Diskriminasi Pria Rambut Gondrong dan Harapan Punya Presiden yang Gondrong Juga - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai

Diskriminasi Pria Rambut Gondrong dan Harapan Punya Presiden yang Gondrong Juga

Farhan Aji Dharma oleh Farhan Aji Dharma
30 Januari 2019
0
A A
Presiden rambut gondrong MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Kalau Presidennya nggak bisa yang rambut gondrong, ya paling nggak Menteri Agama atau Menteri Pertahanannya aja nggak masalah kok, Brader.

Sadar atau tidak, salah satu atau bahkan satu-satunya realitas sosial yang awet diskriminasinya sejak zaman Belanda sampai sekarang ialah diskriminasi terhadap fenomena laki-laki yang punya rambut gondrong.

Yap, dunia ini tidak benar-benar “aman” bagi mereka.

Saya tidak menutup mata, bahwa banyak laki-laki rambut gondrong di luar sana, terutama di kampus-kampus, yang sekadar mbebek atau ingin memenuhi salah satu syarat protokoler sebagai aktivis dan dengan alasan ndak mbejaji lain.

Padahal tokoh-tokoh referensial mereka juga sedikit sekali yang gondrong. Tan Malaka, Wiji Thukul, Aidit? Mana ada yang gondrong? Bahar bin Smith lhaiya~

Saya gondrong. Baru dua tahun. Jujur, awalnya saya tidak benar-benar serius ingin memanjangkan rambut. Berangkat dari rasa penasaran saya saja. Karena sejak kecil potongan saya hampir selalu sama. Cepaq ngeheq.

Baca Juga:

MUHAMMAD YAMIN: GADJAH MADA DARI SAWAHLUNTO

Muhammad Yamin: Gadjah Mada Dari Sawahlunto

4 November 2022
polisi tembakkan gas airmata kedaluwarsa tragedi kanjuruhan yang mewaskan aremania ada indikasi pelanggaran ham mojok.co

9 Poin Tuntutan Aremania untuk Jokowi dan Pihak Terkait Tragedi Kanjuruhan

6 Oktober 2022

Tapi seiring waktu, saya menyadari sesuatu. Saya merasakan penolakan terhadap fenomena ini sungguh besar. Namun kita tidak punya cukup kekuatan untuk melakukan perlawanan. Kayak model fenomena diskriminasi terhadap perempuan gituuu.

Satu indikatornya. Orang-orang tidak mudah menerima realita bahwa laki-laki juga berhak punya rambut gondrong, tapi sialnya mereka diam. Bagaimana caranya melakukan perlawanan terhadap aksi mbatin masal kayak gini coba?

Lagipula—memang—merawat rambut gondrong sudah cukup menunjukkan satu bentuk perlawanan bagi saya. Setidaknya saya berusaha melawan stereotipe cowok gondrong yang kumuh-urakan. Dan yang lebih penting, saya melawan Bakporagon rasa gatal yang menggila di kepala saya.

Beli sampo dan vitamin rambut itu hal paling sulit dan rumit. Untuk menjaga malu di depan kasir Indomaret saja butuh thawaf keliling rak piranti mandi berkali-kali. Mungkin, mungkin lho ya. Sama malunya kayak mau beli kondom. Belum pernah ngerasain soalnya.

Satu-satunya orang yang terang benderang dan cenderung frontal menolak kegondrongan rambut saya adalah, ibu saya. Beliau sampai mimpi saya kembali berambut pendek dua kali. Dan dengan nada cukup tinggi, ibu saya pernah nyeletuk.

“Kamu jelek kalau gondrong!”

Mak tratap!

Tapi saya ndak bisa melawan. Saya ogah kehilangan syurga di bawah telapak kakinya.

Di kampus, saya pernah diusir dari kelas sama dosen gegara punya rambut gondrong. Untung cuma sekali. Tapi sekali lagi, saya tidak melawan. Saya ndluyur keluar dan enggan lagi masuk ke kelas. Bijak sekaligus bodoh. Dan akhirnya nilai E menjadi hadiah terindah. Hmm

Padahal saya kuliah di kampus negeri yang katanya dijuluki Kampus Pembebasan yang sempat gaduh terkait sikap pelarangan mahasiswi bercadar. Tapi selama—jangan tanya berapa lama—saya kuliah, meskipun katanya dilarang, tidak pernah tuh terjadi pengusiran mahasiswi bercadar oleh dosen.

