Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai Khotbah

Kenapa Marah NU dan Muhammadiyah Dibandingkan dengan FPI?

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
29 Januari 2021
A A
Kenapa Marah NU dan Muhammadiyah Dibandingkan dengan FPI?

Kenapa Marah NU dan Muhammadiyah Dibandingkan dengan FPI?

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Fanshuri meradang mendengar Mas Is bilang kalau FPI lebih dekat dengan masyarakat ketimbang NU dan Muhammadiyah.

“Mas Is itu sudah keterlaluan, Gus,” kata Fanshuri ke Gus Mut.

“Keterlaluan kenapa memangnya?” tanya Gus Mut yang baru saja meletakkan pantat di kursi teras rumahnya.

“Ya masak NU sama Muhammadiyah dibanding-bandingin sama FPI katanya,” ujar Fanshuri sambil mengambil papan catur di bawah meja teras rumah Gus Mut.

Gus Mut terdiam sejenak, sambil ikut membantu Fanshuri menata papan catur. Sore itu, keduanya memang janjian main catur.

“Maksudnya?” kata Gus Mut sambil menata bidak-bidak catur.

“Ya dibandingkan gitu lah, Gus. Katanya FPI itu kuat karena NU dan Muhammadiyah sudah tidak lagi dekat dengan masyarakat, makanya makin banyak orang lebih simpati dengan FPI,” kata Fanshuri.

Gus Mut terkekeh mendengarnya.

“Kok Gus Mut malah ketawa sih, ini persoalan serius lho, Gus,” kata Fanshuri.

“Memangnya kenapa kamu jadi ngoyot begitu, Fan? Santai aja lagi, gitu aja kok repot,” kata Gus Mut.

“Ya bukan gimana-gimana, Gus, tapi itu kan sama sekali nggak apple to apple to, Gus. NU itu udah hampir satu abad, Muhammadiyah apalagi itu, sudah lebih dari seabad, keduanya itu kontribusinya bukan kaleng-kaleng. Nggak cuma untuk masyarakat tapi sampai ke urusan kebangsaan segala,” kata Fanshuri.

“Iya, iya, itu kamu betul. Tapi ya nggak perlu mencak-mencak begitu to,” kata Gus Mut.

“Wah nggak bisa, Gus. Mas Is itu sama saja tutup mata sama kontribusi NU dan Muhammadiyah, hanya karena berdasar pada kebaikan-kebaikan kecil FPI ke masyarakat di periode yang bisa dibilang baru beberapa puluh tahun. Nggak imbang banget cara mikirnya, ya pantas lah kalau saya tersinggung, Gus. Rasanya kayak terhina sekali ormas saya digituin,” kata Fanshuri.

“Fan, gini. Muhammadiyah itu baik, bikin sekolah, madrasah, kampusnya keren-keren, punya rumah sakit lagi, orang-orangnya banyak yang profesor. NU juga gitu, baik. Banyak kiai-kiai besar dan pondok pesantren lahir dari rahim Nahdlatul Ulama…”.

Iklan

“Kayak bapaknya sampean misalnya, Gus…,” potong Fanshuri.

“Lah, iya… tapi…” lanjut Gus Mut lagi.

“Kok tapi?” tanya Fanshuri.

“FPI juga baik. Dalam beberapa aspek. Nggak mungkin FPI nggak ada kebaikannya sama sekali. Kalau FPI nggak ada kebaikannya sama sekali, ya mana mungkin mereka punya pengikut. Hanya saja, Mas Is memang kurang bijak, soalnya yang namanya kebaikan itu nggak perlu dibanding-bandingkan,” kata Gus Mut.

“Ma, maksudnya, Gus?” tanya Fanshuri.

“Ya nggak perlu. Kamu itu kayak membandingkan orang yang sedekah Rp10.000 dengan orang yang sedekah Rp1.000.000. Kira-kira baik mana menurutmu?” tanya Gus Mut.

“Ya bagus yang satu juta lah, Gus,” kata Fanshuri mantap.

“Ya belum tentu dong,” kata Gus Mut.

“Lah kok belum tentu?” tanya Fanshuri.

“Ya belum tentu. Lah kalau sedekah satu juta tapi ada maksud terselubung? Kan kita nggak tahu. Artinya secara dohir saja kita bisa menilainya, Fan. Menilai, bahwa keduanya adalah sama-sama kebaikan. Jadi ya nggak perlu dibanding-bandingkan. Orang sama-sama berbuat baik, yang tadinya itu bakal memberi efek kebaikan malah jadi rusuh karena kebaikan kayak gitu dibanding-bandingkan,” kata Gus Mut.

