Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Dari Moeldoko sampai Menteri Desa, Tips Redakan Isu Karhutla ala Pejabat Indonesia

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
18 September 2019
A A
penjabat mundur mojok.co

ilustrasi pejabat (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Salah satu ciri khas pejabat di Indonesia adalah mereka harus punya pola pikir yang “out of the box”. Terutama dalam meredam isu karhutla di Indonesia. Iya, yang kebakaran hutannya, yang dipadamkan isunya.

Bukan Indonesia namanya kalau tidak dikelola oleh pejabat-pejabat yang sangat pandai dalam mengatasi isu pelik dalam negeri. Belum kelar isu soal revisi Undang-Undang KPK, kita sudah dihadapkan pada isu kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pulau Kalimantan dan Sumatra.

Ada banyak kemarahan dari masyarakat ketika melihat respons pemerintah yang cenderung lambat. Apalagi jika mengingat kalau pemerintah seolah abai dengan langkah-langkah preventif mengenai bencana karhutla.

Kebakaran udah terjadi, asap membumbung tinggi di sana-sini, suara protes berhamburan ke sana kemari, semua sibuk cari argumen pembenaran sendiri-sendiri. Tapi nggak apa-apa, hal itulah yang bikin kita makin cinta sama negeri ini.

Menjadi menarik sebenarnya mengumpulkan pernyataan atau kelakuan pejabat-pejabat negeri yang menyentil ulu hati. Bukan, bukan karena bikin sakit hati melainkan karena memang memancing tawa yang kencang sekali.

Seperti yang dilakukan Firdaus, Wali Kota Pekanbaru, Riau. Di saat warganya sedang berjuang karena dikepung asap tebal efek dari karhutla, Firdaus malah melanglang buana sampai ke Kanada.

Humas Pemkot Pekanbaru menyatakan, keberangkatan Firdaus ke Kanada memang sudah dijadwalkan sejak sebulan sebelumnya. Apalagi di sana, Walkot Pekanbaru ini sedang ada urusan bisnis penyedia teknologi, pengembangan, dan kontraktor proyek pengelolaan sampah.

“Rencana keberangkatan ini sudah diagendakan sejak Agustus lalu. Pertimbangan mengapa berangkat, karena saat Wali Kota mau meninggalkan Pekanbaru, kualitas udara menurun signifikan. Jadi waktu mau berangkat, kondisi kualitas udara belum seperti sekarang,” kata Humas Pemkot Pekanbaru Irba Sulaiman.

Artinya, bahkan ketika Walkot Pekanbaru sadar daerahnya kena dampak dari karhutla, dia tetap saja enteng saja berangkat. Ya maklum sih, sudah diagendakan sudah lama. Sayang banget kalau sampai dibatalkan. Tiket pesawat sampai Kanada kan juga nggak murah. Mereka yang protes memang bisanya nyinyir dan nggak paham betapa sulitnya menjadi Walkot Pekanbaru.

Apalagi, dengan berada di Kanada, yang kualitas udaranya jauh lebih baik, Walkot Pekanbaru bisa lebih tenang memikirkan solusi untuk masyarakat Pekanbaru. Jadi bisa lebih konsentrasi gitu.

Ya kalau dipaksa tetap berada di Pekanbaru, kalau Walkot Pekanbaru jadi sakit gimana? Udah mikirin solusi eh, harus menghirup udara beracun lagi. Hadeh. Siapa dong nanti yang mikirin Kota Pekanbaru? Ingat, Walkot Pekanbaru lho ini. Bukan pejabat sembarangan.

Kesehatan beliau harus dijaga dari udara buruk di Pekanbaru dong harusnya. Masa gitu aja nggak paham. Bijimana seeeh? Kalau rakyat biasa yang kena sakit kan nggak apa-apa. Itu namanya masuk dalam kategori bagian dari risiko jadi warga Kota Pekanbaru. Kalau Walkot ya jangan sampai. Nggak elok itu.

Selain Firdaus Walkot Pekanbaru, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko juga tidak ketinggalan memberikan pernyataan ajaib soal karhutla. Ketika masyarakat terdampak karhutla mulai mengeluh di media sosial dan mengirim beberapa foto maupun video soal mengerikannya asap tebal karhutla, Moeldoko memberikan nasihat luwar biyasa canggih.

“Segala musibah datangnya dari Allah SWT… Musibah bisa datang kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja… termasuk musibah yang menimpa Pekanbaru, Riau, yang sedang terjadi juga datangnya pun dari Allah SWT,” kicau beliau di akun Twitternya.

Iklan

Uniknya, sebelumnya, Polisi sudah menetapkan 185 tersangka dan 4 korporasi karena kebakaran ini. Artinya karhutla ini memang datangnya bukan semata-mata dari Tuhan, tapi memang ada orang yang sengaja bakar hutan dan lahan.

