[MOJOK.CO] “Apa pun alasannya, perceraian Ahok dan Veronica Tan salah momentum. Bukan tidak mungkin akan muncul kubu baru yang anti-Ahok. Yakni kubu yang pro Bu Vero.”
Faaak, keasyikan saya nonton aksi para Cules mencukur Levante di Jornarda ke-18 La Liga diteror aksi para watsaper di hape saya yang bertubi-tubi melancarkan serangan lewat pesan mereka. Babak pertama usai, jeda, dan Barca sudah nisbi mengamankan kemenangan dengan skor 2-0, barulah saya sentuh layar hape. Penasaran aja karena rame sekali, jangan-jangan ada kudeta politik atau aksi nubruk tiang jilid dua atau berita payudara asma (baca: tetek bengek) politik lain.
Ealah, jebul berita Ahok menggugat cerai istrinya, Veronica. Untuk menguatkan berita itu, katanya, pengacara yang ditunjuk Ahok dan petugas pengadilan Jakarta Utara juga sudah mengonfirmasi.
Di link-link berita yang saya terima plus yang katanya kopian surat gugatan itu, tidak jelas apa alasan Ahok menggugat cerai Veronica. Dari enam alasan gugat cerai yang menurut aturan bisa diterima pengadilan, hanya ada satu alasan yang relevan dengan status Ahok saat ini: sedang dipenjara.
Tapi, di alasan itu disebut “salah satu pihak mendapat hukuman 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.” Lha, Ahok kan dihukum kagak nyampe 5 tahun? Berarti alasan kelima ini tidak sahih. Lima alasan lainnya masih harus dibuktikan karena berada di wilayah domestik, privat.
Tapi, namanya pedagang gorengan kaki lima, kagak boleh mendiamkan kwali dan minyak goreng kepanasan berlama-lama. Muncul dugaan Ahok dianggap sudah khatam membaca Al-Quran selama di penjara, dan lagi ancang-ancang ngajak istrinya sama-sama masuk Islam. Bu Vero menolak, Ahok ngambek minta cerai. Jegeeer… samberan petir Gundala mah lewat….
“Mana tuh para Ahoker? Pada nginyem nutup mulut?” Begitu salah satu pesan aktivis Monas University yang masuk ke hape saya.
Kita semua mafhum bobot masalah Ahok yang borderless, lintas provinsi, pulau, dan menjelajah keluar batas NKRI. Walaupun juga, di sisi lain, kasus Ahok ini dianggap bisa jadi celengan politik Ahok di masa datang, setelah ia bebas. Rumor kursi mendagri atau bahkan cawapres kalau Jokowi terpilih lagi jadi RI I sudah berlepotan di sana-sini. Coba bayangin kalo ukhti punya suami dengan bobot persoalan kayak gitu, pasti hidup ukhti serasa berada di atas kompor gas yang menyala, kan?
Sejak kasus Ahok mencuat dan diseret ke ranah hukum, semua mata yang pro dan kontra, mojok di Ahok seorang. Slagorde-slagorde yang pro dan anti Ahok pun dibuat dan berbenah menyerbu saling serang. Hatta orang-orang yang kagak ada urusan dan tidak punya hak pilih di Jakarta pun sorak-sorak nyumpahin Ahok kalah di pilgub dan dijeblosin penjara, sampai ke neraka sekalian kalau bisa.
Semua tumplek blek di Ahok. Starternya Ahok, Bu Vero hanya pemain cadangan. Yang ada cuma Ahoker. Veronicer, nehi! Apa emang Bu Vero nggak punya peran? Pengin dikepret para feminis, lu? Tapi faktanya begitu. Dari aktivis laki-laki sampai perempuan, kebanyakan berbaris di belakang Ahok pake baju kotak-kotak. Bu Vero cuma disenggol seperlunya aja.
Tapi, pernahkah kita berpikir apa yang secara lahir batin dirasakan dan dialami Bu Vero sebagai istri Ahok dalam menghadapi kasus suaminya? Menghadapi tudingan ke suami tercinta sebagai common enemy? Bersikap terhadap cibiran dan bahkan mungkin cuih yang dilemparkan kepadanya?
