Diagnosis Saya Sebagai Mahasiswa Kedokteran Tentang Penyakit yang Diderita Pejabat Wakanda

Diagnosis Saya Sebagai Mahasiswa Kedokteran Tentang Penyakit yang Diderita Pejabat Wakanda

Diagnosis Saya Sebagai Mahasiswa Kedokteran Tentang Penyakit yang Diderita Pejabat Wakanda

MOJOK.COSetelah melakukan diagnosis akhir, syaraf kemanusiaan pejabat di negeri saya, Wakanda, sudah benar-benar hancur. Bukan lagi putus. Tolong jangan ditiru, ya.

Saya sebetulnya sudah lama menduga-duga diagnosis para pejabat Wakanda di hari-hari covid ini. Bukannya sok pintar, saya perlu waktu yang cukup banyak untuk bisa menyusun diagnosis yang mendekati tepat. Cukup sulit jika mendiagnosis hanya dengan mengamati gerak-gerik mereka di sosial media dan berita-berita daring.

Bukannya apa, saya tidak bisa wawancara sekaligus melakukan pemeriksaan fisik. Lha mengaku salah ketika menangani pandemi saja tidak, apalagi mengaku sakit. Walau begitu, saya berharap daftar penyakit yang saya tulis di bawah ini tidak benar-benar terjadi. Sangat memalukan bagi kita sendiri kalau ternyata orang yang kita beri mandat dulu itu menderita penyakit tertentu.

Dan inilah daftar penyakit yang saya duga diderita para pejabat Wakanda:

Retinopati

Retinopati adalah kondisi retina yang rusak akibat penyakit menahun. Para penderitanya mengalami kemunduran penglihatan. Biasanya terjadi pada orang dengan diabetes atau hipertensi yang tidak terkontrol. Walaupun saya tidak yakin para pejabat menderita hipertensi atau diabetes, namun saya merasa mereka betul kehilangan pandangannya.

Begini, para pejabat Wakanda ini seakan-akan tidak melihat kalau rakyat sedang mengantre di depan UGD rumah sakit berjam-jam. Sebagian dari mereka hatinya remuk mendengar jawaban UGD penuh dan rumah sakit tidak bisa menerima pasien lagi. Beberapa dari mereka yang beruntung harus rela dirawat di pelataran UGD. Beberapa harus meninggal sebelum mendapat pertolongan yang memadai.

Belum lagi kasus-kasus pasien isoman yang meninggal di shelter atau rumah. Apakah para pejabat itu tidak melihat banyak curahan hati rakyat di media sosial? Apakah mereka tidak melihat dengan mata kepala mereka sendiri kalau hal ini begitu nyata di banyak rumah sakit besar?

Berdasarkan diagnosis saya, mata para pejabat ini memang sakit. Mereka menutup mata terhadap kenyataan. Bahkan di awal pandemi sempat meremehkan. Mereka tidak mau hidup enak sebagai pejabat diganggu oleh tanggung jawab yang ada “di depan mata mereka”.

Afasia sensorik 

Afasia sensorik menyebabkan penderitanya sulit untuk mengerti bahasa dan tulisan meski mampu mendengar suara atau membaca. Jadi, penderita mampu mendengar suara, misalnya suatu perkataan, tapi sulit memahaminya. Jawaban yang penderita berikan mirip seperti racauan.

Kondisi seperti ini kerap terjadi pada pasien dengan penyakit stroke. Penyebabnya adalah penyumbatan di area tertentu atau pecahnya pembuluh darah.

Nah, setelah saya selesai melakukan diagnosis, pejabat Wakanda kayaknya menderita “afasia sensorik”. Bukan karena penyumbatan pembuluh darah, tapi memang nggak punya hati saja. Ngomongnya jadi ngawur dan tidak pada tempatnya. Mereka meracau saja di media sosial.

Mulai dari minta rumah sakit khusus pejabat, sampai secara random ngetwit enaknya PPKM bikin pejabat bisa nonton sinetron Ikutan Cinta. Di Wakanda, sinetron ini berkisah tentang percintaan antara prajurit perempuan Dora Milaje dan peternak badak sekaligus penjaga perbatasan.

Orang tua prajurit perempuan ini memberi syarat jika si pemuda peternak badak ingin meminang. Syaratnya adalah membuat 1000 candi hanya dalam 1 malam. Sayangnya, usaha membangun 1000 candi itu gagal karena singa hitam keburu mengaum sebelum fajar menyingsing. Kasihan.

Kembali ke diagnosis saya terhadap penyakit pejabat Wakanda. Saya itu sedih kok pejabat bisa nggak tahu diri dan nggak tahu situasi. Rakyat sedang menderita karena nggak bisa kerja, banyak yang meninggal tanpa sempat dirawat, bisa-bisanya ngetwit soal sinetron. Syarafnya memang sudah kena.

