MOJOK.CO – Isu Jokowi mau lanjut tiga periode itu bikin emosi. Tapi nggak apa-apa, saya punya calon presiden lebih baik: Otong Koil. Saya bisa jelaskan.
Males bener mengikuti isu-isu politik belakangan ini sebenarnya. Bukan, bukannya apatis atau tak patriotis, langkah itu saya pilih demi membuat akal tetap jernih saja.
Namun, walau sudah berupaya sekuat tenaga menjauhkan segala kabar laknat soal politik dari jangkauan, acapkali saya gagal juga. Selalu saja ada kabar mengesalkan soal negeri ini yang nyempil dan ujung-ujungnya saya terjerumus juga.
Yang terbaru, muncul wacana untuk memperpanjang masa berlaku seorang presiden dari dua menjadi tiga periode. Terutama ketika muncul kabar soal deklarasi persatuan para pendukung RI 1 dan Menhan, Sabtu (19/6/2021) kemarin.
Belum lagi, Majalah Tempo edisi Senin (21/6/2021) merilis laporan yang menyatakan bahwa upaya memperpanjang masa berlaku presiden itu memang benar adanya.
Oke, wacana ini sudah dibantah oleh partai pengusung RI 1. Namun, kita semua tahu bahwa dalam politik tak ada yang abadi. Kalau RI 1 dan Menhan saja bisa bersatu setelah berseteru di dua pilpres sekaligus, jelas tidak ada yang mustahil dalam perpolitikan negeri ini.
Esuk dele sore tempe itu sudah barang jamak nan lumrah.
Wacana memperpanjang masa berlaku presiden dari dua menjadi tiga periode itu—bagi saya—adalah sebuah pengkhianatan terhadap amanat reformasi. Selain itu, wacana ini juga slippery slope (langkah kecil yang akan menimbulkan efek negatif signifikan).
Kalau tiga periode sudah gol, apa yang akan menghalangi mereka untuk membuat masa jabatan menjadi tiga, empat, atau lima periode?
Lantas, bagaimana caranya melawan persekutuan durjana ini?
Bagaimana supaya rakyat negeri ini tak terjebak dalam propaganda yang, secara sederhana tetapi gamblang, menyatakan bahwa cuma Pakde-lah sosok yang paling laik menjadi Presiden Indonesia pada 2024 nanti karena alasan “melanjutkan” penanganan pandemi dan membereskan kelesuan ekonomi?
Setelah berpikir selama lima menit, jawaban berhasil saya temukan. Bagi saya, solusinya mudah saja.
Yakni, bahwa kita mesti mampu menghadirkan alternatif bagi opsi-opsi pemimpin yang selama ini didengungkan oleh para pembesar. Dan sosok alternatif yang saya munculkan ke permukaan tak lain adalah Julius Aryo Verdijantoro alias Otong “Koil”.
Ada sejumlah alasan, tentunya, mengapa saya menominasikan Otong Koil sebagai Calon Presiden NKRI Harga Mati. Lewat tulisan ini, saya akan jabarkan semuanya.
Konsep nasionalisme-nya begitu fresh graduate
Otong Koil adalah seorang musisi. Otong nama panggilannya, Koil nama band-nya. Dia pandai bermain gitar, menyanyi, serta menulis syair lagu.
Salah satu lagu terbaik yang pernah dihasilkan Otong bersama Koil adalah “Kenyataan Dalam Dunia Fantasi”. Anda bisa temukan lagu ini dalam album Blacklight Shines On rilisan 2007. Dunia fantasi yang disebut Otong di situ tak lain adalah NKRI.
Menurut Otong, segala konsep yang digaungkan para pemimpin negeri selama ini cuma cocok diterapkan di dunia fantasi, terutama konsep nasionalisme yang menurutnya cuma digunakan untuk membodohi rakyat.
Jika terus berlanjut, nasionalisme yang selama ini dipergunakan para elite hanya akan menuntun negeri menuju kehancuran. Lalu, bagaimanakah konsep nasionalisme yang betul menurut Otong?
Yo ndak tau, kok tanya saya? Yang bikin lagu kan Otong.
Penyambung lidah rakyat
Dalam tablig akbar Synchronize Fest 2018, Otong secara terus terang mengakui bahwa penghasilan utama dia dan rekan-rekannya di Koil tidak berasal dari musik. Ini masuk akal.
