Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini, tapi Jangan Lupa Sambat!

MOJOK.CO Ada sebuah akun yang saya kira kloningan Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI), tapi terasa jauh lebih jujur: Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini (NKSTHI).

Akhir Oktober 2018, seorang teman zaman kuliah mengunjungi saya di Solo. Dia asli Jogja, baru lulus dari HI UGM, tapi sukanya belajar ilmu psikologi. FYI, banyak sekali anak jurusan Hubungan Internasional yang merasa salah jurusan. Apakah kamu salah satunya? Saya salah satunya; harusnya saya masuk Hubungan Interpersonal aja biar bisa menjalin hubungan yang hesemele dengannya. Kadang saya pun jadi bertanya-tanya: Pak Jokowi, kapan mau buka Jurusan Hubungan Interpersonal? Lumayan, loh, Pak, biar hubungan antarkelompok dan golongan tidak semakin tajam. Hehehe.

Bentar, bentar—saya mau cerita apa tadi? Oh iya, saya mau cerita soal teman saya.

Nah, teman saya ini, kita sebut saja, namanya Uni. Nama panjangnya: Mekarnya Seperti Seruni Kusentuh Wajahmu di Mimpi yang Sunyi. Uni yang sudah setahunan lebih deactivate Instagram, tiba-tiba berminat membuka lagi media sosial yang penuh kepamrihan itu hanya untuk memantau satu akun: NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini).

Kata Uni, akun ini menarik karena memancing followers-nya untuk saling bercerita berdasarkan topik yang ditentukan (terkadang bebas juga) tanpa maksud menghakimi. Jadi, tokoh pencerita adalah para followers NKCTHI. Karena waktu itu koneksi internet operator yang kalau dibalik kebacanya EW! lagi lemot, saya malas membukanya. Yang saya ingat, Uni sangat bersemangat menceritakan NKCTHI.

Uni baru lulus dan sedang dalam masa pencarian pekerjaan pertama pasca wisuda. Adiknya yang terpaut usia dua tahun juga hampir lulus dari Jurusan Psikologi. Fakta-fakta tadi ditambah pula dengan keadaannya yang tinggal di rumah, yang artinya setiap hari ia harus menghadapi pertanyaan, “Gimana, Ni, udah apply ke mana aja?” dari orangtua. Terbayang, kan, bagaimana stresnya si Uni?

“Buat aku, NKCTHI itu semacam medium buat self-healing. Serius, deh. Pas baca cerita-cerita yang di-post di Instagram Story-nya, berasa banget kalau aku ternyata nggak sendirian menghadapi masalah yang begini dan begitu. Dan lebih hebatnya lagi, admin NKCTHI ini nggak mencoba untuk sok inspirasional gitu. Jadi, ya udah, dia nyediain tempat buat cerita, terus saling refleksi aja tanpa menggurui,” tambah Uni.

Ini nih kalau NKCTHI adalah sebuah band, pasti Uni salah satu groupie-nya yang teriak-teriak paling depan pas konser. Kenapa begitu? Yakarena itu tadi: Uni tampak sangat excited karena NKCTHI membantunya dalam proses self-healing, entah dari luka apa. Sepertinya, luka akibat pertanyaan “Kerja di mana?” yang berulang pada Uni yang belum dapet kerja adalah salah satunya.

Sebenarnya, Uni juga percaya metode self-healing lainnya, seperti meditasi dan yoga. Sayangnya, orang tua Uni menganggap bahwa meditasi dan yoga adalah praktik “asing” menuju “kafir” karena berasal dari luar negeri dan luar keyakinannya. Iya, iya, boleh ketawa dulu, kok. Wkwk. Padahal nih ya, Uni sendiri percaya bahwa meditasi yang kiblatnya bukan dari India dan Budha juga ada, yakni zikir dalam Islam. Masyaallah!

Ketika dia sudah kembali ke Jogja dan saya kembali ke dunia yang sepi di kamar kos kota perantauan, saya akhirnya mengecek akun Instagram NKCTHI. Bajilak, wis ana bukune og piye! Larang pisan! Iya, Saudara-saudara, akun NKCTHI ini sudah menelurkan produk buku yang langsung laris manis bak kacang rebus di alun-alun!

Konon kabarnya, buku NKCTHI dijual dengan harga lebih dari 100 ribu rupiah dan menjadi best seller di toko buku-toko buku besar seluruh Indonesia. Saya penasaran, sih, sebenarnya, lalu follow dan kepoin Instagram Story-nya, mencoba menikmati akun Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini sebagaimana Uni melakukannya.

Ternyata, kesan yang ditimbulkan NKCTHI kepada Uni dan saya amat jauh berbeda.

Jika Uni merasa bahagia karena akun NKCTHI seolah memahami dirinya, saya kok malah “B aja” ya? Ya mau bagaimana lagi; saya merasa akun Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini ternyata ujung-ujungnya jadi akun inspiratif juga.

Dulu, di zaman SMA, saya memang hobi banget nulis quotes dari Tumblr. Anehnya, semakin tua (huhu), rasanya malah jadi risih kalau apa-apa langsung dikasih kata-kata mutiara atau kalimat inspiratif. Lagi butuh solusi, kok, malah dikasih kalimat inspiratif??? Memangnya hidup ini seminar kewirausahaan??? Hmm, mungkin manusia memang terbagi jadi dua kelompok kalau soal membaca kata mutiara: (1) damai; (2) muak. Saya pernah menjadi keduanya.