“Lah iya, makanya itu, Mas Is ngawurnya kebangetan, Gus,” kata Fanshuri.

“Tapi kamunya juga biasa aja. Justru apa yang dibilang Mas Is itu harus diterima biasa aja. Anggap saja itu kritik buat kita sendiri. Dibikin selo aja. Nggak terima boleh, nggak setuju boleh, tapi tetep santai tetep santun,” kata Gus Mut.

“Ah, Gus Mut ini memang suka menyepelekan sesuatu kok. FPI itu kan dikenal sebagai ormas yang galak, keras, suka persekusi orang. Jejak kekerasannya aja banyak sekali. Nggak pantes lah kalau disebut FPI lebih baik dari NU dan Muhammadiyah,” kata Fanshuri.

“Lah memang NU dan Muhammadiyah sendiri udah sesempurna itu? Nggak perlu berkembang lagi? Kita di sebagai warga NU saja deh, coba jujur sama dirimu sendiri, sudah sempurnakah kita sebagai warga NU maupun NU-nya? Kita masih perlu berkembang nggak kira-kira? Hanya karena merasa sudah sempurna?” Gus Mut balik bertanya.

“Ya kalau dibilang sempurna betul, ya belum sih, tapi, tapi kan…”

“Ya makanya itu, kalau ada orang kritik ya dengerin. Ada orang yang ngolok-ngolok ya udah biarin. Mungkin itu alarm buat saya, buat Bapak, agar terjunnya nggak cuma ke warga desa-desa aja, tapi juga harus menjelajah ke kota-kota. Nggak cuma ngurusin warga-warga kampung kayak kamu, kayak Bukhori, kayak Mas Is, tapi harus ke orang-orang urban. Orang-orang yang lebih modern. Orang-orang yang punya akses dan pengetahuan yang kalau ngomong didengerin lebih banyak orang,” kata Gus Mut.

“Lah kan udah banyak juga gus-gus atau kiai-kiai yang moncer di kota-kota, Gus? Kiai-kiai yang udah melek teknologi juga udah ada kok,” kata Fanshuri.

“Ya berarti kurang banyak. Udah gitu aja cara mikirnya to? Kan enak kalau mikirnya begitu. Anggap saja perbandingan kayak gitu diciptakan sebagai ‘panggilan’, bukan olok-olokan. Oh, ternyata saya kurang maksimal dakwahnya. Oh, ternyata saya ini kurang bisa diterima sama masyarakat yang model begini, masyarakat yang model begitu. Oh berarti saya harus mikir, gimana ya biar dakwah saya bisa diterima di sana, nggak cuma di sini-sini aja,” kata Gus Mut.

Fanshuri menyimak.

“Fan, kamu itu juga nggak perlu menjelaskan soal NU dan Muhammadiyah apalagi soal kebaikan-kebaikannya deh. Percuma,” tambah Gus Mut.

“Lah emang kenapa, Gus?” tanya Fanshuri.

“Karena orang yang sudah ikut NU atau Muhammadiyah nggak butuh itu, dan orang yang nggak suka NU dan Muhammadiyah nggak bakal percaya juga sama penjelasannmu,” kata Gus Mut sambil terkekeh.

Fanshuri terdiam sejenak. Senyum sedikit, marahnya pun redam, padam pelan-pelan.

“Nah, gitu dong. Orang ormas kalau senyam-senyum gitu kan lebih enak dilihatnya.”

Fanshuri tertawa mendengarnya.

BACA JUGA Kisah Gus Mut lainnya.

Terakhir diperbarui pada 29 Januari 2021 oleh

Tags: FPIMuhammadiyahnu
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Keindahan Semu di Kaki Gunung Semeru, Lumajang saat erupsi. MOJOK.CO
Aktual

Keindahan Semu di Kaki Gunung Semeru

21 November 2025
wisuda, tuli.MOJOK.CO
Kampus

Sering Dibilang Bodoh karena Tuli, Kini Membuktikan Diri dengan Menjadi Wisudawan Tunarungu Pertama di Kampusnya

24 Oktober 2025
Apa yang Terjadi Jika Muhammadiyah Tidak Pernah Ada? MOJOK.CO
Esai

Fakta Menyeramkan Jika Muhammadiyah Tidak Pernah Lahir di Indonesia

5 Oktober 2025
Anggota PSHT Iri dengan Perguruan Tapak Suci yang Dianakemaskan Muhammadiyah karena Merasa Dikucilkan di UMM. MOJOK.CO
Ragam

PSHT Tetap di Hati meski Belajar di Lingkungan Muhammadiyah yang Punya Tapak Suci

16 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.