Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Tembok Besar dan Berwarna Putih Milik Keraton Yogyakarta yang Menggusur Rumah Warga Membuat Jogja Tidak Lagi Terasa Seperti Rumah

Suryagama Harinthabima oleh Suryagama Harinthabima
8 April 2024
A A
Keraton Yogyakarta Menggusur Warga, Bikin Jogja Tak Lagi Sama! MOJOK.CO

Ilustrasi Keraton Yogyakarta Menggusur Warga, Bikin Jogja Tak Lagi Sama! (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Proyek pembangunan tembok Keraton Yogyakarta membuat warga terusir dari rumahnya. Membuat ikatan emosional dengan Jogja kini sirna dan hilang. 

Setelah 7 bulan berlalu, proyek pembangunan tembok benteng Keraton Yogyakarta di depan rumah kami kini telah selesai, persis sebelum bulan Ramadan. Hal inilah yang membuat Ramadan tahun ini jadi terasa berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya.

Ramadan tahun-tahun lalu di sebuah kampung kecil di pusat Jogja, terasa begitu meriah. Banyak interaksi di sepanjang jalan, banyak anak kecil bermain, lalu menjelang sahur ada rombongan pemuda yang keliling membangunkan kami. Kini berubah jauh. Begitu sepi, jarang sekali terlihat tanda-tanda kehidupan di sepanjang jalan. Kendaraan yang sesekali lewat pun sering melaju kencang karena polisi tidur yang semula ada, hancur dilalui alat berat saat proses pembangunan tembok.

Saya selalu ingat perayaan Idul Adha 2023 yang lalu. Sehari setelah hari raya, kami masih bareng-bareng melakukan penyembelihan di lapangan di area belakang rumah. Suasana penuh kegembiraan terlihat seperti biasa. Itu adalah momen terakhir kami berkumpul ramai-ramai bersama. Hari Senin di minggu depannya, suasana berubah total. Hari itu adalah tenggat waktu di mana mereka yang tinggal di sepanjang jalan, di hadapan rumah saya, di sekitar benteng Keraton Yogyakarta, harus sudah pindah.

Kehebohan mewarnai hari-hari itu. Orang-orang mengemas perabotan, pakaian, serta mempreteli bagian-bagian rumah mereka yang bisa diangkut. Sementara itu, mobil-mobil pickup sudah siap. Begitu malam tiba, mereka pergi satu per satu. Mereka meninggalkan Jogja, beriringan dengan sepeda motor, sembari pamit kepada kami, warga, yang tersisa di balik tembok benteng Keraton Yogyakarta.

Merasakan Jogja tak lagi sama

Selama beberapa minggu setelahnya, rumah-rumah di hadapan kami berubah gelap, sepi, hancur sebagian. Rumah-rumah di balik tembok benteng Keraton Yogyakarta itu menunggu untuk diratakan dengan alat berat. Dan ketika kami menyaksikan rumah-rumah itu diratakan dengan alat berat di depan mata, rasanya itu, aduh, kok sedih ya. 

Rasanya seperti mimpi buruk jadi nyata. Sebuah peristiwa yang seumur hidup saya tidak pernah terpikirkan untuk terjadi. Seperti ada luka baru di batin. Kampung kecil di pusat Jogja yang sebelumnya hidup dan berwarna, kini berubah drastis. Seakan-akan  sekarat karena jumlah warga yang pindah di sepanjang jalan jauh lebih banyak daripada kami yang tersisa.

Lingkungan dan kota yang dulu saya idam-idamkan sekali untuk tinggali, kini seakan mengharapkan saya untuk ikut pergi. Saya mulai bertanya-tanya apakah keputusan saya dulu untuk meninggalkan Jakarta dan kembali tinggal di Jogja adalah keputusan yang salah.

Tidak hanya semata karena banyak tetangga tergusur dan pindah, tapi juga karena ini, bagi saya, seakan melambangkan perubahan sikap para penguasa Jogja terhadap warganya. Esok, di kemudian hari, entah akan ada peristiwa apa lagi. 

Mereka yang tinggal di balik tembok Keraton Yogyakarta, di area sini, saya yakin sudah mendengar beragam rumor. Meskipun status kepemilikan tanah kami itu SHM, kini, rasanya tinggal di sini itu benar-benar hanya sekadar menumpang di lahan milik orang lain. Seakan menunggu giliran untuk disuruh pindah (apa justru ini lebih baik buat saya?).

Baca halaman selanjutnya: Tidak lagi merasakan ikatan emosional dengan Jogja.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 8 April 2024 oleh

Tags: gusuran rumah Keraton YogyakartaJogjakeraton Yogyakartapilihan redaksitembok Keraton YogyakartaYogyakarta
Suryagama Harinthabima

Suryagama Harinthabima

Pekerja lepas.

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Kampus

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sarjana nganggur digosipin saudara. MOJOK.CO

Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

22 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal. MOJOK.CO

Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal

26 Desember 2025
Warteg Singapura vs Indonesia: Perbedaan Kualitas Langit-Bumi MOJOK.CO

Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi

22 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.