Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Faktor-Faktor Penyebab Kids Jaman Now Kebelet Nikah

Vitra Fardy oleh Vitra Fardy
17 September 2017
A A
Pernikahan dini
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Setelah main Facebook dan isinya tak lebih dari postingan hoax dan tulisan-tulisan bombastis nirmakna, Twitter tampaknya jadi tempat pelarian yang pas di tengah kesunyiannya karena ditinggal penghuninya entah ke mana. Tapi sial, karena akhir-akhir ini—meski mencoba untuk tak peduli—agaknya Twitter, saya pikir, lebih cocok jadi arena pertarungan gulat bebas dibanding kehidupan yang damai, dan tetap tidak lebih baik dari Facebook.

Para selebtwit yang saya follow dan pada akhirnya beberapa saya unfollow senang sekali ribut ngomongin politik dengan haters-nya bahkan ketika hari masih pagi maupun saat hari sudah sangat larut. Bikin saya pusing. Karenanya, saya putuskan pindah ke Instagram.

Satu dua minggu oke lah Instagram jadi tempat yang damai apalagi selebgram-selebgram yang saya follow termasuk dalam kategori penyegaran timeline. Saya sempat bergumam, Apakah ini yang dinamakan surga duniawi? Bisa jadi. Tapi karena nasib malang tidak ada yang menduga, tiba-tiba saya muak begitu saja dengan Instagram.

Pemicunya, teman-teman yang saya follow kok ya jadi gemar sekali membuat Instagram Stories maupun postingan-postingan tentang pernikahan disertai caption—semacam telik sandi yang mesti dipecahkan, atau tulisan-tulisan yang bikin baper padahal tidak sama sekali. Seolah kegiatan tersebut adalah satu-satunya solusi dari setiap permasalahan yang ada. Tai lah.

Karena hal itu, agar tidak mengganggu kemaslahatan umat, saya rasa, perlu dibuat faktor-faktor apa saja sih yang membuat kids jaman now kebelet nikah.

Tabel Usia Pernikahan dalam Sudut Pandang Ekonomi dan Masa Depan

Sudah agak lama, tapi sampai sekarang saya masih takjub ketika sedang berselancar di internet dan kemudian melihat sebuah tabel dengan judul mengintimidasi, “Tabel Usia Pernikahan dalam Sudut Pandang Ekonomi dan Masa Depan”, yang memberi estimasi usia seorang menikah, punya anak pertama, hingga sang anak menikah, dengan membaginya ke dalam empat kategori: ideal, cukup, waspada, dan siaga.

Seketika saya jadi kalap mengingat berapa usia saya sekarang, dan segera menghitung-hitung berapa tahun lagi saya harus menikah agar bisa berada di kategori ideal, atau sesial-sialnya, kategori waspada. Seolah-olah kalau saya telat menikah, ketika punya anak nanti saya sudah terlalu tua dan tidak mampu lagi membiayai anak saya, padahal siapa tahu, bisa saja saya jadi konglomerat.

Hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada pola pikir, yang awalnya masih dalam tahap menikmati hidup, kini jadi tahap cepat-cepat membangun rumah tangga alias kebelet nikah. Meski akhirnya saya sadar kalau untuk menuju ke arah sana masih lama, tetap saja ada yang mengganggu pikiran. Rasanya saya masih ingin memaki, “Lu aja sono lah yang nikah, gua masih ada orang tua yang perlu dibahagiain.”

Untuk laki-laki, mungkin tidak terlalu mempermasalahkan tabel tersebut. Tapi saya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi kaum hawa, mungkin, lebih tertekan secara psikologis apalagi tahu kalau teman seusianya telah menikah lebih dulu.

Teman yang Telah Menikah Lebih Dulu

Boro-boro menikah, untuk bisa dapat IPK 3 saja masih harus berpikir seratus kali. Dan di usia saya yang masih bisa main di Tim Nasional U-22 ini, sebagai pemuda apalah-apalah, pernah mentraktir teman-teman main futsal mungkin bisa dibilang sebagai capaian bersejarah dalam hidup. Sialnya, sampai sekarang belum sempat tercapai.

Maka saya kagum dengan teman-teman saya, terutama yang perempuan, yang berani memutuskan untuk menikah—meninggalkan orang tua dan tinggal bersama suami—bahkan ada yang sudah punya anak.

Tapi akibatnya, jadi timbul kecemburuan sosial. Keinginan-keinginan masa lampau untuk menikah yang awalnya sudah terpendam dalam-dalam, akhirnya bangkit kembali setelah tahu beberapa teman sudah banyak yang menikah. Akibatnya dalam hati bilang, “Dia aja bisa, masa gua kagak.”

