Kesalahan-kesalahan PDKT Beberapa Jomblo Persma

Kesalahan-kesalahan PDKT Beberapa Jomblo Persma

Kesalahan-kesalahan PDKT Beberapa Jomblo Persma

Dalam hidup yang fana ini, saya cukup sering ditakdirkan bertemu cowok, jomblo, anak persma, yang kadang suka kepedean bisa menggenggam dunia padahal 5 dari 4 halaman skripsi yang disetornya ke pembimbing dikembalikan dengan tanda tanya dan tanda silang berwarna merah.

Saking pedenya, mereka suka berpikir, bahwa dengan status ke-persma-annya itu akan banyak perempuan yang takluk di pelukannya. Padahal, seiring dengan datang dan perginya gebetan, sampai wisuda datang, mereka masih juga jomblo dan nggak move on dari kegagalan. Sialnya lagi, mereka bukan gagal ketika hubungan sudah terjalin, melainkan sejak di awal ketika keberanian untuk mengajak kenalan dan bicara itu muncul.

Sudah munculnya lama, pas lagi berani-beraninya, eh malah salah strategi. Life.

Jangan dulu menyalahkan garis selulit di betis, mungkin kalian termasuk jomblo-jomblo persma yang pernah melakukan tindakan pengen heroik tapi salah di bawah ini.

Jarang Mandi dan Sepatu Bau

Cowok persma biasanya menganggap intelektualitas dan kritisisme adalah dua hal berharga dalam peradaban manusia, sementara ketampanan fisik adalah eksploitasi terendah dalam eksistensi manusia. Singkatnya, dialog adalah segalanya, artefak hanyalah ruang fana dan tanpa kuasa. Memang sih, ada perempuan-perempuan yang termakan dengan wacana itu. Tapi terpaksa. Catet, TERPAKSA.

Kalian ngga percaya? Mau berdalih bahwa dengan penampilan kucel, mandi seadanya air, pakaian yang sudah 2 minggu itu-itu saja, dan aroma kaki yang lebih baik ditutup kresek saat mampir ke musala, kalian pernah punya pacar? Oh, kalau begitu, coba diingat-ingat, saat pacaran, memang kalian pernah selamat dari omelan pacar kalau hidup kalian bau-bau aja?

Pacar aja protes, apalagi gebetan yang sedang mencari seribu peyakinan apakah kamu yang terbaik baginya. Mending dia pacarin Deni Manusia Ikan. Biar bersisik, yang penting  wudu terus.

Sindrom Tiba-tiba Diskusi

Akrab dengan buku-buku kelas kakap, yang jarang dibahas di kelas, membuat cowok persma memiliki penghargaan tinggi terhadap selera bacaannya. Nggak apa-apa sih, tapi jangan sampai kebanggaan ini menjadi hil yang membuat perempuan ilfil.

Kawan saya, sehabis dibonceng cowok persma yang mengincarnya mendatangi saya sambil ngomel panjang, “Gila ya lagi macet-macetnya di Cicaheum terus dia tanya dong: gue nggak bosan ya kuliah Farmasi, paling jauh meneliti kandungan paracetamol. Dia terus cerita betapa dia kagum sama siapa tuh? Zinedine Zizek? Whatever. Apalah itu, pokoknya dari Arcamanik sampai Cibiru gue diceramahin bahwa ideologi itu suatu kesadaran palsu, itu cuma fantasi anu-anu. Aduh, hubungan kita itu, mz, yang fantasi!”

Boys, pelan-pelan. Awas, itu polisi tidur mengintai.

Terlalu Mudah dan Sering Membuat Puisi

Segagah-gagahnya perempuan, pasti akan ada sedikit getar di hatinya kalau ada puisi mampir buat dia. Tapi, apa artinya kalau puisi yang kalian buat dengan sepenuh hati saat lagi berbunga-bunga itu juga menjadi pola tiap kalian pedekate? Apalagi kalau spektrum pedekate kalian cuma di lingkungan itu-itu saja.

Di era globalisasi ini, nggak cuma tembok yang bisa bicara, bahkan desau angin pun meniupkan namamu.

Mbok ya pedekate itu dengan inovasi. Bisanya kok cuma berkisar di area puisi sebaris dua baris untuk dua pleton perempuan. Bikinin formasi pengibaran bendera langkah-tegap-maju-jalan kek sekali-kali. Biar beda dan kelihatan upayanya.

Perempuan Bukan Kertas Kosong untuk Ditulisi

Kesalahan yang paling sering dilakukan cowok-cowok persma adalah menganggap perempuan seperti lembar kosong Microsoft Word 2010 yang siap untuk ditulisi segala macam kisah diri yang dianggap heroik.

Guyssss, inga-inga, perempuan itu udah punya naluri untuk kepo. Nggak perlulah kalian repot-repot mengglorifikasikan biografi kalian di tiap perbincangan dengan mereka karena akun kalian juga sudah di-scroll sampai tamat.

Selain itu, perempuan juga punya kisah yang pengen diceritakan kepada kalian. Di dunia ini, nggak bakal kalian temui geng perempuan yang pas kumpul hanya diam bersemedi. Kalau kalian melulu yang mengambil waktu buat bicara, apalagi dengan air ludah yang menyembur ke segala arah, mending dia kembali ke habitat jomblo sama teman-teman genggesnya. Bhye!

Well, tapi tidak semua cowok persma bersalah padaku, jadi tentu kesalahan di atas hanya milik segelintir saja dan yang terbaik milik Allah. Segala sesuatu ada hikmahnya, kita hanya perlu bersyukur. Sukuuurinnnn, sukuriiin.

Exit mobile version