MOJOK.CO – Alih-alih direspons positif, peresmian tugu peti mati oleh Gubernur Anies Baswedan dikecam banyak orang. Hm, pada nggak tahu manfaatnya.
Solusi kadang bisa lahir dari hal-hal tak masuk akal, nyeleneh, dan unik. Sesuatu yang brilian bisa lahir dari hal yang dianggap sepele.
Hal inilah yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dengan membangun tugu peti mati sebagai bagian monumen pengingat agar bisa mencegah bertambahnya kasus Covid-19.
Negara mana coba yang pejabatnya mikir bikin tugu peti mati sebagai upaya pencegahan penyebaran virus kecuali di Indonesia? Sungguh, ide tugu peti mati ini merupakan terobosan revolusioner nan ciamik.
Berkolaborasi dengan masyarakat dan Pemkot, Pemprov DKI yang dibawahi langsung Anies Baswedan pada Selasa tanggal 1 September 2020 meresmikan Tugu Peringatan Covid-19 di RW 14, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
“Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada warga RW 14 Sunter Jaya Kecamatan Tanjung Priok yang turut berkolaborasi menghadirkan sebuah tugu peringatan, untuk mengingatkan kita semua tentang risiko Covid-19,” kata Anies.
Alih-alih direspons positif, tugu peti mati itu dikecam banyak orang. Ada yang mengatakan bahwa tugu peti mati nggak ada faedahnya. Ada yang mengatakan daripada bikin tugu peti mati, mending dananya disalurkan ke hal yang lebih bermanfaat terkait penanganan corona.
Dibanding respons positif, respons negatif tampaknya lebih banyak dilontarkan terkait pembangunan tugu peti mati ini.
Tugu peti mati ala Anies Baswedan kesannya memang terlihat sepele dan cuma jadi ajang seremonial doang, tapi harus kamu tahu, di balik itu, terdapat pesan-pesan nan brilian yang tidak disadari semua orang.
Nggak percaya?
Hal paling mendasar yang tak kita sadari dari berdirinya tugu peti mati ala Anies Baswedan adalah bagaimana pekanya blio melihat apa yang terjadi di masyarakat. Alih-alih mengedukasi dengan hal yang mainstream atau ruwet, Pak Anies beserta jajarannya memilih cara yang bisa dibilang manusiawi banget.
Gimana nggak manusiawi? Ketimbang capek-capek masang baliho atau tata cara pencegahan yang ruwet, Pak Anies Baswedan lebih suka yang to the point. Langsung ngasih gambaran soal kematian. Nggak bertele-tele dan langsung sesuai tujuan.
Manusia itu kan nggak ada yang abadi, Gaes. Pasti mati. Maka dari itu, simbol tugu peti mati ala Anies Baswedan ini semacam tamparan buat kita semua bahwa manusia itu ujungnya pasti mati. Apalagi di tengah pandemi seperti ini, risiko kematian seolah selalu datang mengintai kita setiap waktu.
Pesan yang coba dibikin sederhana sama Anies beserta jajarannya ini adalah sebuah terobosan yang memang nggak bisa dimengerti orang-orang awam. Hanya orang-orang yang punya pikiran jenius saja yang mampu memahami pentingnya pembangunan tugu peti mati ini.
Ditambah lagi, simbolisasi tugu peti mati itu sudah benar-benar diambil dari sari pati budaya Indonesia itu sendiri. Bayangkan! Dari sari patinya, Gaes.
Jika melihat simbol tugu peti mati yang menurut Anies Baswedan adalah sebagai pengingat kepada kita semua soal betapa ganasnya virus corona yang bisa menyebabkan kematian, pesan tersebut sebenarnya sudah sering kita dapati di jalanan.
Terutama ketika kita melihat tugu motor yang rusak atau ada tugu mobil bekas tabrakan. Tugu yang dibangun itu tujuannya sama saja, guna mengingatkan kepada orang di sekitar tugu tersebut bahwa tetap waspada dan hati-hati.
Faktanya? Setiap hari ada saja yang tabrakan dan kecelakaan.
Diilhami oleh kebiasaan kita yang suka bikin simbol-simbol kewaspadaan terus di-bodoamat-in kemudian. Luar biasa. Wabiyasa.
Nah, berkaca dari suksesnya tugu instalasi seni bambu getah-getih di Bundaran HI kemarin, apa yang dilakukan Anies Baswedan membangun simbol baru lewat tugu peti mati ini memang harus diapresiasi.
Soalnya, dari situ terlihat bahwa kreativitas Pak Anies sebagai pemimpin benar-benar terlihat dengan daya imajinasi di atas rata-rata. Warga DKI Jakarta harusnya bangga, bukannya malah ngomel-ngomel punya gubernur macam Pak Anies Baswedan.
Setelah sebelumnya tercetus ide untuk ngasih masker patung Jenderal Sudirman yang sama kerennya, pembangunan tugu peti mati ini semacam klimaks dari langkah-langkan penting Pemprov DKI mengatasi pandemi corona.
Kalaupun akhirnya sejauh ini DKI Jakarta tercatat masih mencatat penambahan 1.000 kasus positif corona per hari, ya kan tugu pengingat kematiannya baru dibangun kemarin. Efeknya nggak bisa instan dong. Kamu pikir ini bikin Indomie apa?
Lagian, pembangunan tugu peti mati memang tidak bisa dilihat dengan pikiran biasa. Proyek ini harus diresapi dengan mata batin serta jauh dari prasangka buruk agar dapat dipahami indahnya pesan-pesan Pemprov DKI Jakarta.
Selain itu, tugu peti mati ala Anies Baswedan ini bisa dikembangkan dengan lebih inovatif. Tugu peti mati tersebut bisa jadi titik awal untuk tugu-tugu peti mati versi baru lainnya. Karena tidak hanya peti mati saja yang bisa dijadikan simbol. Bisa saja berikutnya ada tugu keranda mati beserta pocong-pocongnya.
Memang mantap!
Lebih mantap lagi jika tugu peti mati dibikin instagramable dengan pernak-pernik unik. Bukan tidak mungkin setelah pandemi, tugu-tugu itu jadi tempat wisata yang menguntungkan warga sekitar. Ekonomi meningkat dan masyarakat dapat tempat destinasi wisata baru.
Oleh sebab itu, slogan Pak Anies Baswedan sebagai gubernur barangkali perlu direvisi dikit ke depannya: maju kotanya, bahagia warganya, peti mati tugunya.
BACA JUGA 5 Alasan Gubernur DKI Jakarta Adalah Seorang Intelektual Visioner atau tulisan Muhammad Farid Hermawan lainnya.