Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Misi Terselubung Nyanyian Wali Kota Depok di Lampu Merah bagi Warga Depok

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
22 Juli 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ada misi terselubung dari program Wali Kota Depok diperdengarkan di lampu merah. Selain mengatasi pengamen, program ini benar-benar mengatasi kemacetan!

Melihat berbagai cercaan dan kritik yang melayang ke Wali Kota Depok, Mohammad Idris Abdul Somad, soal program lampu merah yang dikasih lagu dengan suaranya sendiri, saya kok jadi heran dengan netizen kita ini ya?

Memang apa salahnya seorang wali kota memamerkan suaranya lewat pengeras suara di perempatan lampu merah? Terutama kalau lampu merah itu memang sedang macet-macetnya? Kan bagus to? Ketimbang bising dengan suara klakson kan lebih baik bising dengan suara Wali Kota Depok.

Apalagi jika lagunya adalah lagu dengan irama dan lirik mendidik. Judul lagunya aja “Hati-Hati” dan liriknya berupa imbauan agar orang berhati-hati di jalan. Tuh, pesan moral dari lagunya aja kuat banget begitu. Lagu bagus dan lirik kuat begitu kok dikritik sih? Hadeh, dasar netizen amoral.

Ya aneh aja sih menurut saya. Kalau memang lagu “Hati-Hati” Wali Kota Depok ini dikritik habis-habisan, kenapa sih situ nggak nggak pernah mengkritik lagu Si Komo Lewat Tol. Kan jelas lagu itu isinya berupa pembodohan masyarakat. Nih coba lihat kalau nggak percaya.

https://www.youtube.com/watch?v=2i8acODLIxc

Gimana?

Si Komo yang lewat Jalan Thamrin dan Jalan Sudirman bikin macet aja jadi lagu. Dinyanyikan anak-anak lagi. Udah gitu di sana ada lirik yang bilang polisi jadi bingung. Wah, parah. Ini mah menyepelekan kemampuan aparatur negara kita. Masa iya polisi sampai bingung cuma gara-gara satu komodo lewat?

Nah lho, coba bayangkan. Sangat merusak otak anak usia dini kan? Udah gitu komodo warnanya item putih lagi. Itu jenis Komodo apa emangnya woy? Komodo susu perah? Hadeh, jelas beda kelas kalau dibandingkan lagu “Hati-Hati” yang sangat berpendidikan dan dinyayikan Wali Kota Depok itu. Beda. Ibarat kamu membandingkan Ari Lasso dengan Ferry AFI.

Duh, duh, sedih betul saya mendengar wali kota idola dikritik kanan-kiri. Padahal blio hanya mau membahagiakan warga Depok lewat nyanyiannya lho. Ya kan, bahagia itu relatif. Bisa karena menikmati lagu dengan riang gembira lalu ikutan bernyanyi, atau malah tertawa karena merasa lagunya begitu sarat akan pesan komedi.

Ya kan bagus, sebuah ungkapan atau imbauan itu kan biasanya bisa semakin diingat kalau sarat dengan komedi. Dan sepertinya Wali Kota Depok sangat jago soal ini. Coba kalau nggak ada program ini, apa iya masyarakat Depok bakal ngeh soal kebijakan aparatur Pemkotnya sendiri? Kan belum tentu.

Lagian ya, Pak Wali Kota Depok juga kan pakai suara blio sendiri. Bukan suara suara hasil nyolong penyanyi lain atau suara dari korupsi. Gitu kok ya masih banyak amat sih yang nggak terima. Hm, apa karena yang nggak setuju ini nggak bisa nyanyi kali ya? Atau jangan-jangan ini cuma suara iri karena nggak bisa nyanyi kayak Pak Wali Kota Depok?

Hadeh, makanya kalau kepingin bisa nyanyi itu kursus nyanyi jadi wali kota. Konkret. Paham tangga nada itu urusan sekian, yang penting itu paham tangga politik.

Apalagi kemampuan “bisa nyanyi” ini sudah diakui sendiri oleh Pak Wali Kota Depok. Dari wawancara dengan Kumparan, Mohammad Idris mengaku dirinya bukan artis, tapi emang bisa nyanyi.

Iklan

“Karena dalam event-event kadang-kadang saya bernyayi atau diminta menyanyi. Bukan saya artis, bukan ya. Karena memang bisa menyanyi,” kata Mohammad Idris penuh wibawa.