Ada memang yang menulis tentang hal itu, tentang bagaimana tegar dan kuatnya Bu Vero menghadapi semua itu, dengan tetap memberi dukungan pada suaminya. Tapi ya, tetap aja, episentrum persoalan adalah Ahok. Dan sebaiknya memang begitu, karena yang bermasalah Ahok. Bukan istri atau anak-anaknya. Tapi, yang kemudian terpapar menanggung akibat, nggak cuma Ahok sendirilah.
Lalu pernahkah kita juga berpikir bagaimana kehidupan Bu Vero setelah Ahok masuk penjara? Secara ekonomi pastilah bukan masalah. Orang tajir kok. Tapi, kehidupan bukan cuma perkara duit, kan? Ada nafkah batin, ada hubungan sosial, ada soal imej, dan lainnya. Apa Bu Vero juga tidak sedang terpenjara oleh status suaminya? Lha buktinya ketika Bu Vero memberi pernyataan dan dukungan buat Ahok setelah vonis sambil berurai air mata, tetap aja ada tudingan, “Halah, air mata buaya! Biar mampus lu, Cina kafir!”
Bedanya dengan penjara Ahok, penjara buat Bu Vero tidak ada hakim, pengacara, atau jaksanya. Yang ada cuma tudingan, caci maki, dan sumpah serapah. Bayangin kalau seandainya, sekali lagi murni berandai-andai tanpa bukti nih, alasan gugatan Ahok ternyata adalah Bu Vero selingkuh. Bakal rusak tu hape dijebol postingan semua media sosial. Penjara buat Bu Vero akan semakin melebar dan meluas, tanpa kendali. Berat. Dan seperti itulah relasi ketidakadilan bagi perempuan di negeri ini, apa pun agama dan sukunya.
Kalau perceraian Ahok-Veronica benar terjadi, akan terjadi loncatan besar dari ranah privat ke ranah politik. Ahok baru ajukan gugatan cerai aja sudah digoreng dan direbus sana-sini, apalagi kalau pengadilannya dipantau dan kasusnya diputuskan hingga perceraian itu benar terjadi, bakal runyam dah. Belum lagi dari segi prosesnya di pengadilan, pasti akan mahal: ongkos pengadilan, lawyer, tuntutan-tuntutan gono-gini, ongkos sosial dengan segala keributannya. Lha, baru isu aja sudah rame dan mengganggu saya nonton La Liga. Berapa coba nilai ekonomis dari sebuah pertandingan La Liga di mana pemain-pemain mahal Barca berlaga, plus puluhan ribu tiketnya? Itu yang diganggu oleh berita gugatan cerai Ahok.
Dan ongkos yang besar juga adalah beban psikologis Bu Vero, Hok.
Seumur hidup bakal dia tanggung tu beban. Sudah kudu menanggung beban nemanin elu ketika kesleding masalah, dihujat sana-sini sampai ada yang ngehalalin darah lu segala, lalu pengadilan sampai lu dipenjara, pasti kagak enteng beban bini lu, Hok. Lu masih suka selonong boy sih, ya? Tunda dikit napa. Bentar lagi kan elu juga keluar dari penjara. Tumpahkan dulu rasa rindu lu, ngomong baik-baik, baru diurus rencana cerai lu kalo memang sudah nggak bisa dikompromikan.
Dan nggak usah ribut-ribut kalau mau cerai. Lu kan tau sendiri magnet lu masih gede. Biarkan publik tenang dan kondusif buat investasi asing dan aseng, jangan dibikin ribut dengan urusan pribadi lu. Karena menurut gue, rencana gugat cerai elu kagak tepat momentum, kurang berdasar ansos yang menyeluruh, dan yang rada berat, terasa kurang adil buat bini lu.
Buat Bu Vero, saya mau usul. Gini, Bu. Sukur kalau rencana perceraian ini kagak jadi dan keluarga Anda kembali rukun. Tapi, kalau memang harus terjadi, saya kira Bu Vero juga bisa mengorganisir pendukung menyaingi para Ahoker. Veronicer atau V for Veronica atau apalah namanya. Biar si Ahok dikepung banyak pasukan dari berbagai arah.
Maap aje, Hok. Bukan gue mau ikut campur. Gue cuma mau ngingetin, buat para feminis berlaku prinsip: ketidakadilan domestik adalah urusan publik. Hati-hati lu sama Bu Nursyahbani yang baru diangkat Anis jadi anggota KPK DKI. Feminis tuh!