Bagaimana bisa makan dari musik? Wong, dari 2003 Koil cuma punya dua album.
Tapi, justru karena itulah Otong Koil jadi punya banyak waktu untuk berinteraksi dengan rakyat jelata. Sejak Agustus 2009, Otong sudah ngetwit lebih dari 304 ribu kali. Pengikutnya juga lumayan banyak, hampir 157 ribu orang.
Nah, dari Twitter-nya inilah Otong menjelma menjadi penyambung lidah rakyat.
Buktinya bisa terlihat dari banyaknya retwit yang dia unggah. Seringkali, tanggapan-tanggapan dari rakyat jelata yang mengikutinya itu dia munculkan ke permukaan. Ini berarti Otong Koil mau mendengarkan aspirasi rakyat secara langsung.
Sudah sangat presidensial sekali, bukan?
Anti-Tambang
Ini keunggulan lain Otong. Pria berambut gondrong ini menilai, para pencinta alam yang hobi naik gunung dan menjalani wisata alam sebenarnya tidak mencintai alam.
Mengapa?
Ya, karena pada akhirnya mereka akan merusak alam juga, entah menginjak rumput, merusak tanaman, membuang sampah sembarangan, dan sebagainya.
Nah, kalau orang-orang seperti ini saja dinilai sebagai perusak alam oleh Otong Koil, bagaimana dengan para penambang?
Sudah pasti, Otong akan membuat mereka sengsara. Kalau sudah begitu, Indonesia pasti akan indah lagi dan turis-turis pun akan semakin banyak sehingga lama-lama negeri ini berubah jadi Selandia Baru.
Amin.
Peduli dengan urusan kesehatan
Apakah COVID-19 masih bakal ada di 2024? Entahlah. Tapi, kalaupun COVID-19 sudah tidak ada, pastinya masih banyak penyakit-penyakit lain yang perlu diobati.
Nah, Otong sendiri selama ini sudah dikenal sebagai ahli mengatasi kebotakan lewat hair tonic yang dijualnya.
Kebotakan bukan perkara sepele, Kawan. Banyak orang yang rela menghabiskan jutaan rupiah hanya supaya rambut mereka bisa tumbuh kembali. Nah, kalau Anda beli hair tonic-nya Otong, Anda tak perlu mengeluarkan jutaan rupiah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Coba cek akun Twitter Otong Koil kalau tak percaya.
Dengan kemampuan mengobati kebotakan ini, jangan kaget kalau suatu hari nanti Otong bisa membawa Indonesia jadi negeri yang mencintai riset dan akhirnya mampu menciptakan obat-obatan untuk penyakit lain.
Ini merupakan modal penting untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Ikon persatuan dan kesatuan layaknya ikan terbang Indosiar
Masih dari orasi politiknya di Synchronize Fest 2018, Otong Koil pernah berterus terang kepada para audiens di sana bahwa konsumen hair tonic-nya kebanyakan merupakan hijabers.
Ini penting sekali diketahui oleh masyarakat luas, karena Otong bukan seorang muslim tetapi blio tetep mampu menjaga hubungan baik dengan orang-orang muslim.
Ya, Otong Koil adalah ikon persatuan dan kesatuan. Bahkan setara levelnya dengan ikan terbang Indosiar yang menyatukan segala macam perbedaan selera estetik rakyat Indonesia.
Tentu saja, itu bukan hal mengejutkan. Kalau Anda memperhatikan laman Twitter Otong dengan seksama, Anda akan langsung memahami betapa hebatnya Otong dalam menjalin persatuan dan kesatuan.
Profile picture Otong adalah logo Honda tetapi nama Twitter dia Toyota.
Saya percaya, jika orang bisa mempersatukan Honda dan Toyota dalam satu entitas kayak gitu, maka mempersatukan Indonesia pasti jauh lebih mudah lagi untuk Otong Koil.
Seperti ketika saya percaya, ketika Pakde bilang apa, maka kita harus meyakini bahwa yang bakal terjadi adalah sebaliknya.
Salam tiga jari tengah.
BACA JUGA Cara Terjitu Memprediksi Kondisi Negara: Dengarkan Apa yang Dikatakan Jokowi, Lalu Lihat Sebaliknya dan tulisan Yoga Cholanda lainnya.