Apalagi pria gondrong punya fakta historis yang agung. Kata Anthony Reid, rambut gondrong adalah simbol kekuatan dan kewibawaan orang zaman dulu. Pejuang Nusantara juga tidak sedikit yang gondrong. Sultan Hasanuddin salah satunya.

Lebih tinggi lagi, sosok Gajah Mada dalam ilustrasinya juga berambut panjang terikat. Satu lagi biar sekalian mdrcct, Nabi dan Rasul junjungan saya juga berambut panjang. Beberapa Nabi lain juga demikian. Horotokonoh.

Tapi…

Paragraf di atas tadi emang sengaja saya bikin terkesan agak tendesius dan sedikit bernuansa ngemis pengakuan dan welas asih. Sebenarnya nggak gitu-gitu amat.

Ada hal lain yang membuat saya dapat bertahan di tengah badai penolakan dan bahkan stereotipe terhadap lelaki rambut gondrong yang kadung menjamur di sanubari orang-orang. Apalagi untuk berargumen kalau saya sedang nyunnah Kanjeng Nabi. Blas tidak!

Kalau begitu, apa bedanya saya sama ikhwan-ikhwan bercelana tanggung yang ngotot kalau mereka bakal terhindar dari sikap cueknya Gusti Allah di akhirat “hanya” gara-gara isbal? Hadeh.

Biar disamain sama Gajah Mada? Ah, ndak juga. Ditunjuk jadi ketua kelompok tugas kuliah saja saya paranoid betul. Apalagi sampai jadi patih.

Supaya saya punya jiwa pejuang sekelas Ayam Jantan dari Timur? Ah, apalagi. Berjuang nulis artikel Mojok setelah ditolak berkali-kali saja saya banyak sambatnya dari pada berusaha nulis lagi. Kejauhan yang teramat sangat.

Ada hal-hal lain yang lebih “substansial” sehingga membuat saya istiqomah berambut gondrong.

Dari yang paling remeh, saya sering dimirip-miripin sama seniman sekelas Djaduk Ferianto. Atau ada yang bilang mirip Sabrang Mowo Damar Panuluh a.k.a Noe Letto. Jangan buru-buru menyimpulkan. Saya tidak lantas geer dimirip-miripin sama beliau berdua itu. Wong saya ngaca berkali-kali juga tetep ngerasa jauh.

Tapi saya jadi bertanya. Kenapa zaman sekarang, stereotipe laki-laki rambut gondrong selalu identik dengan seniman? Padahal saya tidak merasa nyeni sama sekali.

Ah iya! Karena hanya seni yang benar-benar hidup di alam kebebasan. Kegondrongan ini membawa saya ke dalam sensasi baru. Sensasi kebebasan dan kesan nyeni abis. Obsesi masa kecil saya yang berhasil saya raih “hanya” dengan memanjangkan rambut. Wuss~

Hal lain yang membuat saya bertahan adalah makin banyak orang gondrong yang masuk televisi baik sinetron, film, manggung ngeband macam Slank atau bahkan diberi ruang untuk menyampaikan pendapat di acara-acara talkshow spaneng sekelas ILC kayak Sudjiwo Tejo.

Artinya, pria gondrong dianggap sanggup mempertahankan rating pantas tampil di hadapan publik sebagai figur seperti orang kebanyakan.

Meskipun dengan pra syarat tertentu. Lagi-lagi karena mereka rata-rata seniman. Dan satu lagi, mereka good looking. Dan saya tidak.

Sebagai pria gondrong, tentu saya menolak lupa bahwa betapa menjadi “sekadar” gondrong di zaman pra reformasi ke belakang adalah sebuah pilihan yang teramat berat. Saking beratnya sampai disamakan statusnya dengan perbuatan makar terhadap negara.

Beberapa universitas zaman dulu bahkan dengan tegas menolak menerima mahasiswa berambut gondrong. Banyak seniman yang akhirnya harus mendekam di penjara lantaran dianggap melawan negara dan berambut gondrong. See?

Maka saat ini, di tengah situasi saling tuding masing-masing kubu pendukung capres bahwa kalau junjungan lawan jadi presiden, maka dia akan mengembalikan Indonesia ke zaman “hantu” Orba, maka saya berharap suatu saat akan muncul calon presiden yang berambut gondrong.

Tidak ada alasan untuk melawan harapan saya. Karena tidak ada undang-undang, norma agama, bahkan analisis fesyen stailis terhadap pria berambut gondrong. Apalagi “hanya” untuk menjadi Presiden.

