Nalar Pincang Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Lebih Baik Bungkus Saja - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai

Nalar Pincang Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Lebih Baik Bungkus Saja

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
22 November 2020
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Kenapa sih tokoh di Tukang Ojek Pengkolan yang berasal dari Sunda dan Jawa, selalu melekat sifat menyebalkan dan njelehi?

Kian hari, sinetron yang premis awalnya berkisah tentang tukang ojek yang nangkring di pengkolan ini makin meresahkan saja. Mulai dari mengangkat hal viral di kehidupan nyata namun jatuhnya norak, sampai hal-hal kaku yang nggak wangun blas untuk ditayangkan di layar kaca.

Ya, benar, kedengkian Emak terhadap Ojak yang kini masuk dalam sebuah tahap abu-abu yang justru membuat penontonnya mbatin, opo seehhhh?

Tapi saya nggak akan mengutarakan keresahan mengenai betapa munafikun tokoh Emak. Ya gimana nggak munafik, tokoh ini diceritakan hobi ngaji tapi memelihara dengki je.

Pun saya nggak akan berkomentar banyak mengenai betapa membosankannya Tukang Ojek Pengkolan. Melainkan saya akan menjabarkan kenapa ya tokoh-tokoh yang berasal dari Sunda dan Jawa, selalu melekat sifat menyebalkan, njelehi, dan bikin mengernyitkan dahi.

Saya sudah istikamah kok mbok menowo diserang habis-habisan sama fanbase Tukang Ojek Pengkolan yang terkenal fanatik namun jarang yang mau open-minded itu. Saya hanya ingin memperlihatkan, selain lebih baik sinetron ini bungkus saja, pun kandungan ceritanya sudah nggak baik bahkan sejak dalam penokohan.

Baca Juga:

Berkah ojek muktamar muhammadiyah

Berkah Tukang Ojek yang Jadi Saksi Sejarah Muktamar Muhammadiyah

20 November 2022
Shopee Tindas Kurir, Kemitraan Ojol yang Semu, dan Nikmatnya Belanja Online MOJOK.CO

Shopee Tindas Kurir, Kemitraan Ojol yang Semu, dan Nikmatnya Belanja Online

1 Mei 2021

Pertama, orang Jawa yang dibuat selalu “meresahkan”

Kita mulai dari tokoh-tokoh yang berasal dari Jawa dulu. Garis besarnya, beberapa tokoh yang berasal dari Jawa ini cenderung ngotot, plenggak-pelungguk, dan nggatheli.

Sujono, misalnya. Tukang ojek online yang sepertinya bakal diplot sebagai pengganti Tisna ini sudah menghimpun semua sifat menyebalkan mulai dari omongan, tingkah, dan tindak tanduknya. Sujono ini melekat karakter njelehi yang sudah menyentuh titik nadir di Tukang Ojek Pengkolan.

Apa-apa gelot dengan Purnomo yang menurut saya pribadi sudah menyentuh batas kewajaran. Komedi yang dihadirkan dua orang ini, sejatinya nggak memperlihatkan guyonan khas orang Jogja dan Jawa Tengah yang mengedepankan intelegensia celekopan maupun perbuatan.

Guyonan yang penuh dengan pemikiran dan tricky khas Bumi Mataraman itu, dibumihanguskan oleh kedua tokoh ini di Tukang Ojek Pengkolan dengan cara yang sungguh nggak mashoook blas.

Seakan, perselisihan di antara Sujono dan Purnomo, diperuntukkan kepada beberapa golongan saja. Skrip kaku, onek-onekan tanpa unsur cerdik, membuat kedua tokoh ini masuk dalam improvisasi perselisihan cringe dan konyol alih-alih lucu.

Kita ke tokoh ketiga, yakni Wahyuni atau yang akrab disapa Mbak Yuni dalam sinetron. Biang gosip, ngotot, dan hal buruk lain, melekat dalam tokoh yang satu ini.

Barangkali, tujuh dosa mematikan, dihimpun dengan sempurna oleh tokoh yang nggapleki satu ini. Sempat keluar, tokoh ini masuk lagi karena kuat dan nggak tergantikan.

Saya nggak mengatakan semua orang Jawa nggak ada yang nggosipan lho ya, tetapi tokoh Wahyuni ini saya rasa blas nggak mewujudkan sosok orang Semarang pada lumrahnya.

Di tanah rantau, kondisi menjalin hubungan bertetangga, sekitar adalah asing, apa iya sifat ndongkoli seseorang sampai menyentuh level Wahyuni? Lhoh, lhoh, lhoh, lhoooh.