Tapi jelas, pernyataan Pak Moeldoko ini nggak salah sama sekali. Ya iya dong. Ingat ya, ke-185 tersangka pembakaran itu sebenarnya digerakkan oleh takdir Tuhan. Mereka bisa dapat api, punya tangan untuk bikin kebakaran itu semua karena Tuhan. Jadi ente mending jangan menyerang takdir Tuhan deh.

Apalagi sampai ada pihak yang balik menyerang Pak Moeldoko karena kicauannya tersebut. Padahal, kalau dari logika sederhana ini saja, Pak Moeldoko berkicau seperti itu pun sebenarnya juga karena takdir Tuhan. “…datangnya dari Allah SWT,” kalau kata Pak Moel.

Hal yang kurang lebih sama anehnya juga muncul dari pernyataan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo. Sebagai Menteri, ketika semua orang meminta pertanggungjawaban Pemerintah agar bisa segera mengatasi persoalan karhutla, Eko malah kasih pernyataan seperti ini:

“Ya saya jengkel karena ada negara-negara lain yang menyalahkan Indonesia. Padahal negara-negara tersebut selama 11 bulan menikmati oksigen gratis dari Indonesia,” katanya.

Sebenarnya kemarahan Eko, Mendes PDTT, ini sah-sah saja. Apalagi jika melihat ketika sekelompok masyarakat Malaysia dan Singapura mendesak pemerintahannya agar mengirim nota keberatan ke Pemerintahan Indonesia. Tapi nyatanya, toh Pemerintah Malaysia tidak pernah sekalipun mengirimkan nota keberatan.

Lho, lho? Memang apa sebabnya? Tumben?

Oh, ini karena perusahaan perkebunan yang bikin kebakaran hutan di Riau itu pelakunya adalah perusahaan Kuala Lumpur Kepong Bhd (KLK) dari Malaysia. Gimana bisa protes ke negara lain kalau ternyata yang bikin kebakaran adalah perusahaan dari negeri sendiri? Ya wajar kalau yang protes cuma warganya tapi Pemerintahnya tidak.

Terlepas dari hal itu, tetap saja komentar Eko ini menarik sekali untuk diperhatikan. Memang sejak kapan beliau punya wewenang untuk bikin klaim kalau oksigen yang dihirup rakyat Malaysia dan Singapura adalah oksigen dari Indonesia?

Pernyataan ini seolah-olah menambah daftar kekayaan alam di Indonesia yang harus diproteksi. Setelah tambang emas, rempah-rempah, kali ini ketambahan satu lagi: oksigen. Gila, kaya bener deh negeri kita ini. Oksigen di kawasan Asia Tenggara aja diklaim punya Indonesia, cuy.

Klaim sepihak Eko ini mengingatkan kayak anekdot seorang nelayan Indonesia dari Madura yang kena tangkap oleh Polisi Malaysia karena memasuki wilayah laut Malaysia.

“Woy, kenapa kamu masuk wilayah kami? Mau mencuri ikan-ikan kami ya? Oalah, dasar maling!” tanya Polisi Laut Malaysia marah-marah.

Nelayan Indonesia menjawab: “Maaf, Pakcik. Saya tidak sedang mencuri ikan-ikan Malaysia.”

“Lalu ini ikan apa? Jangan menyangkal kamu!” bentak Polisi Malaysia menunjukkan ikan hasil tangkapan nelayan Indonesia.

“Itu bukan ikan-ikan Malaysia, Pakcik. Itu ikan asli Indonesia. Memang dari kemarin sudah saya kejar-kejar sejak dari perairan Madura. Eh, kebetulan aja baru ketangkapnya di sini.”

BACA JUGA Kebakaran Hutan Kalimantan dan Sumatra Menyerupai Neraka di Bumi atau artikel Ahmad Khadafi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 18 September 2019 oleh

Tags: karhutlaMoeldokopejabat Indonesiariau
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Tinggalkan ibunya demi kuliah di PTIQ Jakarta untuk merantau. MOJOK.CO
Ragam

Kerap Bersalah di Perantauan karena Alasan Sibuk, Tangis Ibu Pecah Saat Saya Akhirnya Pulang dari Jakarta

27 November 2025
Pacu Jalur Direcoki Pemerintah Jadi Cringe dan Nggak Seru Lagi MOJOK.CO
Esai

Saat Negara Turut Campur Aura Farming Pacu Jalur, Semua Jadi Terasa Cringe dan Nggak Seru Lagi

14 Juli 2025
Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta MOJOK.CO
Esai

Setelah 6 Tahun Merantau ke Luar Jawa, Saya Jadi Takut untuk Kembali Kerja di Jakarta

11 Juni 2025
guru honorer, temanggung.MOJOK.CO
Ragam

Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Lulus Cuma Jadi OB, tapi Gaji Bisa buat Sepelekan Guru Honorer

4 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.