[MOJOK.CO] “Bersama Dolores O’Riordan, The Cranberries memelopori tradisi frontwoman.”
Ancol, malam 23 Juli 2011. Hitungan kasar saya ada puluhan ribu orang, rata-rata di atas usia 25, duduk takzim menunggu di depan panggung. Namanya laut, angin pasti kuenceng wusss. Semuanya sabar menunggu penampilan Dolores O’ Riordan (vokal), Noel Hogan (gitar), Mike Hogan (bass), dan Fergal Lawler (drum) sebagai headliner di hari kedua gelaran Java Rockin’ Land 2011.
Meski banyak yang bilang masa-masa jaya mereka di The Cranberries sudah lewat, toh kwartet asal Limerick, Irlandia ini tetap memberikan set pertunjukan yang memuaskan. Dolores yang usianya sudah kepala empat memainkan peran sebagai frontwoman dengan baik.
Semua sisi panggung yang seukuran lapangan basket itu enteng saja dijelajahi. Duduk di bibir panggung terdepan, berlari menyapa penonton yang ada di sisi kanan dan kiri sambil sesekali menari-nari. Bahkan saat “Salvation” yang potensial menghadirkan tari pogo dibawakan, dia tampak nyaman ber-headbanging sambil memakai topi Indian. Juga ketika ia berjalan mengambil gelas plastik berisi air minumnya. Dia siram kepalanya dengan air dingin, lalu mengibaskan rambutnya berkali-kali.
Mereka menggelontorkan semua lagu-lagu hits sejak album pertama Everybody Else Is Doing It, So Why Can’t We? rilisan tahun 1993 sampai lagu di bakal album terbaru. Sebut saja “Linger”, “Ode To My Family”, “Just My Imagination”, “Animal Instinct” sampai “Zombie” yang mengantarkan mereka menuju puncak popularitas, tak terkecuali di Indonesia.
Video kip “Zombie”, disutradarai Samuel Bayer yang menggarap “Smells Like Teen Spirit” milik Nirvana, menampilkan Dolores dalam kelir emas di sekujur tubuhnya. Menciptakan anthem yang mampu menembus sekat-sekat genre. Melahirkan istilah yang saat itu melahirkan kebanggaan berlipat-lipat saat mengisi kolom aliran musik di formulir biodata band: alternatif. Pokoknya kalau gitarannya agak aneh atau suara vokalis agak fals bilang saja alternatif. Beres perkara.
Ada ungkapan kepopuleran sebuah lagu di Indonesia diukur sampai ada yang membuat versi dangdutnya. Dan “Zombie” berhasil mencapainya. Eet Sangra membawa “Zombie” dari dinginnya Irlandia ke kehangatan tropika yang vibrant lewat interpretasi adiluhungnya di “Katanya (Aku Bukan Bola)”.
Tahun 1990 Dolores bertemu dengan kakak beradik Mike dan Noel Hogan serta Fergal Lawler dalam audisi vokalis baru. Ketiganya baru saja ditinggal vokalis Nial Quinn di band The Cranberry Saw Us yang sangat terpengaruh The Smiths. Dolores, yang lahir pada 6 September 1971, bukan hanya menyanyikan lagu demo. Bungsu dari tujuh bersaudara ini bahkan menulis ulang lirik dan melodi dari lagu-lagu demo yang disediakan, termasuk “Linger” yang jadi peninggalan Nial sebelum pergi.
Meski datang dengan penampilan cukup menyedihkan, Dolores hanya mengenakan setelan olahraga warna pink dengan potongan rambut pendek, ia berhasil meyakinkan Mike, Noel, dan Hogan dengan lagu cover version Sinead O’Connor, yang sangat mempengaruhi gaya bernyanyinya selain Siouxsie Sioux vokalis Siouxsie and the Banshees.
Debut album Everybody Else Is Doing It, So Why Can’t We yang dirilis tahun 1993 membawa The Cranberries merangsek ke tren musik dunia. Dengan vokal yodeling atau teknik menyanyi dengan perubahan cepat antara suara rendah dengan falsetto seperti di musik country, aransemen yang sederhana tanpa tendensi untuk “berkotor-kotor” ria seperti yang dilakukan eksponen grunge, The Cranberries sukses menjadi alternatif yang tak hanya berbeda, tapi menyegarkan. Independent menyebut “ethereal, shimmering alt-rock in a sea of grunge”.
Saat sedang menjalani tur di Inggris, sebuah bom meledak di tempat sampah di kota Warrington, Inggris. Bom itu membunuh dua bocah serta melukai belasan orang. Pelakunya Irish Republican Army (IRA), organisasi paramiliter yang punya misi menjadikan Irlandia Utara sebagai negara independen yang terlepas dari Inggris Raya.
Dolores yang saat itu sedang berada di London bersama bandnya, mengurung diri sendirian di apartemen dan menulis lirik-lirik penuh kemarahan juga kebingungan dalam “Zombie”. “Cukup sulit untuk menulis dan menyanyikannya, tapi saat Anda muda Anda tidak berpikir dua kali tentang berbagai hal, Anda akan ambil dan lakukanlah. Seiring bertambahnya usia, Anda mengalami lebih banyak ketakutan dan Anda merasa lebih khawatir, tapi saat muda, Anda tidak takut,” katanya pada Team Rock.
