Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Agar Hati Kita Mampu Mendengar Suara Tuhan

Mbah Nyutz oleh Mbah Nyutz
28 Juli 2017
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Orang bisa terpesona oleh kata, entah itu lewat lisan atau tulisan. Kata-kata tak hanya dipakai untuk menyampaikan apa-apa yang tersimpan dalam hati dan pikiran, tetapi juga untuk memengaruhi orang, entah demi tujuan baik atau buruk.

Pada masa keemasan motivator, orang rela menyimak walau harus membayar mahal. Atau, kita tentu pernah mendengar ada sebagian perempuan jatuh cinta kepada penyair yang pandai merangkai kata. Tak heran muncul ungkapan, “Jika wanita bisa takluk oleh puisi, maka penyair adalah profesi yang paling buaya.”

Tetapi kata bisa berbahaya. Para tiran takut pada kekuatan kata. Kita tahu ada buku yang dilarang, atau orang dihukum mati karena menulis sesuatu. Orang bisa berkelahi dan saling bunuh karena lisan.

Kata-kata juga bisa menjadi liar saat meluncur dari lidah atau tulisan seseorang. Sebab orang lain sering menafsirkan kata-kata secara berbeda dengan maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara, sehingga tak jarang timbul keributan. Kata-kata menjadi seperti debu ditiup angin, tafsirnya liar dan beranak-pinak sebanyak pikiran manusia yang menafsirkannya secara berbeda. Dunia menjadi bising oleh polusi kata-kata.

Karena demikian besar dampak dari daya kata-kata, Kanjeng Nabi pernah bersabda: “Keselamatan seseorang bergantung pada lisannya.”

Kini kita mungkin bertanya-tanya, mengapa orang bisa terpesona dan terpengaruh oleh kata-kata dari manusia ketimbang Firman dari Tuhan Yang Mahakuasa. Apakah daya Firman-Nya tak sekuat ucapan dan tulisan manusia?

Firman-Nya adalah salah satu cara Tuhan untuk menyampaikan kebenaran dan memberitahukan apa-apa yang Dia kehendaki kepada manusia. Karena sumbernya adalah Yang Maha Benar dan Maha Suci, kebenaran suci ini tak bisa didekati dengan hati dan pikiran keruh atau kotor. Nabi bersabda, “Tak boleh menyentuh al-Qur’an bagi orang yang tidak punya wudu.” Wudhu itu lambang penyucian dan pembersihan. Secara lahir, kita harus wudu sebelum memegang mushaf al-Qur’an. Secara batin, kita harus wudu hati sebelum bisa menyentuh makna asli dari Firman-Nya sebagaimana yang Dia ketahui, bukan sebagaimana yang kita pikirkan.

Hati kerap keruh karena dicemari kata-kata atau tulisan buruk seperti ejekan, kebencian, dan fitnah. Sayidatuna Aisyah pernah ditegur Kanjeng Nabi ketika beliau berkata sesuatu yang merendahkan seseorang karena fisiknya. Begitu berbahayanya kata-kata buruk bagi kebersihan jiwa sehingga Kanjeng Nabi berkata kepada istrinya itu, “Engkau telah mengucapkan kata-kata yang jika dimasukkan ke dalam lautan, niscaya keruh air laut itu.”

Kalau kita membaca ayat suci dengan hati dan pikiran keruh karena hawa nafsu yang terus bergejolak, kita sesungguhnya membaca dengan pandangan yang buram. Bahkan kita kadang menyampaikan kalam Ilahi dengan menjejalkan prasangka atau kepentingan duniawi ke dalamnya, sehingga makna dari ayat suci itu bias dan berbeda dari yang dikehendaki oleh Tuhan. Firman Ilahi lalu dijadikan berhala baru untuk menopang berhala dalam diri kita sendiri.

Oleh karenanya, bagaimana mungkin hati yang sudah keruh bisa menerima dan dipengaruhi oleh Firman Tuhan?

Lalu bagaimana kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya dikehendaki Tuhan dalam firman-Nya dan membuat diri kita berubah sesuai dengan kehendak-Nya? Salah satu cara menurut ulama arif adalah dengan menjadikan diri kita “buta huruf,” sebagaimana sebutan yang disematkan kepada Kanjeng Nabi, sebagai nabiyyil ummiyi.

