Curhat
Salam hangat Mas Agus dan Cik Prim.
Perkanalkan, nama saya Rian.
Langsung saja, ya. Jadi begini, Gus, Cik. Sebenarnya saya merasa baik-baik saja, tak punya masalah yang pelik dan serius, tapi pacar sayalah yang menyuruh saya untuk berkonsultasi dengan salah satu dari kalian. Terutama dengan Mas Agus karena pacar saya sangat tergila-gila dengan anda.
Pacar saya bilang bahwa saya memiliki selera humor yang buruk. Saya selalu gagal dalam mencairkan suasana di lingkungan pertemanan, keluarga ataupun tempat kerja. Setiap kali saya melontarkan Joke, alih-alih membuat suasana menjadi hangat dengan gelak tawa, mereka malah tampak kesal dan buru-buru mengalihkan topik pembicaraan.
Saya sudah berusaha untuk menjadi pribadi yang humoris, saya bergabung dengan sebuah komunitas stand-up. Berkumpul dengan orang-orang lucu siapa tahu bisa menular. Suatu pagi saat saya mengantar pacar bekerja, di dalam mobil dengan suasana yang adem ayem seperti biasanya, saya memulai obrolan yang menjurus pada hal lucu, tapi pacar saya biasa saja. kemudian saya melempar sebuah tebakan.
“Bank, bank apa yang bikin nasabahnya goyang?” pacar saya mengerutkan kening.
“Bank Jali… bank Jali, goyangnyanya bikin hepi… hahahahahaha.”
Pacar saya menatap dengan tajam, seolah-olah dia ingin mencabik-cabik muka saya. Tapi mungkin karena sayang kukunya baru saja dihias, dia lebih memilih keluar sembari membanting pintu mobil.
Saya sangat stress Gus dan Cik, tolong beri saya tips and trick untuk memperbaiki selera humor saya yang buruk menurut orang-orang disekitar saya.
Mas Agus dan Cik Prim, bank, bank apa yang suka dibedakin?
Bank Sapri.
~Rian
Jawab
Dear Rian.
Kita tentu harus paham, bahwa perkara selera adalah hal yang sangat susah untuk dipaksakan. Kalau orang dari bawaan orok memang tidak suka durian, maka sampai dewasa pun dia akan susah untuk bisa doyan dengan durian. Begitu pula dengan humor, kalau seseorang sedari kecil memang sudah punya selera humor yang memprihatinkan, sampai dewasa pun, ia akan sulit untuk menjadi pribadi yang punya selera humor tinggi.
Namun begitu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menggeser dan mengubah kecenderungan selera. Nah, dalam urusan humor, pergaulan adalah salah satunya. Orang paling serius pun, kalau selama setahun penuh tinggal dengan Cak Lontong atau komedian cerdas lainnya, maka setidaknya, ia pasti bisa menjadi pribadi yang lebih lucu.
Manusia punya kecenderungan untuk mengamati dan mengembangkan keterampilan dari orang lain di sekitarnya, tak terkecuali keterampilan untuk mengolah humor.
Sebagai orang yang oleh banyak orang dianggap lucu (dan sering diundang menjadi pembicara karena diharapkan kelucuannya, bukan derajat keilmuannya), saya selalu meyakini bahwa selera humor itu memang menular adanya. Karenanya, cara sampeyan mengakrabi dan bergabung dengan komunitas stand up comedy adalah langkah yang sangat baik dan sangat tepat.
Namun begitu, kalau setelah bergabung sampeyan belum merasa lucu, ya sudah, terima saja. Katakan saja langsung pada pacar sampeyan, bahwa tidak semua manusia harus lucu dan punya selera humor yang baik.
“Lha kalau semua orang lucu, trus nanti siapa yang mau dibikin ketawa? Wong sudah lucu sendiri-sendiri”
Oh ya, soal humor, sampeyan harus paham, bahwa kadang, humor yang paling lucu adalah humor yang paling garing. Percayalah, saya tertawa ngakak ketika sampeyan memberi tebakan soal bank yang bisa goyang itu. Entah bagaimana bisa pacar sampeyan bisa tidak tertawa. Saya justru curiga, Jangan-jangan, justru pacar sampeyan yang selama ini tidak punya selera humor yang baik sehingga tidak bisa menangkap humor-humor yang sampaian lemparkan.
Jelaskan saja hal ini pada pacar sampeyan. Dan kalau pacar sampeyan masih ngotot memaksakan sampeyan agar sampeyan punya selera humor yang baik, maka putuskan saja pacar sampeyan dan suruh dia pacaran sama saya.
Oh ya, btw, kucing, kucing apa yang kalau jalan belok ke kiri terus?
Kucing dikunci stang. Hehehe, hehehe, hehehe, hehehe.
Kenapa ayam jago tidak punya tangan?
Karena ayam betina tidak punya toket. Hehehe, hehehe, hehehe, hehehe.
~Agus Mulyadi