Bendungan Bodri Akan Menenggelamkan Beberapa Bagian dari 4 Desa di Kendal dan Temanggung. Sialnya, Tidak Banyak Warga yang Tahu Megaproyek 1,7 Triliun Ini

Demi Bendungan Bodri, Desa di Temanggung Bakal Tenggelam MOJOK.CO

Ilustrasi Demi Bendungan Bodri, Desa di Temanggung Bakal Tenggelam. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.CO – Ada desa di Temanggung dan Kendal yang terancam tenggelam karena pembangunan Bendungan Bodri. Gimana nasib mereka kelak?

Bayangkan kamu tinggal di desa yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, peternak, dan pengusaha kecil-kecilan. Di situ, suasananya nyaman, sejuk, dan jauh dari keramaian. 

Desa tersebut mempunyai pemandangan indah. Pohon-pohon dan perbukitan mengelilinya. Aktivitas warga, selain bekerja adalah mengaji di surau, adalah olahraga sore, yasinan, dan kadang berkeluh kesah di tongkrongan. 

Namun, semua akan berubah karena tiba-tiba negara hadir untuk mengusir dan mengganggu kedamaian desa tersebut. Nah, itulah gambaran yang akan terjadi kepada Desa Kaliputih dan Banyuringin di Kabupaten Kendal. 

Selain 2 desa tersebut, ada juga Desa Duren dan Ngaliyan yang ada di Bejen, Kabupaten Temanggung. Keempat desa itu akan tenggelam karena Proyek Strategis Nasional berupa Bendungan Bodri.

Desa di Temanggung terancam tenggelam

Sebagai masyarakat asli Temanggung, tentu saya sangat kaget. Berita berjudul “4 Desa di Kendal-Temanggung Bakal Tenggelam di Tahun 2025, Ternyata Ini Penyebabnya” mengganggu saya.

Saya begitu marah setelah membaca berita itu. Saya merasa kalau ternyata pemerintah begitu kejam kepada masyarakat di pelosok Temanggung dan Kendal dengan menjadikan mereka sebagai korban proyek bendungan.

Kemudian saya juga membaca komentar netizen di berita itu. Beberapa orang bertanya-tanya. Beberapa orang lainnya sepakat selama itu memiliki dampak positif yang lebih besar. Yang lainnya mengatakan kalau yang terdampak hanyalah sawah saja.

Hmmm. Yang awalnya naik pitam, saya malah dilema. Apakah saya harus menghardik pemerintah atau justru berterima kasih. Untuk menjawab rasa penasaran, di akhir pekan kemarin, saya menyempatkan diri melihat dan bertanya langsung ke wilayah-wilayah desa yang kabarnya terdampak oleh Bendungan Bodri. Persisnya di Kecamatan Bejen (Temanggung) dan Kecamatan Singaraja (Kendal).

Sedikit informasi penting kalau wacana pembangunan Bendungan Bodri ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu, bahkan sebelum 2021. Melansir website KPBU Indonesia, pemerintah membangun proyek ini dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang menelan anggaran Rp1.71 triliun. Target kapasitas 41,8 juta meter kubik diharapkan dapat menampung air baku 2,26 meter kubik per detik.

Berangkat dari Jogja menuju Bejen bersama hujan deras dan jalan terjal

Saya berangkat dari Jogja ke Bejen Temanggung siang hari. Kira-kira 109 kilometer jarak yang saya tempuh. 

Saya harus menahan kangen untuk tidak pulang ke rumah dulu karena jarak rumah dengan wilayah Bendungan Bodri nyaris 60 kilometer. Lebih dari 2,5 jam waktu yang saya tempuh menggunakan motor Vario 125cc.

Walaupun hujan deras, perjalanan dari Jogja menuju Kedu Temanggung relatif aman. Hingga masuk perbatasan Parakan dan Ngadirejo, sampai Bejen, jalanannya banyak yang berkelok. Belum lagi tidak sedikit jalanan yang membuat saya punya alasan untuk menggerutu karena banyaknya ranjau darat (baca: jalanan jelek dan berlubang).

Ketika sudah masuk ke wilayah yang dekat dengan lokasi pembuatan Bendungan Bodri, ternyata saya tidak bisa melihat secara langsung. Sepeda motor tidak bisa menembus darah ini.

Saya lantas bertanya ke salah satu warga penjual angkringan di dekat Bendungan Bodri Temanggung. Katanya, proyek Bendungan Bodri belum dimulai. Tapi, mereka juga tidak tahu apakah proyek itu akan berjalan atau tidak. 