Lho. Katanya pada nggak mau balik ke zaman Orba? Katanya pejuang HAM? Hak asasi untuk merdeka berambut gondrong saja kok dikebiri. Lha njuk gimana?

Ya kalau nggak Presiden, bisa kita mulai dari menunjuk Menteri laki-laki yang tentunya berkapasitas di bidangnya dan punya rambut gondrong.

Tapi saya nggak bisa ikut mbela dan ndukung, lho. Pasalnya bulan depan saya potong rambut tepat di hari ulang tahun Ibu. Kan saya udah bilang, saya ogah kehilangan syurga di bawah telapak kakinya. Sebelum beliau mimpi saya cukur untuk ketiga kalinya? Mending rambut ini saya jadiin kado.

Satu lagi, saya kapok diusir dari kelas. Memasuki detik akhir masa perkuliahan, saya ingin segera lulus. Setelah lulus saya mau nikahin perempuan yang menerima kegondrongan saya sebelum saya gondrong kembali cukur rambut bulan depan. Dan sebelum dia baca artikel Mbak Aprilia Kumala. Hiyahiya~

Terakhir diperbarui pada 30 Januari 2019 oleh

Tags: Bahar bin SmithGajah Madapresidenrambut gondrongwiji thukul
Farhan Aji Dharma

Farhan Aji Dharma

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Artikel Terkait

MUHAMMAD YAMIN: GADJAH MADA DARI SAWAHLUNTO
Movi

Muhammad Yamin: Gadjah Mada Dari Sawahlunto

4 November 2022
polisi tembakkan gas airmata kedaluwarsa tragedi kanjuruhan yang mewaskan aremania ada indikasi pelanggaran ham mojok.co
Olah Raga

9 Poin Tuntutan Aremania untuk Jokowi dan Pihak Terkait Tragedi Kanjuruhan

6 Oktober 2022
Capres 2024: Palagan Calon Presiden “Balung Gajah”
Podium

Capres 2024: Palagan Calon Presiden “Balung Gajah”

23 Agustus 2022
Mitos Rupiah: Gambar Wayang Negara bakal Geger, Gambar Presiden Dia bakal Lengser
Esai

Mitos Rupiah: Gambar Wayang Negara bakal Geger, Gambar Presiden Dia bakal Lengser

6 November 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Sebaiknya BTP Tidak Bikin Masalah dengan Kaum Perempuan

Sebaiknya BTP Tidak Bikin Masalah dengan Kaum Perempuan

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Presiden rambut gondrong MOJOK.CO

Diskriminasi Pria Rambut Gondrong dan Harapan Punya Presiden yang Gondrong Juga

30 Januari 2019
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
bisnis raffi ahmad mojok.co

Nama-nama Penting di Balik Gurita Bisnis Raffi Ahmad

30 Januari 2023
Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja MOJOK.CO

Mencoba Lawson yang Baru Buka: Oden Enak yang Harganya Nggak Enak Buat UMR Jogja

29 Januari 2023
warung madura mojok.co

Tiga Barang Paling Laris di Warung Madura Menurut Penjualnya

27 Januari 2023

Terbaru

kepala otorita ikn mojok.co

Gaji Kepala Otorita IKN Bisa Sampai Ratusan Juta, Ini Rinciannya

3 Februari 2023
penculikan anak mojok.co

Pakar Sebut Teror Politik, Sultan Minta Isu Penculikan Anak Tak Dibesar-besarkan

3 Februari 2023
pesantren waria

Mengenang Sosok Shinta Ratri, Satu-satunya Pemimpin Pesantren Transpuan di Dunia

3 Februari 2023
Lahan Sengketa di Tanah Istimewa

Lahan Sengketa di Tanah Istimewa

3 Februari 2023
Erick Thohir Diasuh Glory Hunter Pange dan Tsamara Amany MOJOK.CO

Mempertanyakan Mesin B.E.D.A Erick Thohir Asuhan Pange dan Tsamara Amany yang Nggak Ada Bedanya

3 Februari 2023
kader PSI

Dara Nasution, Mantan Kader PSI Berlabuh ke Golkar?

2 Februari 2023
Aura Mencekam di Air Terjun Sakral MOJOK.CO

Aura Mencekam di Air Terjun: Seri Horor di Rumah Simbah (Bagian 3)

2 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Podium
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In