Ya kan yang penting bisa nyanyi. Perkara bagus atau nggak kan yang penting bisa dulu. Emangnya Ahmad Dhani itu suaranya bagus? Kan nggak ada apa-apanya dibandingkan Once Mekel—misalnya? Jadi yang penting itu bisa nyanyi dulu. Ya kan, Pak?

Menurut rencana, lagu ini awalnya mau dikasih dangdut. Namun karena dikhawatirkan masyarakat sekitar malah jadi joget di lampu merah dan semakin bikin macet, akhirnya yang dipilih adalah lagu-lagu Betawi dengan memasukkan unsur musik pop dan rap. Wedyan, jadi di lagu “Hati-Hati” Wali Kota Depok ada aksi blio nge-rap kayak Young Lex juga lho. Gimana? Keren nggak tuh?

Selain itu, program yang kelihatan aneh ini sebenarnya memiliki segudang misi terselubung dalam membebaskan kota Depok dari pengamen jalanan dan kemacetan.

Seperti misalnya, nasib pengamen jalanan di lampu merah kota Depok kan jelas bakal kalah saing kalau tiap hari lagunya Pak Wali Kota yang disetel. Ya jelas, bagaimana mungkin wiraswasta seperti mereka mampu melawan industri musik jalanan 4.0 yang dibiayai APBD begini?

Nah melalui adanya program lagu “Hati-Hati” Wali Kota Depok yang disetel di lampu merah, para pengamen jalanan akan menyingkir secara teratur. Pemkot Depok juga jadi nggak perlu mengeluarkan anggaran untuk Satpol PP dalam mengamankan para pengamen. Cukup setel lagunya Pak Wali Kota, masalah terselesaikan. Kota jadi bersih dari pengamen dan masyarakat kelas menengah bisa menikmati kehidupannya.

Visioner kan?

Selain itu, gara-gara lagu ini juga, warga Depok yang tidak setuju dengan program ini diperbolehkan juga kok kalau mau menyingkir dari jalanan lalu beralih ke transportasi massal. Ketimbang emosi denger lagunya Pak Wali Kota Depok misalnya.

Nah, mereka yang tidak memiliki jiwa seni dalam menghargai nyanyian Wali Kota Depok ini kan akhirnya bisa tuh naik KRL, helikopter, atau kapal selam untuk menuju Jakarta. Kalaupun tetep mau nekat naik motor atau mobil paling juga pada muter lewat Bekasi atau Tangerang.

Kalau macetnya terjadi di sana kan udah bukan urusannya kota Depok lagi. Bukan urusannya Pak Mohammad Idris lagi. Bukan jadi masalah Depok lagi. Dengan begitu persoalan kemacetan Kota Depok teratasi.

Hm, bener-bener nggak menyangka ya, program yang diremehkan banyak orang ini ternyata punya misi yang mulia sekali. Terima kasih Pak Wali Kota. Suara sampeyan memang suara emas.

Terakhir diperbarui pada 22 Juli 2019 oleh

Tags: kota depokmacetwali kota depok
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Perempatan Gedangan adalah momok bagi warga Surabaya dan Sidoarjo. MOJOK.CO
Ragam

Warga Sidoarjo Muak dengan “Jalan Neraka” Perempatan Gedangan, Hanya Bisa Ngeluh Bertahun-tahun karena Flyover Hanya Wacana

17 Juli 2025
Ngekos di Kecamatan Beji Membuka Mata dengan Sisi Gelap Mahasiswa Depok.MOJOK.CO
Ragam

Ngekos di Kecamatan Beji Bikin Membuka Mata dengan Sisi Gelap Mahasiswa Depok

9 Mei 2025
Ciputat, Tangerang Selatan.MOJOK.CO
Ragam

Ciputat, Kecamatan di Tangerang Selatan yang Sebaiknya Jangan Ditinggali Kalau Kesabaran Setipis Tisu

8 April 2025
10 Tanda Kamu Sudah Muak dengan Kota Depok dan Ingin Pindah MOJOK.CO
Esai

10 Tanda Kamu Sudah Muak dengan Kota Depok. Segera Pindah Sebelum Kamu Jadi Gila dan Menua di Jalanan

6 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.