Habis Pemilu, Terbitlah Manusia-Manusia Gagal Move On - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Habis Pemilu, Terbitlah Manusia-Manusia Gagal Move On

Robertus Bellarminus Nagut oleh Robertus Bellarminus Nagut
4 Mei 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Setelah Pilpres 2019, kini muncullah dua golongan manusia gagal move on. Yang satu karena sebal harus kalah, yang satu lagi malah kelewat songong!

Selain melahirkan dua kelompok besar, yakni yang menang dan yang kalah, pemilu juga menciptakan golongan lain bernama: orang-orang gagal move on. Entah karena terlampau serius terlibat dalam helat politik lima tahunan itu atau karena teguh memegang prinsip “lebih-baik-gagal-move-on-karena-pemilu-daripada-karena-kamu”, bahasan soal pemilu seolah tak bisa berhenti dibahas sampai berbusa, selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah what-so-called pesta demokrasi itu berlalu.

Sebagaimana jumlah kubu capres, orang-orang gagal move on ini (juga) terdiri dari dua pihak.

Pihak pertama adalah mereka yang ngotot berpendapat bahwa oemilu belum selesai sampai janur kuning melengkung di pelataran rumahmu dan aku menatap sedih dari kejauhan KPU mengumumkan hasilnya secara resmi. Atas dasar itu, mereka akan: (1) menolak percaya pada hasil hitung cepat, (2) menaruh dan menyebarluaskan rasa curiga—seperti cara semut-semut di dinding menatap Obbie Mesakh dalam lagu Kisah-Kasih di Sekolah—kepada penyelenggara pemilu, dan (3) merasa telah dirugikan dan dicurangi lawan sehingga tidak bersedia mengakui hasil pemilu.

Kita tahu, tipe gagal move on seperti ini adalah sesuatu yang jamak, milik orang-orang dari kelompok yang kalah. Sesuatu yang wajar, sungguh. Karena, siapakah yang dengan mudah melupakan bergepok-gepok rupiah yang telah dikeluarkan untuk membeli sepatu dan lipstiknya ketika sedang sayang-sayangnya biaya kampanye? Maksud saya, berada di pihak yang kalah, lalu gagal move on tentu adalah hal yang biasa-biasa saja.

Baca Juga:

Dr. Zainal Arifin Mochtar dan Dr. Abdul Gaffar Karim: Ternyata Pilpres Bisa Ditunda!

Puan Maharani dan Dua Politisi PDIP Kritik Pemerintahan Jokowi? Lah, Tumben?

Ini Cara Agar Para Pejabat Mau Saling Sikut buat Layani Rakyat Lagi

Namun demikian, tetap saja ada yang tidak biasa pada golongan ini. Hal ini, barangkali ditunjukkan oleh kenyataan bahwa mereka telah dengan berani hati mengikuti pentas kontestasi (wuiiiih… istilah ini!) tanpa memikirkan kemungkinan bahwa siapa saja bisa jadi pecundang, bukan karena uang—eh, usaha—yang kurang, melainkan karena pihak lawan memang tampil lebih baik.

Jadi, yah, nasihat untuk tipe ini, agar mereka dapat lebih mudah mengalihkan emosinya sehingga situasi bangsa menjadi aman dan terkendali, adalah dengan menjelaskan secara p-e-r-l-a-h-a-n bahwa, dalam setiap pemilu, jumlah orang yang menjadi semakin cerdas dalam menentukan pilihannya terus meningkat.

Ya, saya ulangi sekali lagi: para pemilih cerdas. Mereka-mereka ini adalah orang-orang yang dengan cerdas memilih uang daripada janji, yang cerdas membela agama daripada kemaslahatan bersama, dan yang cerdas memilih pekerja daripada penjual mimpi masa lalu.

Tapi ingat: kriteria yang terakhir itu “cerdas beneran”, ya, Kak. Yang sebelum-sebelumnya cuma satir. Hehe.