Kedua, orang Jawa yang selalu bekerja sebagai “kasta kedua”

Selain tukang ojek, orang Jawa di Rawa Bebek ini selalu memerankan pekerjaan kasta kedua, nggak pernah sebagai juragan atau bos.

Katakanlah kurir barang, tukang ketoprak, pembantu (istrinya Kasman tukang cendol), dan profesi pemberi jasa lainnya. Sucipto dan istrinya salah satunya. Datang sebagai pelengkap hengkangnya Tisna, toh peran blio ini nggak besar-besar amat.

Satu lagi, Surti. Entah bakti kepada Babeh sebagai bapak mertua atau rasa hormat kepada orangtua, kerjaanya selain mengernyitkan dahi ya disuruh-suruh oleh Babeh.

Jika disuruhnya dengan cara yang baik masih enak untuk dilihat, lha ini lho dibentak-bentak. Walau tokoh Babeh ini digambarkan memiliki pita sura melengking, tapi sama mantu mosok gitu, sih, Beh?

Blas sedikit sekali ada orang Jawa di Rawa Bebek yang digambarkan sukses semisal pemilik kafe, pemilik kontrakan, pemilik kos-kosan, dosen, pemilik bengkel, catering, atau pemilik warung makan dan sup buah.

Semenjak hilangnya Pak Firman, orang Jawa di Rawa Bebek adalah pekerjaan jasa dan kasta kedua.

Ketiga, tokoh asal Sunda yang digambarkan tidak jauh beda dengan tokoh Jawa

Jakarta memang keras, bahkan melalui sinetron yang sejatinya sistem paling waras dalam membentuk gambaran kehidupan yang mendekati nyata. Tokoh Jawa yang seakan menjadi nomor dua, tidak terkecuali bagi orang Sunda yang notabene lebih dekat dari Jakarta. Mereka juga sama, sama-sama diplot menjadi tokoh yang njelehi.

“Eleuh, eleuh, meuni pening pisaaaaan!” Itulah hal yang tepat untuk merangkum perasaan tokoh-tokoh Sunda yang hadir dalam sinetron ini. Mulai dari Tisna yang digambarkan menyebalkan dengan berpedoman pada petuah sok bijak bapaknya, sampai Deden yang entah apa eksistensi dan kepentingannya dalam sinetron ini.

Jika Sujono hadir dengan mewujudkan perasaan menyebalkan yang sporadis, maka tokoh-tokoh Sunda hadir dengan membawa sifat menyebalkan yang halus.

Selain Tisna yang membawa template, “kata bapak saya…,” Deden dengan logatnya yang cenderung over-acting, kini hadir satu lagi tokoh menyebalkan dengan pola yang sama, kakaknya Deden (saya lupa namanya) dengan template, “punten, punten ini mah…”.

Pemberian template kata-kata tiap tokoh di Tukang Ojek Pengkolan, jatuhnya malah memberikan kesan kurang pantas dan menimbulkan tanda tanya besar.

Emang harus begitu ya untuk memperlihatkan bahwa tokoh itu dari Sunda? Sepertinya, penulis skrip Tukang Ojek Pengkolan harus banyak melihat film-film indie buatan anak-anak Jawa Barat yang nggak over.

Juga ada tokoh Amin, menyebalkan dengan gaya yang dipaksakan bertikai dengan Purnomo. Yah, walau saya tahu konteksnya sebagai pelapis Sujono yang nggak hadir di spin-off “Spesial Abi Umi” selama awal pandemi, tapi penulis skrip nggak ada ide kembangkan tokoh-tokohnya selain gelooot dengan Purnomo, gitu?

Masalahnya, selama bermain di sinetron Preman Pensiun, tokoh Amin ini cukup memuaskan. Bersanding dengan Kang Bahar, Amin digambarkan sebagai orang yang setia, humoris, dan patuh. Namun selama main di Tukang Ojek Pengkolan, eleuh, eleuh… meuni bertolak belakang pisan.

Bang Simin punya kontrakan, Emak yang kerja sama membangun bisnis kafe, Babeh yang punya kontrakan, dan Uyuy yang selalu digambarkan sempurna padahal ada atau nggak adanya blio, nggak bakal ngaruh dalam jalannya cerita.

Tokoh-tokoh di atas, seakan memiliki peran wahid padahal ya yang membentuk cerita adalah karakter-karakter nggondoki macam Wahyuni.

