Rasanya semua akan setuju, bahwa 2016 adalah tahun yang berat. Ini tahun yang melelahkan. Sidang Jessica yang memuakkan, kecelakaan pesawat, WNI disandera, gempa Aceh, sampai matinya Boy Wirawan si Anak Jalanan.
Bagi segenap insan musik, tahun 2016 juga dianggap sebagai tahun-tahun yang berat. Banyak deretan musisi top yang meninggal di tahun 2016, sebut saja Eddy Silitonga, Maurice White, David Bowie, Leonard Cohen, Prince, sampai George Michael. Puji Tuhan, kita masih punya Beniqno dan Nassar KDI.
Singkat kata, banyak peristiwa yang cukup menguji ketangguhan mental dan hati yang terjadi sepanjang tahun 2016.
Namun, seperti kodratnya sebuah tahun, Tuhan tentu saja selalu berbaik hati memberikan kita peristiwa-peristiwa yang bikin kita menampakkan gigi-gigi kita. Tuhan tetaplah memberi alasan-alasan kepada kita untuk tertawa di tahun 2016.
Sisi lain teror bom Sarinah
Tentu jahat rasanya jika kita menyebut teror bom Sarinah sebagai salah satu peristiwa yang membikin kita tersenyum. Sebab, bagaimanapun, teror ini memakan cukup banyak korban: 25 korban luka dan 8 orang yang tewas.
Nah, yang sebenarnya mampu membikin peristiwa ini menjadi pemancing senyum dan tawa sebenarnya adalah respons masyarakat atas peristiwa ini. Betapa tidak, ketika kasus-kasus teror di luar negeri selalu disertai analisis-analisis, teror bom di negeri kita justru penuh dengan guyonan receh yang membuatnya seolah menjadi tidak menakutkan. Mulai dari merek dan sablonan kaos yang dipakai oleh pelaku teror, polisi ganteng, fesyen petugas kepolisian yang necis dan fangkeh ala-ala turn back crime, sampai para pedagang yang tetap berani berjualan di radius hanya beberapa puluh meter dari pusat serangan teror.
Yah, inilah peristiwa yang menjadi bukti bahwa orang Indonesia memang gemar berkelakar dengan apa pun, tak terkecuali dengan ancaman teror.
Kasus pencabulan Saipul Jamil
Kasus pencabulan selalu saja mendatangkan keprihatinan tersendiri. Tapi, tidak demikian halnya jika Saipul Jamil yang menjadi pelakunya. Saya serius, sebab dengan seorang Saipul Jamil sebagai pelaku, kasus pencabulan memang menjadi terasa begitu jenaka.
Terlebih saat kita melihat video rekaman pemeriksaan Saipul Jamil yang beredar di sosial media.
“Saya bangunin, ‘bangun-bangun’, eh, enggak bangun. Saya buka celananya langsung ‘hap’, eh dia bangun,”
Hayo, mengaku saja. Kalian tertawa kan saat mas Saipul mengucapkan kata “Hap”?
Fahri Hamzah dipecat dari PKS
Saya tak ingin membahas berlarut-larut untuk peristiwa yang satu ini. Karena nyatanya, memang banyak yang tertawa geli dengan dipecatnya Fahri Hamzah dari PKS.
Dan tawa saya kembali meledak, kali ini lebih keras, tatkala tahu bahwa Fahri Hamzah menggugat PKS atas pemecatannya, dan ternyata menang.
Apakah Anda juga tertawa dengan peristiwa ini?
Lahirnya komunitas Agus sedunia
Saya tak pernah membayangkan bahwa komunitas ini akan ada. Komunitas berbasis nama yang kemudian tumbuh menjadi komunitas nasional dan punya korwil di masing-masing wilayah.
Terlebih bagi saya, ini adalah kelahiran komunitas yang paling membikin saya repot sekaligus tertawa. Kenapa? Sebab nama saya Agus Mulyadi. Dan usut punya usut, ternyata ketua komunitas ini ternyata juga bernama Agus Mulyadi. Dan lebih ngehek lagi, nama panggilannya juga sama dengan nama panggilan beken saya: Gus Mul. Maka jangan tanya berapa pesan yang masuk ke ponsel saya segera setelah komunitas ini lahir dan diliput banyak media nasional.
Saya kira, lahirnya komunitas ini punya pengaruh dan kepentingan yang besar. Ia penting karena ia menjadi salah satu keunikan tersendiri, betapa nama ternyata bisa menjadi napas emosi yang bisa menyatukan banyak orang dalam satu payung komunitas. Selain itu, komunitas ini punya potensi untuk menjadi tonggak lahirnya komunitas-komunitas nasional lain berbasis nama.
Tentu akan “wah” jika kelak setiap nama bakal punya komunitasnya sendiri, mulai dari Michael, Budi, Ronggolawe, Yanto, Sangkubem, Magadir, Marcopolo, dan nama-nama lainnya.
Dan jika itu kelak benar-benar terjadi, maka akan ada satu orang yang harus kita kasihani, yaitu Uvuvwevwevwe Onyetenyevwe Ugwemubwem Osas.
Duh, Gusti, paringono ekstasi.
Kasus Dimas Kanjeng
Kalau mau menghimpun satu per satu, tentu sudah tak terbilang banyaknya jumlah orang yang mengaku bisa menggandakan uang. Mulai dari yang berjuluk orang pintar, paranormal, kyai, dan masih banyak lagi yang lainnya. Toh, tidak ada yang bisa menyamai popularitas Dimas Kanjeng alias Taat Pribadi dalam urusan ganda-menggandakan.
Kesaktian Dimas Kanjeng dipercaya oleh banyak orang yang kemudian rela menjadi pengikutnya. Tak sedikit di antara mereka adalah orang-orang dengan kapabilitas ilmu yang mumpuni, Marwah Daud Ibrahim, misalnya, yang mana adalah seorang politikus Partai Gerindra dan anggota dewan pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia.
Hal inilah yang lantas membuat kasus penipuan penggandaan uang ala Dimas Kanjeng (dan disertai dengan beberapa kasus kejahatan lainnya) banyak diekspos berbagai media.
Maka, sah rasanya jika ikon penggandaan yang selama berabad-abad lamanya dipegang oleh Amoeba, di tahun 2016 jatuh ke tangan Dimas Kanjeng.
Polemik Uang Baru
Tak berselang lama sejak uang rupiah versi baru diluncurkan, ia langsung memicu polemik yang berkepanjangan di sosial media. Mulai dari tokoh-tokoh pahlawan kafir sampai desain uangnya yang dinilai sangat mirip dengan uang Tiongkok: yuan.
Aduuuh, Junaedi, namanya juga duit, pasti ada aja yang dibilang mirip sama uang lain.
Kalau nggak pengin dibilang mirip, besok-besok kalau belanja, jangan bayar pakai duit, bayar aja pakai kangkung atau pakai palawija ….
Habib Rizieq dipolisikan karena dinilai menistakan agama
Adakah yang lebih lucu dari seorang ulama yang dikenal keras mendorong seseorang agar dituntut dengan pasal penistaan agama, ternyata justru dipolisikan karena pasal yang sama?