Perjudian Iman Budhi Santosa: Cabut dari PNS Jadi Penyair, Cabut dari Dunia Malah Jadi Legenda - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Perjudian Iman Budhi Santosa: Cabut dari PNS Jadi Penyair, Cabut dari Dunia Malah Jadi Legenda

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
11 Desember 2020
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Daripada jadi PNS, Iman Budhi Santosa ingin jadi penyair. Penyair yang beneran. Bukan yang siang pakai safari, malam mainan diksi.

Mestinya, plotwist-nya adalah ambtenaar atau PNS atau ASN yang hidupnya dijamin negara hingga mati, tetapi sekaligus penyair yang berkarya bagus dan produktif.

Bisa juga dibalik. Penyair yang total, PNS teladan.

Nyatanya, tidak.

Setidaknya, itu yang terjadi dalam diri Iman Budhi Santosa yang meninggal dunia tepat pada Hari HAM. Saat langit Indonesia bermendung.

Lahir dan tumbuh di Magetan di tahun Madiun Affair bergolak, kehidupan profesional Iman Budhi Santosa awalnya adalah pegawai perkebunan. Penempatannya berpindah-pindah di perkebunan di Jawa. Bahkan, hingga ke Lampung.

Baca Juga:

remy sylado mojok.co

Remy Sylado, Pelopor Puisi Mbeling yang Melawan Orba

13 Desember 2022
jemek supardi mojok.co

Legenda Pantomim Jemek Supardi akan Diistirahatkan di Makam Seniman Imogiri

17 Juli 2022

Namun, ada yang terus meraung-raung di pedalaman batinnya. Iman Budhi Santosa ingin menjadi penyair. Penyair yang utuh. Bukan penyair part time: siang berkantor, malam berpuisi. Siang berseragam birokrasi, malam telanjang bersama kata.

Jarang sekali ada contoh yang bagus di Indonesia ada sastrawan yang berkarya sangat bagus dengan melahirkan karya kilau pukau sekaligus PNS dengan karier yang moncer.

Jika dipaksakan jalan dua-duanya, ya, medioker. Karier PNS, kalau nggak biasa-biasa saja, naiknya sangatlah lambat. Berpuisi juga begitu. Ada sih terbit. Namun, hal itu tidak intens.

Karya terbit sekadar penanda bahwa cita-citanya sebagai sastrawan penuh ambisi mengubah dunia lewat sihir kata-kata masih ada. Karya yang terbit itu jelaga dari sisa tenaga yang diisap dan dicucup oleh kehidupan birokrasi sepanjang siang pun tak ubahnya serupa besi sauh karatan.

 

Karena hanya besi, setelah rela mengabdi

pada sejarah dan dijadikan sauh

maka ia hanya akan patuh

diangkat ketika kapal berlayar, tak mengeluh

diturunkan ke dasar laut saat berlabuh

 

Demikian pula para kelasi dan juru mudi

serta jutaan orang lain yang harus mengabdi

demi sesuap nasi karena tak mungkin menanam

pada jagung pada telapak tangan sendiri

 

Iman Budhi Santosa, seperti pada puisinya yang saya kutip utuh itu, tidak mau memilih besi sauh. Dia memilih hidup dengan bentang cakrawala tak (p)bersegi dan bukan kotak sempit kelasi bernama PNS atau ANS dengan dekorasi dan penataan ruang interior yang buruk.

Yogyakarta pun menjadi pilihan saat Iman Budhi Santosa melepas status PNS perkebunannya dan memakai zirah kepenyairan.

Di kepala Iman Budhi Santosa, puisi itu adalah buku hidup yang dijalani secara total. Tidak boleh setengah-setengah.

Jadi, Anak Muda, yang di kepalanya sekadar berpuisi untuk kasmaran, segera ke tepi. Yang sekadar supaya dipuji temannya, untuk sementara menyingkir.

Sebagai buku hidup—puisi adalah laku pengembaraan mencari up dan down-nya hidup—Iman Budi memasuki kehidupan hipis Malioboro. Dengan dada membusung walau perut busung, generasi mereka mendaku diri sebagai “Pelopor”.

Pelopor adalah nama media yang berkantor di ujung utara Malioboro yang kehidupan manajemennya seperti laku seorang hipis: kere independen.

Lihat, mereka tidak menamakan diri sebagai “Kedaulatan”. Padahal, gedung koran Kedaulatan Rakyat tidak jauh letaknya dari Malioboro itu. Atau, generasi “Minggu Pagi”. Kok, ya, nggak keren. Dikira klub senam pagi.

Yang diingat Iman Budhi Santosa adalah Pelopor. Media ini seperti tapal yang bersenyawa dengan sekolah budaya bernama Malioboro.

Jika bisa, semua media seperti Pelopor itu. Punya ruang sastra yang luas. Bukan hanya menyediakan, melainkan dekat dengan detak hidup para pelaku sastra.

Kehidupan hipis Malioboro sebagai sekolah kebudayaan itu yang terus dipanggul Iman Budhi Santosa. Sebuah kalbu yang berbeda sama sekali dengan kalbu Malioboro terkini yang sepenuhnya menjadi pasar transaksi ekonomi pariwisata.

Sandang, pangan, papan yang dikenakan Iman Budhi Santosa adalah wajah hipis Malioboro 70-an dan 80-an. Tak pernah luntur. Sedikit pun.