Jawaban itu memang kurang memuaskan. Tapi saya pikir lantaran mereka bukan warga asli sekitaran target bendungan itu. Jadi mungkin kurang update informasi. 

Penasaran masih terus menyelimuti. Saya meneruskan perjalanan menuju ke Desa Ngaliyan Temanggung. Untuk sampai ke desa itu, saya harus melewati beberapa dusun. Antara lain Desa Tempuran, Desa Banyuringin, Dusun Pendem, dan Desa Kaliputih yang wilayahnya masuk ke kabupaten Kendal. Kedua dusun itu informasinya akan terdampak Bendungan Bodri. 

Baca halaman selanjutnya: Tenggelam demi megaproyek.

Banyak warga Temanggung dan Kendal yang bertanya-tanya tentang kejelasan nasib mereka

Sesampainya di Desa Tempuran Temanggung, saya bertanya ke beberapa warga asli. Ternyata jawabannya tidak jauh saat saya tanya dengan beberapa warga di angkringan sebelumnya itu. 

Bahwa Bendungan Bodri itu belum ada kejelasan tentang nasib warganya. Katanya warga mau direlokasi dan mendapat ganti rugi. Namun, nominalnya masih simpang-siur. 

Jadi, saya malah tidak bisa memastikan apakah Bendungan Bodri itu akan jadi dan rumah warga banyak tergusur. Hal itu juga terkonfirmasi oleh salah seorang warga Dusun Pendem yang bilang seluruh rumah warga di situ akan direlokasi. Tapi dirinya tidak tahu ke mana akan pindah.

Padahal, di Dusun Pendem, katanya ada 60 lebih kepala keluarga. Saat berada di Desa Ngaliyan Temanggung, jawabannya sama. Intinya, dari sekian banyak warga di masing-masing desa, tidak tahu akan nasibnya itu. 

Malahan mereka bertanya ke saya terkait kejelasan Bendungan Bodri. Lha saya malah ngga tahu juga lha wong niatnya itu mau memastikan soal Bendungan Bodri. 

Pun dari hasil obrolan saya dengan sebagian warga itu terjawab sudah bahwa proyek Bendungan Bodri kalau dibangun tidak hanya memakan wilayah persawahan saja, tapi juga pemukiman warga. Itu baru beberapa dusun di masing-masing desa saja. Belum lagi dampak di dusun-dusun sekitarnya. 

Warga sekitar, kok, malah nggak tahu

Saya malah penasaran kenapa warga sekitar tidak tahu secara jelas akan nasib mereka. Harusnya, kan, pemerintah melakukan sosialisasi secara berkala dan menyeluruh tentang kejelasan bendungan dan nasib warganya.

Apakah pemerintah nanti ganti-untung, saya tidak tahu dan tidak yakin. Pemerintah (mungkin) bisa mengganti kerugian warga dalam bentuk materi. Namun, ada hal-hal lain yang tidak bisa terbeli oleh uang. 

Membicarakan penggusuran itu bukan hanya soal kerugian materi saja. Ini juga soal keterikatan warganya dengan tempat tinggal itu. Apalagi, desa-desa di Temanggung dan Kendal sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.

Yang lebih penting untuk warga Temanggung dan Kendal

Daripada membangun Bendungan Bodri yang menelan anggaran besar dan bisa merugikan warga itu, jauh lebih penting untuk memperbaiki dan pengadaan sarana-prasarana. Misalnya dengan memperbaiki jalan yang sudah jelek di Bejen dan Singaraja. 

Perbaiki juga lampu penerangan di Temanggung dan Kendal. Saya merasakan sendiri nyaris tidak ada lampu penerangan di jalan menuju desa-desa itu. 

Satu lagi, perkuat sinyal di wilayah itu. Saya pakai provider yang biasanya sinyalnya bagus, tapi di situ nyaris tidak ada sinyal. Nah, sekali lagi, semua itu lebih penting dan warga membutuhkannya.

Apalagi saat saya coba kaji ulang, ternyata bendungan tidak selamanya berdampak positif. Banyak juga dampak negatifnya. 

Misalnya, memperlambat sungai, mengubah habitat makhluk hidup, dan menurunnya kualitas air. Jadi, apakah dari sini pemerintah masih mau bersikukuh untuk membangun bendungan di Temanggung dan Kendal? Mengingat urgensinya juga belum tahu apa.

Penulis: Khoirul Atfifudin

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kabupaten Temanggung Tampak Begitu Nyaman, namun Menyimpan Banyak Persoalan dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version