MOJOK.CO – Seorang lelaki cerita bahwa ia sulit mendekati perempuan. Ia khawatir hal tersebut karena mengalami mental block soal cinta.
TANYA
Salam kenal, saya Nadhi. Saya ingin curhat tentang kehidupan cinta saya. Saya heran kenapa saya sering merasa pesimis dengan perempuan dan seperti tahu kalau dekat dengan cewek pasti ditolak? Apakah ini wajar atau apa saya ini terlalu nyaman menjomblo?
Saya sering mendekati seorang perempuan tapi sepertinya tak ada hasil yang nyata. Apakah mungkin saya terlalu mengikuti teori bahwa perempuan itu seperti traffic light. Jika merah berarti tak ada ketertarikan sama sekali, jika kuning ada ketertarikan tapi bersyarat, sedang warna hijau itu suka sama suka.
Saya sering memulai percakapan lewat chat kepada beberapa perempuan. Ada yang selalu membalas, ada yang membalas seperlunya dan ada yang cuma di-read. Apakah dengan begitu saya bisa mengambil kesimpulan bahwa dia suka atau tidak suka pada saya? Pasalnya setelah chat lebih dekat dan lebih dalam ternyata dia tidak suka?
Saya masih bingung dengan semua ini. Rasanya saya sudah berusaha secara maksimal untuk bisa mendekati perempuan. Karena itu saya sering mendengarkan beberapa motivasi dalam cinta dan mencintai. Akan tetapi sepertinya yang terjadi tidak seperti yang diharapkan dalam teori-teori. Apakah ini semacam mental block yang sekeras apapun kita berusaha selama tembok itu masih ada kita tak akan mampu untuk melewatinya. Rasanya bila sudah mendekati perempuan bawaannya pesimis.
Dulu saya memang pernah berdoa tentang pacaran, seperti ini doanya: “Jika pacaran itu baik untuk saya maka segerakanlah saya untuk mendapatkan pacar dan bila tidak baik maka jauhkanlah.” Apakah karena itu membuat fikiran saya terpaku dan tak mampu bergerak untuk melaju?
Memang ketika masih SMA saya pernah pacaran, itu seringnya hanya SMS-an. Kalau dia saja tak suka saya, saya pun juga tidak suka. Rasanya saya pasif, harus dia dulu yang suka baru saya bisa suka. Apakah semua ini wajar jika dilihat dari sisi laki-laki biasa?
Saya bingung harus bagaimana cara mendekati perempuan. Rasanya sudah terlalu nyaman menjomblo dan sepertinya sampai sekarang belum ada yang tertarik kepada saya. Rasanya belum ada yang bisa dibanggakan. Status masih pengangguran meski udah buka kedai jualan es—tapi masih sepi, sehingga belum ada penghasilan yang mencukupi. Tapi soal wajah dan lainya rasanya tak ada masalah.
Apakah saya ini laki-laki yang diciptakan tapi tidak pantas untuk dicintai?
JAWAB
Hai Mas Nadhi, saya kok nggak yakin ya sampeyan sudah berusaha maksimal untuk mendekati perempuan. Begitu pula ketika sampeyan bilang sudah mendengarkan beberapa motivasi masalah cinta untuk mendekati perempuan. Saya rasa kok sampeyan hanya mendengarkan sajat tapi tidak betul-betul melakukan saran dari motivasi cinta ini~
Begini ya, Mas. Dalam motivasi cinta apapun, salah satu hal pertama yang harus sampeyan miliki adalah merasa pantas untuk dicintai. Jelas sampeyan merasa nggak pantas dicintai, lha wong untuk mencintai diri sendiri saja sampeyan tidak cukup kuat. Mas, prinsipnya, kalau kita ingin dicintai oleh orang lain, kita juga harus mencintai dan menyayangi diri kita sendiri. Menerima segala hal yang melekat pada diri kita. Menerima diri kita yang tidak sempurna. Ketika kita bisa menghargai diri kita sendiri, tentu kita juga mudah dihargai oleh orang lain.
Kalau sampeyan masih merasa pesimis karena belum ada hal dari sampeyan yang bisa membanggakan. Ya, itu artinya sampeyan harus berusaha untuk mengaktualisasikan diri terlebih dahulu. Jika memang merasa ini adalah cara untuk menghargai diri, ya sudah, hal ini harus diusahakan terlebih dahulu supaya lebih menenangkan dan memunculkan kepercayaan diri.
Toh, dalam motivasi cinta mana pun, pasti yang lagi-lagi bakal disarankan adalah perlunya sampeyan percaya diri untuk mengenal orang lain. Jangan malu-malu. Perempuan itu bermacam-macam, tidak sesederhana pikiran sampeyan yang mengklasifikasikan perempuan seperti traffic light.
Ada yang bisa langsung menunjukkan ketertarikan pada orang yang mendekatinya. Ada yang memerlukan energi yang lebih besar lagi supaya dia betul-betul dapat mengetahui apa yang dia rasakan. Ada pula yang sok jual mahal—dengan berlagak nggak suka padahal suka banget. Intinya, pola pikir perempuan ketika didekati, tidak sesederhana pola pikir sampeyan.
Kalau sampeyan selalu pengin mundur ketika seorang perempuan tidak memperlihatkan tanda-tanda juga sedang menyukai sampeyan. Mungkin sampeyan memang membutuhkan perempuan yang bisa lebih agresif, meski hanya dengan pendekatan melalui chat. Padahal kita tahu, chat hanya akan menutupi topeng dalam topeng: menyulitkan sampeyan mengetahui apa yang benar-benar dia rasakan.
Jika sampeyan memang merasa sebagai seorang yang pasif, itu artinya sampeyan memang butuh perempuan yang lebih aktif—atau lebih agresif. Oleh karena itu, sampeyan memerlukan lebih banyak lagi usaha untuk bertemu dengan mereka ini. Sepengetahuan saya, Mas. Tidak banyak perempuan yang bisa menunjukkan keagresifannnya di awal-awal perkenalan. Butuh beberapa kali kesempatan supaya dia tidak berperilaku malu-malu lagi. Oleh karena sulitnya menemukan perempuan yang dapat mengimbangi kepercayaan diri sampeyan, maka sampeyan perlu banyak bergaul.
Bagaimana pun juga, sampeyan harus berusaha untuk memperluas pergaulan. Supaya sampeyan juga punya lebih banyak lagi kesempatan untuk bertemu dengan perempuan-perempuan yang kira-kira klik di hati sampeyan. Kalau sampeyan masih saja tidak berani mencoba dan terkungkung dalam rasa takut yang berkepanjangan, ya silakan menikmati jalan di tempat saja.
Yang juga penting, sampeyan perlu membiasakan pikiran positif terhadap diri sampeyan sendiri supaya tidak terjebak dalam mental block atau pikiran-pikiran negatif dan rendah diri—yang justru membatasi diri sendiri. Jangan biarkan si mental block ini menghambat segala potensi yang betul-betul sampeyan miliki.
Mengenai doa sampeyan tentang pacaran tersebut, bagaimana kalau mulai sekarang doanya diganti saja? Seperti ini, “Jika pacaran itu baik untuk saya maka segerakanlah saya untuk mendapatkan pacar dan bila tidak baik maka segerakanlah saya untuk mendapatkan istri.”