Namun bagaimanapun, tipe manusia gagal move on seperti ini dapat dimengerti keberadaannya, Saudari-saudara. Agar mereka segera melangkah maju, yang mereka perlukan adalah hiburan, pelukan, doa, serta kucing dan semut yang dapat diajak bicara. Risakan (bullying) hanya bakal memperpanjang lara, menyuburkan dendam nan membara, sekaligus memerihkan luka hingga rasa yang tak terkira.

Please, deh, mereka bukan binatang jalang dari golongannya yang terbuang. Paham? Terima kasih atas pengertiannya.

Kini, kita beralih ke pihak yang berikutnya: pihak kedua.

Mereka-mereka ini adalah orang-orang yang ngotot merayakan kebahagiaannya secara berlebihan, bila perlu sampai masa pemilu berikutnya. Ini jelas pertanda gagal move on menahun. Atau, melima tahun?

Ini sungguhlah tipe gagal move on yang aneh. Maksudnya, mereka menang, tapi tidak puas jika merayakan kemenangannya secara biasa-biasa saja. Bikin tersinggung saja!

Duh, menang kok gagal move on? Sungguh tak berperasaan. Kalau kalian menang, lalu gagal move on, kami-kami yang ditinggal nikah ini apa??? Gagal maning???

Pihak kedua ini, selain berparade keliling kota atau menyebarkan video “Siap, Presiden” sebagai sindiran, juga akan terus mengolok-olok pihak gagal move on yang pertama. Entah apa manfaatnya, tapi barangkali memang tidak semua kegiatan harus bermanfaat. Aduh, Kaka e.

Orang-orang menang yang gagal move on ini adalah tipe manusia yang agak aneh. Kabarnya, golongan ini muncul karena pencapaian mereka melebihi ekspektasi. Maksudnya, sebelum pemilu, mereka tidak terlalu “siap menang,” tapi—eh, ternyata menang.

AKibatnya? Terciptalah kesenangan menahun. Pokoknya, terus terang, mereka terang senang terus. Seolah-olah, dengan berhasil menang pemilu, mereka juga telah menjadi menang di segala hal. Hadeeeeh!

Yang abai mereka pikirkan adalah kenyataan bahwa belum tentu dengan menang pemilu, mereka dapat akan berhasil menyelesaikan karut-marut persoalan di negeri kelapa ini. Tetapi coba lihat: lagaknya minta ampun! Angkat kepala macam su jago-jago sa.

Mana mau, sih, mereka berpikir bahwa mereka menang bukan karena mereka hebat, tapi karena lawan mereka memang tidak sepadan? Atau minimal berpikir: mereka menang karena yang berbondong-bondong memilih adalah orang-orang yang merasa kasihan karena si tokoh utamanya senantiasa diremehkan—yah, sederhananya, dipilih karena kasihan saja. Ciyeee~

Nasihat yang dapat diberikan untuk golongan ini rasanya tidak ada. Kalau toh ada, mungkin tidak akan berhasil. Pemenang, di mana-mana, memang boleh sombong. Bahwa ekspresi kegembiraan itu membuat mereka tampak songong, situ bisa apa kalau kemudian mereka hanya jadi sekumpulan pembohong?

Misalkan suatu saat mereka akhirnya meminta nasihat, jangan mau. Kalau nasihatmu sesuai dengan yang mereka pikirkan, mereka akan bilang, “Yang itu kami sudah tahu.” Tapi, kalau nasihatmu tidak sesuai dengan yang mereka pikirkan, yang kau dapat adalah cemoohan: “Memangnya kau pernah menang?” Matek kon!

Tetapi jangan khawatir. Dua tipe manusia gagal move on yang sungguh tak penting di atas itu tetap tidak apa-apanya dibanding kita, Kakak Ganteng. Gagal move on ala kita tetaplah yang paling abadi.

