaRamadansaid iqbalToleransizakir naik
Novi Basuki

Novi Basuki

Kandidat Doktor di Sun Yat-sen University, Guangdong, Cina.

Artikel Terkait

manfaat puasa mojok.co
Kesehatan

Pakar UGM: Berpuasa Baik untuk Kesehatan Mental

23 Maret 2023
Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!
Movi

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

17 Maret 2023
capres dari ugm
Kotak Suara

Empat Kandidat Capres Berasal dari UGM, Siapa Saja Mereka?

28 Februari 2023
deklarasi anies oleh pks
Kotak Suara

PKS Resmi Mendeklarasikan Anies Baswedan Jadi Capres, Bagaimana Elektabilitasnya? 

25 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
azab bencana

Syekh Astagfirullah vs Abu Amar, Agama Melawan Ilmu Pengetahuan

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023

Puasa Ramadan di Negeri Cina yang Komunis nan Agamis

21 Mei 2018
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023

Terbaru

manfaat puasa mojok.co

Pakar UGM: Berpuasa Baik untuk Kesehatan Mental

23 Maret 2023
rohana kudus pahlawan perempuan

Rohana Kudus: Bermula dari ‘Homeschooling’, Jadi Gemar Bikin Sekolah, Lanjut Jadi Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

23 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
surat pelaku mutilasi mojok.co

Isi Lengkap Surat Pelaku Mutilasi di Sleman Sebelum Tertangkap

23 Maret 2023
massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In