Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kesia-siaan Operasi Tim Mawar dan Operasi G30S

Aris Santoso oleh Aris Santoso
30 September 2020
A A
Kesia-siaan Operasi Tim Mawar dan Operasi G30S

Kesia-siaan Operasi Tim Mawar dan Operasi G30S

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Operasi Tim Mawar dan Operasi G30S punya kesamaan yang sangat kentara. Keduanya adalah operasi yang gagal sejak pertama kali dibentuk.

Seminggu terakhir ini keberadaan Tim Mawar kembali jadi bahan perbincangan. Hal ini terkait dengan dua mantan anggotanya yang baru saja diangkat sebagai pejabat eselon satu di Kementerian Pertahanan.

Dari segi waktu momentum, mungkin ini soal takdir belaka, ketika perbincangan terjadi pada akhir September.  Bulan yang memiliki makna khusus dalam masyarakat kita. September seolak identik dengan bulan “kiri”, bulan peringatan mengenang tragedi Peristiwa 1965.

Nah, secara kebetulan ada yang mirip antara operasi Tim Mawar dan operasi G30S. Hal yang mirip dari keduanya adalah operasi yang dirancang untuk gagal sejak mula.

Operasi G30S misalnya, dalam hari yang sama operasi sudah dapat digagalkan, dan para pelaku dilumpuhkan dalam hitungan hari. Sehingga operasi itu kemudian justru dimanfaatkan pihak lain, yang mungkin sebelumnya tidak masuk skenario gerakan, yakni Soeharto.

Demikian pula dengan operasi Tim Mawar.

Sebab, bagaimana mungkin sebuah operasi senyap yang telah menjadi kompetensi pasukan Baret Merah, bisa berujung tragis seperti ini? Terutama ketika mantan para pelakunya gagal berganti identitas dan tetap saja diingat publik? Senyap dari mananya itu?

Segala jabatan mentereng, dan sederet dukungan dari lembaga negara, belum bisa dijadikan shelter guna menetralisir jejak mereka pada masa lalu. Dan sudah menjadi “nasib” sebuah operasi yang gagal, ia tidak akan pernah dilupakan publik karena ada bagian yang dianggap belum selesai.

Sekarang coba bandingkan dengan operasi (militer) lain, seperti Operasi Trikora, Operasi Seroja, Operasi Flamboyan, dan seterusnya, yang sudah tinggal menjadi sejarah. Di sisi lain, proses sejarah bagi operasi Tim Mawar dan G30S, masih terus berjalan sampai sekarang. Terutama soal kontroversi-kontroversi di dalamnya.

Dalam pandangan saya pribadi (sebagai pecinta peristiwa bersejarah), dalam setiap peristiwa besar, selalu ada tokoh kunci di dalamnya. Dalam G30S, tokoh dimaksud, salah satunya kemungkinan adalah Syam (Kamaruzaman), yang mustahil untuk dihadirkan, karena sudah hilang jejaknya. Barangkali itu jadi sebab operasi G30S akan menjadi misteri untuk selamanya.

Sementara dalam operasi Tim Mawar kita masih bisa berharap pada beberapa tokoh, salah satu yang bisa disebut adalah Desmond Mahesa.

Posisi Desmond menjadi penting. Tentu hanya berdasar asumsi bahwa dia (sebenarnya) bukan tokoh utama dalam pergerakan mahasiswa dekade 1980-an sampai 1990-an. Anehnya, kenapa Desmond ikut diculik juga?

Tentu yang bisa menjawab hal tersebut adalah Desmond sendiri. Testimoni Desmond, ibarat keping dari puzzle operasi Tim Mawar.

Kita masih ada waktu untuk mengungkap kasus ini, karena baik pelaku dan korban, sebagian besar masih hidup. Tinggal kesediaan mereka saja, berkenan melakukan testimoni atau tidak.

Iklan

Ini belum menghitung perjalanan politik Desmond yang paradoks. Mengingat dirinya lebih banyak ditopang dari pengalaman bersinggungan dengan Tim Mawar, yang biasa dikenal sebagai stockholm syndrome.

Bagi yang sedikit paham peta aktivis pergerakan tahun-tahun itu, tentu akan tahu, Desmond adalah figur yang biasa-biasa saja. Dari segi kekuatan figure, posisi Pius Lustrianang mungkin masih jauh lebih baik. Sebagaimana kita tahu, setelah melalui jalan berliku, akhirnya Pius berlabuh juga ke Partai Gerindra, sebuah partai yang memiliki ikatan historis paling kuat dengan Tim Mawar.

Pada periode yang sama, setidaknya ada dua nama yang cukup penting sebagai tokoh pergerakan, yaitu Amir Husin Daulay (meninggal Juli 2013) dan Agus Lenon (meninggal Januari 2020), yang memiliki jaringan luas, dan namanya dikenal para aktivis dari Sabang sampai Merauke.

Dibanding dua nama tersebut, nama Desmond terdengar biasa-biasa saja. Dengan kata lain, bila pada masa itu, adalah Bang Amir atau Mas Agus yang “diambil”, komunitas aktivis akan lebih mahfum adanya.

Kemudian pada pihak pelaku, baik pada operasi G30S maupun Tim Mawar, kenapa harus ada aksi menculik?

Mungkinkah dua peristiwa besar di masa sebelumnya, yakni Peristiwa Rengasdengklok (Agustus 1945) dan Peristiwa 3 Juli (1946), telah menjadi inspirasi, bahwa dalam perkara politik, tindakan penculikan menjadi lumrah?

Setidaknya kita hanya bisa percaya, bahwa baik Operasi G30S maupun Tim Mawar, sama-sama berdalih, tindakan mereka adalah untuk menyelamatkan pimpinan negara (baca: Presiden Republik Indonesia).

Tentu saja itu alasan yang sangat sumir. Dalam bahasa pergaulan anak muda sekarang, tindakan penculikan adalah kekonyolan tingkat dewa. Penculikan hanya dihalalkan dalam perkara asmara, ketika ada adik kelas di kampus yang membuat kita gelisah pada malam hari.

Itu pun yang diculik hatinya, bukan orangnya. Eh.

BACA JUGA Membaca Krismon dan Reformasi Era Soeharto dari Lagu Anak-Anak ’90-an dan tulisan Aris Santoso lainnya.

Terakhir diperbarui pada 30 September 2020 oleh

Tags: 1965G30Sgerindrakemenhantim mawar
Aris Santoso

Aris Santoso

Pengamat militer

Artikel Terkait

Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah MOJOK.CO
Esai

Seputar Peristiwa 65 yang Tak Mungkin Ada di Buku Sejarah

30 September 2024
Marchel Widianto satrio piningit Tangerang Selatan MOJOK.CO
Esai

Marshel Widianto Adalah Satrio Piningit yang Dibutuhkan Tangerang Selatan

25 Juni 2024
prabowo subianto gerindra jatah 3 menteri pertahanan
Kampus

Cerita Mahasiswa UNAIR Anak Caleg Gerindra Lulus Cepat agar Bisa All Out Bantu Bapak Kampanye

14 April 2024
Memang Kenapa Kalau Prabowo Subianto Jadi Presiden? MOJOK.CO
Esai

Memang Kenapa Kalau Prabowo Subianto Jadi Presiden Indonesia?

18 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.