Sederhana, ramah, pemikir, dan tidak gentar bila di lemarinya tidak ada akta kepemilikan tanah dan surat pajak izin mendirikan bangunan (IMB).

Disebabkan kehidupan kepenyairan itu dipilih secara sadar dengan segala konsekuensinya, Iman Budhi Santosa menjalani dengan sepenuh-penuhnya takdir itu. Takdir menjadi manusia nirharta.

Dia jalani hidup seperti seorang guru dan sekaligus pertapa. Kali ini, dia tidak memilih menyepi di luweng atau di puncak-puncak gunung berlembah kebun, melainkan tinggal dalam kota, berbaur dalam kehidupan urban, tetap tekun berkebun kata di ngisor sawo dalam riuhnya kota.

Serupa penyair-penyair abad milenium pertama angkatan Mpu Prapanca, Iman Budhi Santosa menjalani hidup tidak jauh dari pusat kekuasaan. Dekat puri sang raja, tetapi bukan penyair istana. Apalagi, mendapatkan rumah dinas.

Laku hidup yang dikepit Iman kuat-kuat adalah bahwa satu-satunya rumah seorang penyair adalah kepalanya yang terus bergemuruh, hati jernih dan peka membaca pertanda, serta saat matang datang, dia mengeluarkan semua saripati itu dalam kitab, dalam buku.

Bagi Iman, hidup itu puisi, sementara yang lain-lain ngontrak.

Demikianlah, dia guru untuk sebuah sikap hidup yang keras tentang kesederhanaan dalam mengenakan pakaian kemeja duniawi dan kerja keras dalam berkarya.

Meninggalkan seragam PNS, dan mengenakan zirah penyair. Barangkali ini yang disebut pertaruhan. Dan, setiap pertaruhan, tercium bau anyir judi.

Tetapi, bukankah hidup adalah judi, adalah dadu yang dilempar menggelepar, adalah lembar kartu keberuntungan yang dikocok dan dibanting?

Bagi penjudi hidup, aib mundur sebelum mahkota kekalahan benar-benar terpacak.

Iman Budhi Santosa bilang pada “Melawan Kartu” (1991):

 

Adakalanya judi tak cuma melawan

Kartu mati, saat kemenangan

Tampak benar waktu berkilah

Aib mundur sebelum kalah.

 

Jadi, berjudilah, Anak Muda! Jangan pernah mundur sebelum kalah. Itu.

 

BACA JUGA Seperti Sajaknya yang Berapi-api, Sapardi Djoko Damono Tak Akan Letih Jadi Abadi dan tulisan Muhidin M. Dahlan lainnya.

Terakhir diperbarui pada 18 Desember 2020 oleh

Tags: iman budhi santosaObituariPenyairsastrawan
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

remy sylado mojok.co
Kilas

Remy Sylado, Pelopor Puisi Mbeling yang Melawan Orba

13 Desember 2022
jemek supardi mojok.co
Kilas

Legenda Pantomim Jemek Supardi akan Diistirahatkan di Makam Seniman Imogiri

17 Juli 2022
jemek supardi mojok.co
Kilas

Jemek Supardi, Bapak Pantomim Indonesia Meninggal Dunia

16 Juli 2022
Dikira Menulis Puisi Nggak Pakai Makan Nasi? MOJOK.CO
Esai

Dikira Menulis Puisi Nggak Pakai Makan Nasi?

22 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kok Berhubungan Seks dalam Pernikahan Sah Itu Dihitung Ibadah Sih?

Kok Berhubungan Seks dalam Pernikahan Sah Itu Dihitung Ibadah Sih?

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Mengenal PO Pariwisata Bimo, Bus yang Pendirinya Jenderal Bintang Empat dari Piyungan. MOJOK.CO

Mengenal PO Bimo, Bus Pariwisata yang Pendirinya Jenderal Bintang Empat dari Piyungan

26 Mei 2023
Berislam dengan Ilmu Pengetahuan Jauh Lebih Penting Ketimbang Sekadar Berislam dengan Khilafah

Perjudian Iman Budhi Santosa: Cabut dari PNS Jadi Penyair, Cabut dari Dunia Malah Jadi Legenda

11 Desember 2020
Curhat Mahasiswa Baru UGM Nyaris Gagal Kuliah karena Tercekik UKT Mahal. MOJOK.CO

Curhat Mahasiswa Baru UGM Nyaris Gagal Kuliah karena Tercekik UKT Mahal

26 Mei 2023
5 iPhone terbaik dan 5 terburuk MOJOK.CO

Rekomendasi 5 iPhone Terbaik dan 5 Terburuk yang Pernah Diproduksi Apple

24 Mei 2023
Jogging Bersama Ganjar Memberi Banyak Manfaat, Masak Pak Anies Nggak Mau Ikut? MOJOK.CO

Jogging Bersama Ganjar Memberi Banyak Manfaat, Masak Pak Anies Nggak Mau Ikut?

26 Mei 2023
Madiun, Kota yang Cocok untuk Pensiun dan Hidup Bahagia MOJOK.CO

Madiun Membuat Takjub: Kota yang Kini Cocok untuk Pensiun dan Hidup Bahagia

27 Mei 2023
Derita Mahasiswa UINSA Tinggal di Kos Kumuh dan Suram di Surabaya. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa Tinggal di Kos Kumuh dan Suram di Surabaya

29 Mei 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In