Kenapa? Ya tentu karena kita tidak akan pernah berhasil mengalihkan perhatian dari undangan pernikahan mantan. Tidak juga bakal rela berhenti mengetikkan namanya di kolom pencarian Facebook dan Instagram pada malam-malam yang tua nan sepi. Hiks….

Terakhir diperbarui pada 4 Mei 2019 oleh

Tags: bicara dengan semutCapresgagal move onpemiluPilpres 2019Quick Count
Robertus Bellarminus Nagut

Robertus Bellarminus Nagut

Artikel Terkait

Dr. Zainal Arifin Mochtar dan Dr. Abdul Gaffar Karim: Ternyata Pilpres Bisa Ditunda!

Dr. Zainal Arifin Mochtar dan Dr. Abdul Gaffar Karim: Ternyata Pilpres Bisa Ditunda!

14 Maret 2022
Puan Maharani Tak Perlu Minta Maaf, Sumatera Barat Emang Kurang Mendukung Negara Pancasila

Puan Maharani dan Dua Politisi PDIP Kritik Pemerintahan Jokowi? Lah, Tumben?

3 Agustus 2021
Ini Cara Agar Para Pejabat Mau Saling Sikut buat Layani Rakyat Lagi

Ini Cara Agar Para Pejabat Mau Saling Sikut buat Layani Rakyat Lagi

19 Juli 2021

Surat Terbuka untuk Mbak Puan yang Malah Bikin Ganjar Pranowo Makin Berpeluang Jadi RI-1

24 Mei 2021
kepala suku esensi ibadah puasa esai puthut ea mojok.co

Prabowo Kandidat Paling Potensial Menang Pilpres 2024, tapi…

6 Mei 2021
Didatangi Arwah Ayah Mertua, Masih Diajari untuk Disiplin

Gara-Gara Rekonsiliasi Prabowo-Jokowi, PA 212 Bakal Gelar Ijtima Ulama 4 Segera

15 Juli 2019
Pos Selanjutnya
Cristian Gonzales PSIM MOJOK.CO

Kecemasan yang Muncul Setelah Cristian Gonzales Bergabung ke PSIM

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Jokowi Setuju Ibukota Negara Dipindah dari Jakarta ke Luar Pulau Jawa

Habis Pemilu, Terbitlah Manusia-Manusia Gagal Move On

4 Mei 2019
warung kopi mbah kuwot mojok.co

Kisah Mbah Kuwot Selamat dari Romusha dan Buka Warung Kopi Legendaris di Trenggalek

19 Juni 2022
Universitas Sanata Dharma

Bakso Dab Supri Sanata Dharma yang Mencatat Kisah-kisah Mahasiswa 

18 Juni 2022
Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati MOJOK.CO

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati

23 Juni 2022
UTBK bocor di jogja

Viral di Sosmed, UTBK di UPN “Veteran” Yogyakarta Bocor, Pelaku Ditangkap

20 Juni 2022
Bank Plecit Menyaru Bank BUMN: Agen Rahasia Utang Ibu Rumah Tangga di Desa MOJOK.CO

Bank Plecit Menyaru Bank BUMN: Agen Rahasia Utang Ibu Rumah Tangga di Desa

20 Juni 2022
baskara aji mojok.co

Soal Jam Malam, Sultan Minta Menyeluruh di Jogja

24 Juni 2022

Terbaru

Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
Makan Bersama di Tepikota, kuliner jawa timur di Yogyakarta

Minggu Bersama di Tepikota, Menikmati Kuliner Jawa Timur di Jogja

25 Juni 2022
Pentingnya ganti oli mesin mobil

5 Alasan Ganti Oli Mesin Perlu Dilakukan Berkala

25 Juni 2022
hasil pertandingan piala presiden PSS Sleman PSIS Semarang

Takluk dari PSIS Semarang, PSS Sleman Harus Menang di Laga Terakhir Grup A Piala Presiden

24 Juni 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In