Bom Surabaya Adalah Buah Kontestasi JI dan JAD

MOJOK.COAkhir antiklimaks penyanderaan di rutan Mako Brimob menimbulkan kekecewaan anggota JAD pada pemimpin mereka, Aman Abdurrahman, dan membuat JAD menjadi bulan-bulanan organisasi jihad lain, JI. Bom Surabaya adalah pembuktian harga diri.

Apakah bom Surabaya merupakan reaksi dari penyanderaan di rutan Mako Brimob?

Jawabannya: Iya. Ini diungkapkan sendiri oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Namun, laiknya pejabat, jawabannya singkat, kurang menjelaskan, dan berkesan normatif. ’’Iya, ada kaitannya. Mereka maunya main panas saja,’’ kata Kapolri saat memberikan konferensi pers di Markas Polda Jatim.

Karena konferensi persnya berisi hal jauh lebih menarik (pastilah, soalnya twist bom Surabaya bakal sulit ditandingi oleh aksi teror mana pun di dunia, yakni dilakukan oleh satu keluarga penuh. Ayah, ibu, dua anak pria 18 dan 16 tahun, lalu dua anak perempuan 12 dan 8 tahun), awak pers pun enggan mengejar pernyataan itu.

Padahal, ini merupakan latar belakang penting. Memang kerusuhan di rutan mako brimob itu bukan pemicu utama kenapa seluruh sel Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia serentak bergerak. Tetapi, menjadi pemicu utama kapan tanzhim (organisasi) yang berafiliasi ke ISIS itu bergerak. Kerusuhan itu seolah menjadi peluit penanda bagi seluruh sel untuk bergerak.

Sebelumnya, mereka memang sudah melakukan persiapan. Fatwa yang diterima pada Desember 2016 dari Abu Bakar Al-Baghdadi yang menghendaki semua sel ISIS di seluruh dunia melakukan amaliah (baca: aksi terorisme) belum dicabut. Di Indonesia, mereka sebenarnya sudah berupaya bergerak. Tapi, upaya pada 2016-2017 berhasil digagalkan polisi. Nah, pada 2018 ini mereka sudah siap. Tapi, pertanyaannya kapan?

Kerusuhan di rutan Mako Brimob itulah jawabannya.

Menyandera selama hampir dua hari penuh, menguasai persenjataan, membunuh 5 polisi secara brutal, melukai beberapa di antaranya, penyanderaan itu berakhir antiklimaks. Sebanyak 155 napi teroris menyerah untuk dibawa ke Nusakambangan. Sementara 10 yang bertahan tak bisa melawan lama. Sekejap mereka dilumpuhkan.

Yang menyakitkan adalah tudingan dan meme-meme yang beredar. Yang paling telak memukul adalah tudingan “Menyerahkan harga diri gara-gara makanan”. Atau ini yang lebih menusuk lagi: “Berani mati, tapi takut lapar.”

***

Seperti halnya komunitas lainnya, dunia ikhwan jihadi adalah dunia yang sangat dinamis. Terutama setelah muncul dua aliran besar kelompok jihadis, yakni Jemaah Islamiyah (JI) yang secara tradisional berafiliasi ke Al-Qaeda dan JAD yang berafiliasi ke ISIS. JI dan JAD sangat sengit bertarung. Meski jarang sampai ke tingkat fisik, namun perdebatan di dunia grup WhatsApp atau di majelis-majelis taklim sangat brutal.

Saya pernah diceritakan langsung sambil ditunjukkan bagaimana perdebatan dalam sebuah grup WA ikhwan jihadi. Jika saya join, pasti saya akan memilih diam terus. Bukan apa-apa, keliru ngomong, urusan bisa gawat. Ini kumpulan orang-orang yang punya kompetensi dan kemauan tempur tinggi, Bos.

Nah, kerusuhan rutan Mako Brimob ini mengambil peran.

Akhir antiklimaks di Mako Brimob tentu saja membuat reputasi JAD dipermalukan. Simak saja keluhan Irman, salah seorang napi teroris yang terlibat dalam kerusuhan Mako Brimob itu.

“Gw jadi diledek: belum perang udah nyerah semua, gmn itu bro…tikus basah juga ISIS (emoticon tertawa)..”

Sebutan tikus basah adalah hal yang sangat hina dalam dunia mereka. Melambangkan sosok yang lemah. (Saya kutipkan satu chat saja, sebab chat lainnya bisa membuat Densus 88 mendatangi saya dan Mojok karena mengumbar materi yang memanaskan suasana.)

Seorang ikhwan jihadi ISIS bernama Abu Fatih Jaulani (nama aslinya saya tidak tahu. Sebab, biasa bagi ikhwan jihadi untuk mempunyai lima sampai enam nama alias) menyesalkan akhir dari drama penyanderaan itu. Singkatnya, “Surga sudah di depan mata, tapi kok malah menyerahkan diri.”

Apalagi Majelis Indonesia Timur (MIT) dan ISIS pusat selalu memberikan lampu merah untuk mundur. Dia memberikan ucapan selamat secara sarkas kepada 155 napi itu. Sebab, berani ambil keputusan, walau keputusan kemarin berbeda dengan pusat komando.

’’Ini guwe catat dan g bakal diblupain dalam sejarah dunia persilatan”, tulisnya. (Sengaja typo-nya juga saya kutip untuk otensitas kutipan.)

Ikhwan yang lain juga menyerang Aman Abdurrahman, amir (pemimpin) JAD dan orang di Indonesia yang pertama kali berbaiat ke ISIS. Alasannya, Aman terlibat dalam negosiasi tersebut. Menurutnya, Aman tak punya kemampuan meng-handle hal-hal seperti ini dan malah menyuruh menyerah. ’’Seolah-olah, dah lu nyerah, temani gua di NK (Nusakambangan).’’

Meski dihormati atas fatwa-fatwanya, banyak ikhwan jihadi yang melihat Aman Abdurrahman sebagai sosok tak konsisten. Kerap plin-plan dalam satu permasalahan dan dianggap nol untuk mengelola situasi tempur.

Maka, bisa dibayangkan betepa terhinanya perasaan ikhwan JAD di luar ketika melihat perkembangan kerusuhan rutan Mako Brimob menjadi antiklimaks. Mereka semua ikut diejek-ejek.

***

Dengan nada pembicaraan seperti itu, sangat dipahami jika akhirnya semua sel JAD bergerak. Di Jakarta, plot untuk membunuh polisi Brimob oleh 2 orang akhwat digagalkan. Di Bekasi, juga bisa digagalkan, meski memakan nyawa 1 personel Brimob. Di Cianjur, polisi berhasil mendeteksi gerakan sel JAD dan menewaskan 4 orang di antaranya.

Di Jawa Timur, Densus 88 gagal mendeteksi gerakan 4 keluarga yang menjadi inti sel JAD Surabaya. Maka, selanjutnya, tiga gereja, satu ruangan di satu rusun, dan markas Polrestabes Surabaya diserang. Delapan belas warga sipil meninggal dunia dan 14 teroris tewas. Ini menjadi serangan teror terburuk di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Ini menjadi serangan teror pertama yang dilakukan oleh satu keluarga, lengkap dengan anak-anak kecil mereka.

Dan semua terjadi karena harga diri yang terluka….

 

Baca juga artikel terkait TEROR BOM SURABAYA atau ulasan menarik Kardono Setyorakhmadi lainnya.

Exit mobile version