Kabinet Rock n Roll Jokowi

Kabinet Rock n Roll Jokowi

The roots of language are irrational and of a magical nature.”
-Jorge Luis Borges, Prologue to “El otro, el mismo.”

Begitulah. Akar sebuah kata, menurut Jorge Luis Borges, sering aneh, tak masuk akal, dan bahkan ajaib! Kata “hajat” misalnya, yang menurut aslinya berarti “kebutuhan”, lalu ditempel begitu saja di dalam sebuah kalimat (bagi orang yang mau berak) menjadi: “euh, anu, maaf, saya pamit mau buang hajat dulu…” Kebutuhan kok, dibuang? Lebih aneh dan ajaib lagi rasanya kalau orang tersebut “buang hajatnya” (buang kebutuhan) di sungai atau di lapangan.

“Alat vital” sering digunakan sebagai kata ganti untuk alat kelamin. Entah apa latar belakang sejarah dan asbabun nuzulnya, tapi begitulah. Kita sudah kadung menelannya bulat-bulat tanpa merasa perlu mengunyah dan mengurai.

Dalam sebuah pertemuan aktivis, awal 90-an, seorang pembicara berkata, “organisasi kita harus kuat! Karena organisasi merupakan alat vital bagi jalan dan bergeraknya aktivitas kita.” Lalu seorang partisipan secara spontan berdiri sambil mengepalkan satu tinju ke atas, nyaris berteriak, “hidup alat vital!” Kontan hampir semua peserta pertemuan menoleh ke arahnya. Cilakanya, rupanya sambil mengangkat satu tangannya tadi, tanpa sadar, ia meletakkan tangan lainnya menutupi “alat vitalnya”. Segera saja ia meralat (tentu saja sambil membebaskan satu tangannya yang mampir di atas alat vitalnya itu tadi): “Anu, maaf, maksud saya hidup organisasi!” sambil tetap mengepalkan satu tangan lainnya.

Kita baru saja punya Kabinet baru. Dan tahukah Anda akar kata “kabinet?”. Douglas Harper dalam Etymonline yang ia buat mengurai arti kata itu demikian: diduga bermuasal (pada tahun 1540-an) dari pengertian “secret storehouse” (ruangan atau gudang rahasia untuk menyimpan barang-barang yang mau dijual), dan atau dari “treasure chamber” (ruangan khusus, yang tidak sembarang orang bisa mengakses, tempat menyimpan harta pusaka). Atau, bisa juga bersumber dari masa pertengahan Perancis sekisar abad 16-an, di mana “cabinet” berarti “small room”, yang mungkin juga berasal dari kata “cabane” di masa Perancis kuno (900-1400). Di mana pada masa Perancis kuno (Old French), dikatakan, adalah masa ketika lebih dari 90% bahasa yang digunakan berasal dari bahasa Latin yang vulgar. Pada masa itu, kata “cabane” sangat mungkin dipengaruhi kata Italia “gabbinetto” (gabbia), yang berasal dari kata Latin “cavea”, yang berarti “kandang atau sarang binatang, atau rumah-rumahan di halaman luar yang dibuat untuk anak-anak bermain.” Kata “cavea” ini yang merupakan muasal kata “cave” (goa) dalam bahasa Inggris.

Bisa dibayangkan bagaimana evolusi kata “cabinet” melewati abad-abad yang “gelap” dari sedikitnya tiga Lingua Franca di atas. Untunglah, pada sekisar tahun 1640-an unsur “kegelapan” dan “kebinatangan” itu perlahan “lenyap” (kalau mau bilang “diperhalus” juga boleh), lalu jadilah kata “cabinet” itu bermakna “private room where advisors meet“. Dan kitapun bisa senyum lega menerima kata “kabinet” pada setiap masa pemerintahan baru. Perkara apakah kemudian kata itu menghapus sama sekali watak “gelap” (serba rahasia) dan “kebinatangan” para penghuni sebuah gerbong kabinet pemerintahan di negara ini, silakan Anda periksa sendiri.

Hukum biologi mungkin akan berkata: “mana mungkin batang, ranting, daun, bunga dan buah sebuah pohon bisa tumbuh tanpa peran akar?”

Lalu di Kabinet yang baru ini, kita punya seorang menteri yang fenomenal dan bercokol menjadi trending topic di media sosial sampai hari ini: Susi Pudjiastuti. Kata “Susi” (ini murni othak-athik-gathuk saya) dalam bahasa Finlandia (Suomi) berarti “Wolf”, Serigala. Binatang dan bukan sejenis Kopi. Tanpa sedikitpun bermaksud mengaitkan Serigala dengan Romanisti yang bersemangat NKRI itu, secara positif kita bisa lihat karakter binatang tangguh ini. Ia selalu bergerombol dalam menyerang calon mangsanya (percaya pada kekuatan terorganisir dan terkonsolidasi secara strategis). Serigala akan dengan cerdik melihat titik lemah calon mangsa dan melakukan manuver untuk menyerang titik lemah itu.

Sejarah hidup Susi penuh dengan manuver, yang buat banyak orang mungkin kontroversial. Membuat tato di tubuhnya, merokok, duduk ngedeprok seenaknya. Begitulah Susi. Tahan banting dan eksistensial! Dan ia melakukan beberapa terobosan dalam kerja dan kehidupannya yang bisa dikatakan sebagai “tonggak penting” (milestone).

Perkara orang lebih suka menggunjingkan penampilannya, tato dan merokoknya, ya, kita cuma bisa berharap semoga Tuhan tidak kecewa telah menganugerahkan pikiran pada orang-orang itu.

Ah, saya membayangkan, kalau saja Susi, Ahok, Risma, Mardani Maming dan kepala-kepala daerah yang hebat itu dikumpulkan jadi satu dalam Kabinet ini, saya akan mengusulkan nama kabinet ini sebagai “Kabinet Rock n Roll” (etimologinya dari: action of rocking; a movement to and fro), komposisi musik yang karakter rhythm-nya kuat, menghentak dan menggerakkan. Kabinet yang penuh warna cerah dan kuat, dan dengan strategis mengepung, menerjang, dan menggigit seperti gerombolan Serigala.

Exit mobile version