Tuli Sensorineural 

Tuli sensorineural adalah kondisi telinga tidak bisa mendengar dengan semestinya akibat kerusakan saraf pendengaran atau terganggunya area otak yang bertugas menerima rangsang pendengaran. Hal ini bisa terjadi pada orang tua, mereka yang terlalu sering mendengar suara keras, atau pada pasien stroke.

Di masyarakat Jawa, di sebuah negara gemah ripah loh jinawi dan pejabatnya pilih tanding sayang rakyat, kondisi penurunan pendengaran ini biasa disebut sudo rungon.

Nah, setelah melakukan diagnosis, saya curiga sudo rungon ini betul-betul menerpa pejabat Wakanda. Pasalnya, apakah mereka tidak mendengar kalau ambulan dengan bunyi “wiu-wiunya yang nyaring” itu sedang menyusur jalanan mengantar jenazah, menjemput orang sakit, atau sedang mengantar pasien ke rumah sakit terdekat.

Mbok ya telinganya dipakai begitu, jangan cuma duduk di kantor saja. Coba sana turun ke jalan, dengar ambulan yang sedang lewat. Lebih-lebih kalau ada kesempatan pergi ke kampung-kampung, coba berdiam beberapa jam dan dengarkan alunan innalillahi wa innailaihi rojiun yang akhir-akhir ini akrab menggema mengabarkan para keluarga yang kehilangan salah satu anggotanya.

Gangguan waham menetap

Dari semua kemungkinan diagnosis di atas, ini yang paling gawat. Pasalnya orang dengan gangguan psikiatri ini percaya terhadap sesuatu hal yang tidak bisa patah meski dilawan dengan argumen paling masuk akal. Singkatnya, delusional dan bebal.

Hal yang membuat saya yakin para pejabat Wakanda menderita gangguan waham menetap adalah begitu teguhnya mereka menganggap pandemi di negeri ini begitu terkendali. Cocok dengan syarat diagnosis minimal 3 bulan, mereka menganggap enteng pandemi lebih dari 1 tahun lamanya.

Sampai Wakanda ditetapkan sebagai negara dengan kondisi pandemi paling buruk, mereka tetap teguh kondisi masih terkendali. Waduh, syarafnya benar-benar sudah kena.

Sampai sekarang, sang pemimpin tidak pernah menguacap maaf. Ada sih pejabat yang meminta maaf, tapi konteksnya bukan minta maaf perihal buruknya penanganan pandemi secara keseluruhan, cuma tentang salah satu kebijakan yang akhir-akhir ini dibuat. Ah tapi meminta maaf saja nggak berefek kalau kebijakan ganjil mereka tidak diubah. Kadang ada saja pejabat yang lupa diri dengan selalu menyalahkan rakyat.

Penyakit ini dampaknya gawat banget. Ketika kebijakan yang mempertaruhkan nyawa rakyat tidak diubah, negeri Wakanda tidak akan pernah lepas dari pandemi.

Salah satu contohnya adalah dengan terus bermain istilah. Mulai dari pembatasan berskala besar, sampai pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. Intinya, pemerintah Wakanda nggak mau menerapkan lockdown karena wajib memberi makan warga dan hewan ternak. Pemuda peternak badak di perbatasan paling kencang bersuara karena badaknya sudah kekurangan pakan.

Selain itu, pemerintah Wakanda masih saja mengerahkan buzzerdollar untuk mengalihkan kemarahan rakyat. Ada buzzer goblok yang katanya orang terdidik membandingkan angka kematian Wakanda dan UK. Itu bukan sekadar angka, tapi nyawa! Mau bilang apa dia kalau istri dan anaknya meregang nyawa ketika nggak ditangani rumah sakit setempat. Ketika mereka tidak mendapatkan ramuan terbaik untuk mengusir covid dari paru-paru.

Oya, ada juru bicara penguasa yang sempat mengunggah fotonya di Twitter dengan menyertakan kalimat: “Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan.” Brengsek betul. Coba hidupnya dipertaruhkan dengan ikut perjuangan nakes di garis depan. Bakal mengkeret pelernya!

Berdasarkan diagnosis akhir saya: wah, syaraf kemanusiaan pejabat Wakanda nggak lagi kena, tapi sudah hancur. Tinggal menunggu meregang nyawa saja.

Saya berdoa untuk kebaikan dunia. Saya berdoa supaya tidak ada negara yang meniru kerja pejabat Wakanda. Terutama Indonesia di timur jauh sana…

… yang katanya negaranya sangat indah dan orangnya ramah-ramah, pun pejabatnya sangat sayang rakyat, tidak mengkorup bansos, tidak meremehkan pandemi sejak awal, vaksinasi sampai 2 juta per hari, pejabatnya mundur ketika gagal bekerja, dan kini sudah terbebas dari pandemi.

Jangan tiru pejabat-pejabat brengsek di negara saya, ya.

BACA JUGA Sulitnya Kita Mengimani Omongan Pejabat dan artikel menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version