Beda dengan “Linger” yang merupakan kolaborasi Dolores dengan Noel, “Zombie” adalah sebuah karya individual Dolores. Lagu ini awalnya dibuat dalam format akustik, namun kemudian menjadi penuh distorsi saat akan direkam di Dublin dengan arahan produser Stephen Street, yang juga dikenal lewat kerjanya bersama The Smiths dan Blur. Dolores menyebut “Zombie” sebagai lagu paling agresif yang pernah dibuatnya. Tidak berlebihan jika menengok lagu-lagu hits lainnya seperti “Linger”, “Dreams”, “When You’re Gone”, “Analyse” sampai “Animal Instinct” yang cenderung lebih kalem.
“Zombie” kemudian masuk dalam album No Need to Argue yang dikeluarkan pada tahun 1994. Album sophomore ini kemudian melejitkan The Cranberries ke tingkatan yang lebih tinggi lagi. Album ini dipuji kritikus sebagai kematangan empat sekawan itu. Tema yang lebih beragam mulai dari perang, cinta, kematian, sampai kekecewaan. Juga vokal Dolores yang lebih berani dan tegas, tanpa lapisan berbagai layer suara seperti di album sebelumnya.
Popularitas kemudian datang berduyun-duyun. Mulai dari adu jam tayang dengan Madonna di prime time MTV, dibuatkan sesi khusus dalam MTV Unplugged, sampai tampil di salah satu festival musik paling prestisius yang pernah ada di muka bumi, Woodstock ’94. No Need to Argue sendiri tercatat terjual 17 juta kopi di seantero jagad, dan membuat The Cranberries disebut oleh Rolling Stone sebagai ekspor musik terbesar dari Irlandia setelah U2.
Tenar di usia yang terbilang muda membuat Dolores ketakutan. Ia sempat mengalami gangguan psikologis, selalu merasa cemas seakan-akan semua orang mengawasi kehidupannya. Kelahiran anaknya membantunya menemukan semangat untuk bernyanyi lagi.
Setelah To the Faithful Departed (1996), disusul Bury the Hatchet (1999), lalu Wake Up and Smell the Coffee (2001), pada akhir 2003 The Cranberries memutuskan vakum. Para personelnya membuat album solo. Dolores merilis album perdana Are You Listening? pada 2007 dan No Baggage di 2009. Ia juga sempat membentuk D.A.R.K bersama mantan pemain bass The Smiths, Andy Rourke.
Setelah kembali lewat Roses (2012), Something Else yang dirilis tahun lalu menjadi diskografi terkahir bersama The Cranberries. Album berisi 13 lagu dengan enampilkan 10 hits lawas yang digarap ulang dengan pendekatan orchestra dan tiga lagu baru. Sambutannya cukup baik. Mereka kembali menjalani agenda tur. Sayang, pada Mei 2017 tur di Eropa terpaksa dibatalkan karena Dolores cedera punggung yang baru pulih di akhir tahun.
Sedianya pertengahan Januari ini The Cranberries sedang menjalani proses rekaman di London. Namun justru kabar duka yang datang: Dolores O’Riordan meninggal di usia 46 tahun dengan penyebab yang belum bisa diungkapkan. Tidak kurang Presiden Irlandia, Michael Higgins, mengungkapkan duka dan menyebut sosok Dolores sebagai “pengaruh besar pada musik rock dan pop di Irlandia dan internasional”.
Bisa dibilang Dolores menempatkan posisi baru bagi perempuan dalam band yang didominasi laki-laki. Bukan hanya sekadar gula-gula pemanis suasana, namun berani maju ke depan dan berperan signifikan dalam proses kreatif bermusik. Di Indonesia, pengaruh Dolores dan The Cranberries menandai kemunculan band-band dengan sosok perempuan sebagai garda depan yang mewarnai kancah musik dekade 90-an. Dari Potret, Cokelat, Utopia, sampai Galeri (halo, Cindy Fatika Sari!).
Dari nama-nama tadi, aromanya sangat kental dirasakan di Cokelat. Sebelum Kikan hengkang, Cokelat adalah representasi paling sahih dari pengaruh musik The Cranberries. Mulai dari cengkok bernyanyi juga peran Kikan sebagai singer songwriter dengan tema-tema lirik yang berkisar di persoalan kemarahan atau pengkhianatan cinta.
Berbicara secara personal, The Cranberries sedikit banyak menyelamatkan hidup saya. Waktu itu hubungan cinta dengan pacar saya sedang dalam kondisi gawat. Entah dari mana saya kemudian menonton film Click yang dibintangi Adam Sandler dan Kate Beckinsale. Film itu tidak terlalu berkesan, sampai muncul adegan kencan pertama Adam dan Kate yang membawa mereka menikah. Dan music scoring yang mengiringi scene itu adalah “Linger”.
Saya putar lagi berkali-kali, saya dengarkan, dan saya baca dengan seksama liriknya. “You know I’m such a fool for you”. Saya memutuskan membuang ego, lalu bergegas ke rumahnya tanpa sempat menelpon untuk memberi kabar setiap hendak berkunjung. Akhir ceritanya, saat tulisan ini dibuat saya sedang mencatat daftar titipan belanja kebutuhan bayi dari mantan pacar yang sekarang jadi istri sekaligus ibu anak saya. Sekaligus diledek habis-habisan karena sebagai laki-laki malah saya yang minta balen duluan. Makan tuh gengsi!
But you always really knew
I just wanna be with yo