MOJOK.CO – Kenapa, sih, nggak ada yang menggugat karakter anime yang jarang ganti baju, kayak Naruto, misalnya? Di Konoha nggak ada tukang jahit?
Sesuka-sukanya dengan manga atau anime, saya selalu ngelu setiap kepikiran kenapa baju yang dipakai karakter anime nggak pernah ganti. Naruto misalnya. Bajunya itu-itu saja.
Waktu kecil, bajunya itu-itu saja. Dia baru ganti baju setelah beranjak dewasa. Apa Naruto nggak pernah pakai kaos pembagian partai apa, ya. Atau kaos komunitas pecinta alam, komunitas filateli, atau minimal kaos komunitas gowes tulisannya Paguyuban Onthel Konoha. Payah.
Naruto baru ganti baju lagi setelah Perang Dunia Ninja kelar. Lantas baru ganti lagi setelah jadi Hokage. Saya jadi curiga. Jangan-jangan di Konoha memang nggak ada tukang jahit bahan jadi baju. Kalau malas sama desain kaos di toko baju, kan bisa bikin sendiri. Kayaknya di Konoha, teknik menjahit kain jadi baju adalah salah satu ilmu ninja tingkat tinggi. Nggak sembarangan diajarkan.
Otomatis, di Konoha nggak ada tukang londri, dong? Baju cuma itu-itu aja. Pakai. Cuci. Kering. Pakai. Cuci. Kering. Pakai. Cuci. Kering. Pakai. Kering. Cuci. Pakai. Kering. Pakai. Pakai. Cuci. Pakai. Lho, eh, sampai mana saya….
Kalau alasannya karena Naruto miskin dan nggak bisa beli baju baru, nyatanya Hinata yang dari keluarga terpandang saja bajunya juga itu-itu saja. Hampir semua karakter di anime Naruto juga gitu-gitu aja. Saya masih maklum karakter Kakashi, Guy, atau Iruka nggak ganti baju karena pakai seragam.
Selain Naruto, masih banyak manga dan anime yang baju karakternya nggak ganti. Memikirkan itu membuat saya kantem pikir, susah tidur, kepala pusing, mata bengkak, dan sering mengurung diri.
Kenapa nggak ganti baju? Toko baju kan banyak, terus duit dari misi-misi atau entah bagaimana caranya dapetin duit juga pasti cukup kalau buat beli baju.
Demi menyudahi penderitaan ini, saya mencoba menganalisis dan menyusun daftar alasan. Berikut saya sajikan.
Alasan pertama, karena seragam
Ini alasan paling masuk akal yang bisa saya pikirkan. Di manga dan anime Attack on Titan, Eren dan kawan-kawannya pakai seragam cokelat ala anak Pramuka, dan seragam itu nggak ganti-ganti dalam kurun waktu lama.
Itu saya bisa terima, karena kebanyakan aktivitas di serial Attack on Titan ya pas mereka bertugas sebagai pembasmi Titan di luar dinding. Jadi ya sama kayak Kakashi tadi, mereka bukannya nggak mau ganti baju, tetapi karena emang kudu pakai seragam pas bertugas.
Alasan kedua, menghindari decision fatigue
Alasan paling masuk akal yang saya (paksakan) jadi alasan adalah mereka bukannya nggak ganti baju, tetapi punya baju yang sama dalam jumlah banyak. Iya, mirip bos Facebook yang punya stok kaos oblong abu-abu banyak itu.
Mungkin, karakter anime terinspirasi bos Facebook lalu nyetok banyak baju dengan model yang sama. Mereka nggak mau sampai mengalami yang namanya decision fatigue.
Decision fatigue adalah keadaan di mana energi kita terkuras hanya demi memilih sesuatu. Salah satunya ya model baju. Bos Facebook nggak mau energinya terkuras hanya untuk milih baju setiap harinya. Dia cuma pengin fokus untuk pekerjaan.
Masuk akal bukan kalau misalnya Naruto, Hinata, Sakura, Sasuke, dan segenap karakter anime lainnya nggak mau ribet. Mereka adalah ninja yang harus sat set ketika bekerja. Memilih baju tidak boleh seribet bikin segel jutsu.
Makanya, mereka beli baju dengan model yang sama dalam jumlah banyak. Pertanyaan selanjutnya adalah di mana mereka beli baju? Ah, ruwet!
Alasan ketiga, keperluan plot
Jika menghindari decision fatigue masih dirasa kurang, ada satu lagi alasan yang kayaknya lebih masuk akal, yaitu keperluan plot.
Setelah terjadi time skip, biasanya, baju karakter anime dan manga akan ganti. Ya meskipun kayaknya cuma semata-mata biar terlihat kalau sudah terjadi time skip aja. Kan lucu juga kalau sudah mengklaim terjadi time skip tetapi baju karakternya masih gitu-gitu aja.
Desain seragam Attack on Titan mengalami perubahan drastis setelah terjadi time skip panjang. Saat seragam baru Mikasa dan teman-temannya itu ditunjukkan, para penggemar langsung heboh. Hal yang sama juga terjadi di serial anime Naruto.
Ganti baju menunjukkan bahwa satu masa telah selesai. Naruto ganti baju saat mulai remaja, lantas ganti baju lagi setelah hampir dewasa, terus ganti baju setelah menikah dan menjadi Hokage. Kalau dipikir lagi, karakter satu ini memang menganut hemat pangkal kaya… atau memang pelit saja pada dasarnya.
Jadi, sudah jelas bahwa pergantian baju adalah penunjang keperluan plot. Yah, seenggaknya kalau sudah ada tanda-tanda baju karakternya mau ganti, melalui teaser, opening atau ending episode, artinya bentar lagi akan terjadi sesuatu yang menarik.
Alasan keempat: yang bikin itu mangaka, bukan desainer baju
Kayaknya yang ini yang paling masuk akal, sih. Alasan kenapa baju karakter manga atau anime nggak ganti adalah biar yang gambar nggak ngelu karena kudu gonta-ganti desain.
Sekali lagi, biar nggak kena decision fatigue juga. Kalau yang tadi biar karakternya yang nggak ngalamin decision fatigue, kali ini mangaka dan animatornya. Kan lucu juga kalau tiap mau ganti chapter, mangaka malah kelamaan mikir dulu desain bajunya mau kayak gimana.
Bisa-bisa energinya habis buat bikin desain baju. Lagian kalau malah bikin banyak desain baju, nggak usah jadi mangaka, mending jadi desainer baju saja dan bikin distro. Tapi… kan ada yang namanya bagian riset. Bisa saja mangaka minta bantuan ke mereka. Tapi… ah ribet banget, sih, bahan baju anime. Makin ribet karena ada yang baca. Kayak kamu. Mamam!
BACA JUGA Naruto Adalah Trah Keluarga Ngapak dan Ini Bukti Ilmiahnya! Dan tulisan-tulisan lainnya di rubrik ESAI.