Secara metaforis, buta huruf melambangkan keadaan di mana pikiran dan hati kita bersih dan diam (muthmainah), atau menep dalam bahasa Jawa, bersih dari prasangka, gejolak hawa-nafsu dan egoisme.

Hanya hati yang muthmainah dan pikiran jernih yang bisa mendengar suara Tuhan yang ada di balik kata. Itulah suara tanpa bunyi, sebagaimana kita sering “mendengar” suara dalam hati dan pikiran yang tak berbunyi. Ia bersuara, tetapi tak terdengar bunyinya oleh telinga kita dan orang lain.

Berusaha mendengar suara Tuhan adalah seperti usaha penulis mendapatkan inspirasi. Penulis butuh tempat tenang, di mana ia bisa berpikir dan merenung, mendengarkan hati dan pikirannya sendiri, yang lalu dituangkan ke dalam tulisan. Saat kita memasuki kondisi diam atau muthmainah, kita bukan sedang berusaha menghilangkan kemampuan untuk mendengar, tetapi justru berusaha meningkatkan kemampuan mendengarkankan suara yang lebih halus, suara tanpa bunyi. Misalnya, saat menulis dalam diam, penulis tetap bisa mendengar suara musik, sekaligus “mendengar” suara-suara hati dan pikirannya.

Iklan

Tuhan bersifat mutakalliman, berbicara. Dia berbicara kepada kita melalui organ ruhani yang biasa diistilahkan sebagai qalbu, atau hati. Ucapan-Nya bukan dengan bunyi lahiriah. Suara itu amat dekat, sebab “Tuhan lebih dekat kepadamu ketimbang urat lehermu.” Suara Tuhan ini tak terdengar bila kita lebih sibuk memproduksi kata-kata kita sendiri berdasarkan hawa-nafsu.

Hawa nafsu buruk ini akan menghijab hati dari kebenaran, sehingga muatan kebenaran dari teks suci sulit memengaruhi diri kita walau kita baca setiap hari, sebab yang membaca adalah nafsu kita, bukan Tuhan “yang membacakannya” kepada kita. Jika ini terus dilakukan, nafsu akan makin pandai memanfaatkan ayat Tuhan untuk melayani kemauannya, sehingga kata-kata suci itu justru menambah kekotoran hati, seperti diperingatkan sendiri oleh Tuhan: “Dan adapun orang-orang yang di hatinya ada penyakit, maka (firman dalam kitab suci) itu hanya akan menambah kekufuran dan kekotoran diri mereka” (at Taubah:125) atau bahkan menambah kesesatan, “Dan Qur’an yang diturunkan oleh Tuhanmu justru menambah kesesatan/kedurhakaan dan ketertutupan dari kebenaran” (al-Maidah 64).

Sebagaimana kita sejak kecil diajari untuk berbicara dengan kata-kata, barangkali ada baiknya juga kita mulai mengimbanginya dengan belajar bagaimana diam, menjadi menep pada pikiran dan hati, setidaknya selama beberapa waktu dalam sehari, agar terhindar dari polusi kata-kata yang tak perlu.

Dengan menep atau muthmainah, hati akan mampu mendengar suara Tuhan. Sehingga mudah-mudahan kita tak dimasukkan ke dalam golongan yang disebut dalam surat al-Isra ayat 100 sebagai orang yang telah “Kami segel hatinya sehingga tak bisa mendengar [suara Tuhan].”

Wa Allahu a’lam bi muradihi

Terakhir diperbarui pada 28 Juli 2017 oleh

Tags: FirmanKataSabdaSuara Tuhan
Mbah Nyutz

Mbah Nyutz

Artikel Terkait

Atta Halilintar Benar, Suara Suami kayak Dia Mesti Diperlakukan bak Suara Tuhan
Esai

Atta Halilintar Benar, Suara Suami kayak Dia Mesti Diperlakukan bak Suara Tuhan

8 April 2021
Gara-gara Wabah, Jangan Jadi Orang ‘Alim atau Saleh Amatiran Lah
Khotbah

Gara-gara Wabah, Jangan Jadi Orang ‘Alim atau Saleh Amatiran Lah

3 April 2020
bokong truk
Esai

Filsafat Hidup di Bokong Truk

20 Januari 2018
Viral-Acakadut-MOJOK.CO
Versus

M3ng4kali Sens0r d3ng4n Judul 4l4y

11 Januari 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.