Iklan

Sering Kondangan

Ini rumit. Mau tidak datang, tapi diundang. Kalau datang, yang ada hanyalah hati yang tersayat-sayat. Apalagi setelah tahu, yang mengundang adalah mantan kekasih, dan konyolnya, di depan undangan tersebut tertulis “(nama Anda) dan partner, di tempat”, padahal keadaan masih sendiri dan berselimut sepi. Sebenarnya tidak ada maksud menyinggung, datang bareng nenek pun itu bisa disebut partner. Tapi namanya juga sentimentil, rasanya ingin makan bangku hajatan saja. Akhirnya timbul keinginan cepat menikah.

Sebenarnya ada cara-cara agar keinginan menikah tidak menimbulkan efek domino, caranya, kalau datang ke kondangan tidak perlu lah postang-posting hal yang menyedihkan, bikin kebelet saja. Tapi itu terserah sih, memangnya saya fasis apa suka mengatur-ngatur.

Chat Viral Pria yang Melamar Wanita Lewat Whatsapp

Terlepas dari benar atau tidaknya chat tersebut, kalau saya jadi Euis—wanita dalam chat tersebut, ya saya terima lah lamarannya si Romi. Mau bagaimana lagi, hati sedang kering, makan susah, hidup cuma begini-begini saja, lalu tiba-tiba ada yang menyiramnya.

Dari sini, kolom komentar dalam suatu postingan di sosmed membanjir, dan isinya apalagi kalau bukan remaja-remaja yang baper setengah mati dan akhirnya kepengin dilamar dengan cara seperti itu. Hadeh.

Mendengar Lagu Akad Payung Teduh

Bisa dibilang, lagu ini sudah sebanding dengan Surat Cinta Untuk Starla, Asal Kau Bahagia, dan yang paling baru, Despacito. Ngehe banget. Saya berani bertaruh kalau lagu ini langsung masuk ke dalam otak walau baru pertama kali mendengar, meski tidak hafal liriknya, minimal alunan musiknya. Saya kesal dengan lagu ini sebenarnya, tapi karena bebep kesayangan saya, Via Vallen, telah meng-cover lagu ini, apa boleh buat, saya jadi menyukainya.

Coba sebut kegiatan apa saja yang sedang dilakukan: motong bawang, buka pintu kulkas, atau berak, pasti yang terngiang di kepala adalah lagu ini. Saya kalau jadi perempuan, mungkin bakalan meleleh dan menitikkan air mata ketika dinyanyikan lagu ini. Karena memutar lagu ini berulang-ulang, bisa membuat saya atau mungkin Anda, ingin segera mengakhiri masa lajang.

Dan selain bikin saya jadi orang paling lemah sedunia, tampaknya, seperti lagu cinta yang lain, lagu ini memang sudah pantas untuk dijadikan template wedding song yang biasa didendangkan di pesta-pesta pernikahan, bersamaan dengan lagu Malam Terakhir-nya Rhoma Irama x Rita Sugiarto, dan versi koplo Someone Like You-nya Adele.

Terakhir diperbarui pada 4 September 2018 oleh

Tags: Akad Payung TeduhKebelet NikahKids Jaman NowNikah
Vitra Fardy

Vitra Fardy

Artikel Terkait

Cerita Mahasiswa Jatim Rela Melepas UGM Demi Masuk Jurusan Kependidikan di UNY, Menyesal Kemudian karena Dapat UKT Selangit dan Lingkungan Kuliah Toksik.mojok.co
Kampus

Cerita Mahasiswa UM Malang Nyaris Gagal Nikah Gara-gara Wisuda Mundur Hampir Setahun, Ada yang Rugi Jutaan Rupiah

29 Februari 2024
Orang-orang yang Ngasih ‘Jatah’ Mantan Sebelum Nikah, Ingin Tuntaskan Rasa yang Tertinggal MOJOK.CO
Ragam

Orang-orang yang Ngasih “Jatah Mantan” Sebelum Nikah, Demi Kepuasan dan Tuntaskan Rasa yang Tertinggal

19 Februari 2024
mahasiswa UMY S3 kuliah sambil resepsi nikah.MOJOK.CO
Kampus

Perjuangan Mahasiswa S3 UMY Tetap Kuliah Online Saat Resepsi Nikah, Awalnya Datang ke Jogja Modal “Dengkul”

20 Januari 2024
Saya Ditinggal Nikah, tapi Saya Tidak Sakit Hati! MOJOK.CO
Kilas

Saya Ditinggal Nikah, tapi Saya Tidak Sakit Hati!

30 Juli 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.