Pada awal Desember 2018, saya menemukan sebuah akun yang 99% saya kira merupakan kloningan NKCTHI, tapi ternyata bukan. Mungkin kamu juga salah satu followers-nya: Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini (NKSTHI).

Wow, wow, wow, akun apakah ini???

Sesuai namanya, isi akun ini adalah sambatan. Sambat sendiri adalah kata berbahasa Jawa yang berarti mengeluh. Lah, memang NKCTHI isinya bukan sambatan?

Akun NKCTHI, meski kepanjangannya adalah Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, isi sebenarnya pun merupakan keluhan alias sambatan juga, tapi dengan cara yang lebih elegan. Sementara itu, di NKSTHI alias Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini, saya menyebutnya “lebih jujur”.

Awalnya saya kira akun ini bermaksud memarodikan NKCTHI saja, tapi ternyata tidak sesimpel itu, Ferguso. NKSTHI ini agaknya diperuntukkan bagi netizen yang, meskipun gemar memamerkan foto liburan, nongkrong, pacaran, dan lain sebagainya yang tampak bahagia, ternyata hatinya kopong juga. Netizen-netizen ini punya pikiran yang stres, kerjaan yang ingin ditinggalkan tapi belum menemukan jalan lain, serta berbagai penderitaan lain yang selama ini tertutupi demi menjaga image di lingkaran sosial. Demi apa? Tentu saja demi tampak selalu positive vibes, gitu~

Jika post akun Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini berbunyi, “Pintu ditutup dengan alasan, pasti terbuka lagi disertai jawaban,” akun Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini justru menulis, “Hidup itu pendek. Sambatnya yang panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang.”

Eh, tunggu. Ternyata itu adalah kiriman dari sahambat (sahabat sambat), Ali de Praxis. HMMMMM, SAYA CURIGA JANGAN-JANGAN NKSTHI JUGA SALAH SATU PRODUKNYA MOJOK NICH!!1!1!!11!!!!

(Quick update: Ali de Praxis telah mengonfirmasi identitasnya bukan sebagai admin akun NKSTHI melalui Instagram Story-nya. Udah, gitu aja. Muah!)

Kehadiran NKSTHI di media sosial Instagram dan Twitter adalah angin segar. Di tengah hiruk pikuk tuntutan sosial yang mengharuskan tiap orang menunjukkan sisi terbaiknya, bahkan jika perlu berpura-pura untuk terlihat lebih baik, NKSTHI justru mengajak kita kembali menjadi manusia normal: manusia yang punya masalah dan boleh mengeluhkan masalahnya. Nggak perlu pura-pura bahagia dan pura-pura kuat lagi, Mas, Mbak!

Alih-alih bertanya, “Sudah tersenyum hari ini?” atau “Sudah bersyukur hari ini?” NKSTHI malah nyuruh kita sambat. Akhirnya, saya baru sadar bahwa sambat harusnya juga menjadi kebutuhan pokok manusia: sandang, pangan, papan, sambat.

Pernah selama kira-kira tiga minggu, saya menahan diri untuk sambat. Tujuan awalnya bagus, biar lebih banyak bersyukur. Kata orang-orang: count your blessings. Selain itu, menemukan teman untuk sambat ternyata memang tidak semudah bikin petisi Blackpink. Pertimbangannya banyak: apakah teman ini bisa dipercaya? Bagaimana jika nanti sambatan kita malah diteruskan ke orang lain?

Nah, upaya menahan sambatan selama tiga minggu ini bukannya bikin saya jadi lebih bersyukur—justru hal ini membuat kepala jadi umub alias panas. Ujung-ujungnya, saya kena flu dan batuk!

Coba, itu semua hanya gara-gara nggak sambat, loh. Setelah mumet ndase dan terjangkit flu serta batuk, saya dan beberapa teman mengobrol sepulang kerja. Tentu saja, mengobrol di sini artinya sambat. Ternyata keluhan kami ya kurang lebih sama: persoalan menjelang quarter life crisis, UMR yang kecil dan kekhawatiran soal kapan bisa beli rumah, teman-teman satu almamater yang sudah lebih­ sukses dan melanglang buana, sementara kita sendiri gini-gini aja. Sesi sambat selama dua jam itu benar-benar melegakan hati.

Ada satu teman kerja yang setiap selesai sambat pasti bilang: bar iki mulih, mangan, turu, sesuk tangi, kerja, sambat meneh, ngono terus saklawase, lalu tertawa getir. Betul, ia mengakhiri sambat dengan sambat. Sambatception. Tapi tidak apa-apa. Bagi saya, ini rasanya lebih baik daripada apa-apa disimpan sendiri, sok tegar, sok kuat, dan pura-pura bahagia padahal rasanya udah kepingin klekaran di tengah guguran bunga Tabebuya.

Jadi, kamu anak NKCTHI, NKSTHI, dua-duanya, atau bukan keduanya? Bebas kok, ini soal pilihan masing-masing. Toh semua manusia juga pasti pernah (dan butuh) sambat. Kalau kata orang, urip mung mampir ngombe, bolehlah sesekali diganti urip mung mampir sambat. Masyuk, ra?

Exit mobile version