Sentimen buruk yang bikin IHSG ambruk
Korupsi itu, di sentimen pasar, adalah hal buruk. Menghilangkan trust tentu saja, tapi juga membuat investor malas untuk berinvestasi. Akhirnya ya seperti yang bisa kita lihat, IHSG ambruk.
Sederhananya, emang ada orang yang mau mempercayakan uangnya dikelola di suatu tempat yang budaya korupsi merajalela?
Ada trust yang hilang di situ. Dan pelan tapi pasti, efeknya mulai terasa.
Beda “turun” dengan “anjlok” dalam konteks IHSG
Benar, pasar itu fluktuatif. Tapi, naik-turun dengan anjlok itu 2 makna berbeda. Seperti halnya hidup, naik dan turun itu relatif wajar. Kadang di bawah, kadang di atas. Ya selayaknya roda berputar, kan. Persis seperti fluktuasi IHSG di bursa saham.
Investor datang dan pergi ke satu emiten, demi profit. Tapi kalau sudah sampai anjlok ke titik yang besar dan membuat trading halt, itu baru bisa jadi tanda bahwa ini emang nggak baik-baik saja.
Dan nggak itu saja, sebab dari semua bursa di Asia pada hari ini, hanya pasar Indonesia yang babak belur. Datanya sebagai berikut:
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG rontok 6,12% atau sebanyak 395,87 poin ke level 6.076 pada perdagangan sesi pertama Selasa (18/3). IHSG bahkan sempat menyentuh level 6.011 meski hanya berlangsung sebentar.
Berbeda dengan laju IHSG, bursa saham Asia kompak menguat berdasarkan data yang dikompilasi dari Katadata. Indeks Hang Seng terangkat 1,7%, Shanghai Composite naik 0,13%, Nikkei tumbuh 1,2%, dan Straits Times terapresiasi 1,13%. Di bursa global DOW30 tercatat mengalami kenaikan 0,85% diikuti SP500 yang naik 0,64%. Indeks FTSE juga mengalami kenaikan 0,56%.
Lalu, gimana nasib ekonomi kita ke depannya setelah kejadian kemarin?
Yang pasti, pemerintah tahu semua sedang tidak oke. Pertama, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, memimpin rombongan anggota DPR dan langsung mendatangi kantor BEI begitu mendapat kabar trading halt.
Tentu, ini bukan kunjungan ramah-tamah biasa. Efeknya ada, meski tidak rebound maksimal. Setidaknya, IHSG ditutup ada di range 6.200-an.
Yaaa, anggap saja not bad, tapi nggak sepenuhnya pertanda bagus. Cuma ini pertolongan pertama yang krusial dari sisi pemerintah.
Kedua, melalui konferensi pers, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani juga sore ini memberikan keterangan ke awak media. Selain membantah isu liar bahwa dia mundur sebagai Menkeu, Sri Mulyani juga menyebut anjloknya penerimaan pajak di periode Februari karena data yang belum stabil.
Konpers Sri Mulyani adalah sedikit angin segar untuk pasar. Yah, reputasi beliau “teruji” di level dunia. Kepercayaan investor ke sosok Sri Mulyani setidaknya cukup menjadi alasan kenapa konpers dilaksanakan beberapa jam setelah bursa tutup kemarin.
Pemulihan butuh waktu
Tentu, semua tidak akan pulih cepat. Koreksi IHSG yang cukup dalam kemarin, akan jadi catatan penting. Dinamika sosial-politik yang memanas di dalam negeri bisa bawa masalah ke ekonomi kita.
Ini belum menyasar ke isu fundamental lainnya. Misalnya seperti maraknya PHK, melemahnya daya beli masyarakat, hingga nasib kelas menengah yang kian abu-abu. Bukan rahasia lagi, kelas menengah adalah tulang punggung ekonomi negara ini dan pemerintah tahu itu.
Kalau saya pribadi, anjloknya IHSG cukup jadi sinyal. Sinyalnya jelas dan tentu ini sinyal yang tidak baik.
Pertanyaannya, apa langkah pemerintah kemudian setelah serangkaian pertolongan pertama kemarin siang? Sebab mohon maaf, masalah ekonomi tidak bisa teratasi hanya dengan bilang NDASMU di pidato.
Barang berat ini, Pak Presiden!
Penulis: Isidorus Rio
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Ingin Beli Saham IPO? Kenali Istilah-istilah Ini Dulu dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.