Seakan, sinetron ini memberikan sebuah petuah bijak yang sejatinya amat jahat, yakni jangan ke ibukota jika nggak punya privilese khusus. Tentunya, ditunjang dengan iklan di tengah cerita dan pemain putus kontrak, diceritakan “mati” saja.

Saya curiga, dikira yang nonton ini sinetron nggak punya pikiran apa, ya? No offense ya bagi pecinta Tukang Ojek Pengkolan.

Sinetron ini sudah banyak hal yang wagu dan nggak masuk logika sama sekali. Harus ada perombakan besar-besaran. Selain mengkaji ulang cerita dan penokohan secara mendalam, memang sudah seharusnya sinetron ini dihentikan saja.

Eh, tapi kalau cuannya besar, ngapain harus meningkatkan kualitas juga sih?

BACA JUGA Agar Nggak Kayak Tukang Bubur Naik Haji, Tukang Ojek Pengkolan Harusnya Tahu Diri dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terakhir diperbarui pada 22 November 2020 oleh

Tags: Mas PurojekTukang Ojek Pengkolan
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Bercita-cita menjadi pelatih Nankatsu. Mahasiswa filsafat.

Artikel Terkait

Berkah ojek muktamar muhammadiyah
Bertamu Seru

Berkah Tukang Ojek yang Jadi Saksi Sejarah Muktamar Muhammadiyah

20 November 2022
Shopee Tindas Kurir, Kemitraan Ojol yang Semu, dan Nikmatnya Belanja Online MOJOK.CO
Pojokan

Shopee Tindas Kurir, Kemitraan Ojol yang Semu, dan Nikmatnya Belanja Online

1 Mei 2021
Agar Nggak Kayak Tukang Bubur Naik Haji, Tukang Ojek Pengkolan Harusnya Tahu Diri
Esai

Agar Nggak Kayak Tukang Bubur Naik Haji, Tukang Ojek Pengkolan Harusnya Tahu Diri

3 Agustus 2020
Kantor PLN Digeledah KPK, Dirut PLN Bilang Begini
Pojokan

Belajar dari Kisah Mas Pur dan Novita: Mustahilkah Cinta Beda “Kasta”?

19 Juli 2018
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
merdeka sepakbola singkong menulis ironi sepakbola jendela sepeda zainuddin mz puasa tarawih kolom menulis tutur tinular penulis buku lagu tv rusak rebahan kolom mahfud ikhwan mojok.co ayam rumah kontrakan contoh esai bagus indonesia mojok.co putu wijaya

Kolom: Seperti Ricky

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Agar Nggak Kayak Tukang Bubur Naik Haji, Tukang Ojek Pengkolan Harusnya Tahu Diri

Nalar Pincang Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Lebih Baik Bungkus Saja

22 November 2020
Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja MOJOK.CO

Surat Cinta untuk Warga Solo: Jangan Ulangi Problem Pariwisata Jogja

4 Februari 2023
Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja. MOJOK.CO

Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja

4 Februari 2023
bisnis raffi ahmad mojok.co

Nama-nama Penting di Balik Gurita Bisnis Raffi Ahmad

30 Januari 2023
jd.id tutup mojok.co

JD.ID Tutup, Lalu Bagaimana Nasib Pegawai dan Aset Penggunanya?

31 Januari 2023
Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja MOJOK.CO

Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja

29 Januari 2023
Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023

Terbaru

maria ulfah

Mengenal Maria Ulfah (Bagian I): Perjuangkan Hak Pilih Perempuan Indonesia

5 Februari 2023
Warga Poteran Sumenep butuh jembatan. MOJOK.CO

Keluh Kesah Warga Pulau Poteran Sumenep: Nggak Punya Jembatan, Tarif Tongkang Naik

5 Februari 2023
keterwakilan perempuan

Strategi Zigzag Kerek Keterwakilan Perempuan di Parlemen, Kok Bisa? 

5 Februari 2023
sisa makanan mojok.co

Mangkel Sama Orang yang Nyisain Makanan di Warung Nasi Padang

5 Februari 2023
fans manchester united mojok.co

Menjadi Orang Penyabar dalam Sudut Pandang Fans Manchester United

5 Februari 2023
lapor spt mojok.co

Apa yang Terjadi Kalau Kita Nggak Lapor SPT? Ini Penjelasan Sanksinya

5 Februari 2023
Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja. MOJOK.CO

Blak-blakan Reno Candra Sangaji, Lurah 1.000 Baliho yang Sempat Bikin Geger Jogja

4 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Podium
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In