Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Jogja Sudah Tidak Pantas Menyandang Status Kota Pelajar

Lalu apa yang bisa kita banggakan lagi. Tagline istimewa sudah menjadi bahan tertawaan. Julukan kota pelajar ternyata tinggal getir terasa. Status kota pariwisata kini disalip saudara tua. Apa yang tersisa bagi Jogja kecuali kisah lama yang terus diromantisasi?

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
20 Februari 2023
A A
Jogja Sudah Tidak Pantas Menyandang Status Kota Pelajar MOJOK.CO

Ilustrasi Jogja Sudah Tidak Pantas Menyandang Status Kota Pelajar. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Jogja gagal mengayomi para cendekiawan

Dua kasus viral jadi simbol kegagalan Jogja mengayomi para cendekiawan. Pembaca sudah tahu kabar meninggalnya mahasiswi UNY dan UMBY? Desakan ekonomi karena Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mencekik disebut menjadi sumbernya. Dua orang harus meninggal sebelum menggapai mimpinya.

Mungkin kurang adil jika saya menyebut dua kasus tersebut menggugurkan gelar kota pelajar. Tapi lihatlah lebih luas. Perkara uang kuliah menjadi polemik tak kunjung henti. Jogja yang dianggap “murah” ternyata menawarkan pendidikan yang mahal. Dan ketika disarankan masuk ke perguruan tinggi yang murah, pendidikan yang didapat kurang layak. Belum lagi status akreditasi yang dipandang menghalangi karier lulusannya di masa mendatang.

Mungkin Anda akan membela, “Lho, memang biaya pendidikan itu mahal! Tapi sepadan dengan apa yang diperoleh nanti.” 

Sepadan apanya? 

Sudah keluar uang banyak untuk kuliah, nanti harus keluar dana lagi untuk bootcamp dan peningkatan soft skill lain. Jika output-nya adalah karier, justru perguruan tinggi adalah penyumbang pengangguran. Termasuk yang bermarkas di Jogja

Cendekiawan Jogja juga masih dihantui perkara pelecehan seksual. Dan perguruan tinggi di sini tidak ada yang jadi pelopor untuk membendung gelombang kemesuman tak tahu tempat ini. Bahkan kasus #kitaagni menjadi runyam karena sikap pongah UGM. Saya sendiri ingat betul kasus ini, karena seharusnya saya wisuda bareng si pelaku pelecehan. Untung sih dia tidak datang karena ratusan manusia menanti sosok ini untuk menyuarakan kemarahan secara langsung.

Apa yang membuat Jogja istimewa sebagai kota pelajar? Ketika yang dihadapi para pelajar tidak berbeda dengan kota lain. Kadang malah lebih buruk.

Apa hasil dari “kota pelajar” yang agung itu?

Jogja, dengan ratusan kampusnya juga tidak berperan banyak dalam penyelesaian masalah daerahnya. Sebenarnya sih, dalam lingkup nasional juga belum. Namun, sebagai yang bergelar kota pelajar, rumah cendekiawan, tidak berbeda dengan daerah lain. Pendidikan tinggi di sini tetap menjadi pabrik penghasil tenaga kerja. Meskipun kritik tentang ini terus terdengar, tapi tidak ada yang berubah. Bahkan dari daerah yang disebut kota pelajar sendiri.

Dengan gelar kota pelajar, tidak ada dampak terasa bagi kehidupan masyarakat. Teknologi tepat guna yang sering jadi program kampus sering bersifat simbolis semata. Dan secara penyelenggaraan pemerintah, perguruan tinggi di Jogja juga tidak menunjukkan gebrakan nyata. Mungkin karena lulusannya tidak ada yang bisa jadi gubernur, sih.

Jika bicara kuantitas hasil riset, dari jumlah permohonan hak paten dan hak cipta saja sudah kalah. Sekali lagi, UGM menjadi penyumbang terbesar. Dan sekali lagi, Jawa Barat menguasai 10 besar ini. Yah bagaimanapun juga, Jogja tetap kalah kuantitas. Wajar juga, menilik dari luas wilayah yang nyempil di selatan Jawa Tengah ini.

Bagi saya, kurang elok bicara kuantitas semata. Tapi dari jumlah hak paten dan hak cipta yang diajukan saja, Jogja bukan raksasa pendidikan dan riset nasional. Dan selalu saja nggondeli UGM sebagai tulang punggung pendidikan. Ibaratnya, UGM jadi Mbappe ketika Jogja harus bersaing dalam urusan pendidikan.

Lalu, darimana Jogja bisa disebut sebagai kota pelajar? 

Kecuali perkara konsentrasi perguruan tinggi yang memenuhi daerah sesempit ini? Jogja terlalu lama terbuai oleh predikat kota pelajar. Sampai lupa jika hari ini, kita tidak sehebat itu dalam urusan pendidikan. Mungkin memang luar biasa kalau masih zaman Orde Baru. Namun dunia terus berganti rupa, dan Jogja masih saja onani gelar kota pelajar.

Lalu apa yang bisa kita banggakan lagi. Tagline istimewa sudah menjadi bahan tertawaan. Julukan kota pelajar ternyata tinggal getir terasa. Status kota pariwisata kini disalip saudara tua. Apa yang tersisa bagi Jogja kecuali kisah lama yang terus diromantisasi?

Entahlah, saya memilih turu saja. Siapa tahu, bangun-bangun jadi gubernur.

Iklan

BACA JUGA Mati-matian Bertahan di Jogja Buat Apa? dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Penulis: Prabu Yudianto

Editor: Yamadipati Seno

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 20 Februari 2023 oleh

Tags: JogjaJogja IstimewaklitihKota Pelajarkuliah di jogja mahalUGMukt mahal
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Jika artikel saya menyinggung Anda, saya tidak peduli.

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Kampus

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Hari ibu adalah perayaan untuk seluruh perempuan. MOJOK.CO

Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya

24 Desember 2025
Olahraga panahan di MLARC Kudus. MOJOK.CO

Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

23 Desember 2025
Warteg Singapura vs Indonesia: Perbedaan Kualitas Langit-Bumi MOJOK.CO

Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi

22 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.