Sebuah Kecemburuan yang Tak Perlu

Tanya

Dear, redaktur junjungan, yang tidak lama lagi menjadi mantan

Salam sejahtera.

Di usia Mojok yang tidak lama lagi, siapa tahu curhatan sayalah yang beruntung, tidak hanya dibaca namun juga dijawab kesahnya.

Jadi gini, saya punya dua sahabat laki-laki, Angga dan Dani. Awal kuliah kami berteman, dari masih sama-sama jomblo, punya bribik’an, sampai mereka punya pacar. Saya dan dua sahabat saya itu terhitung terlalu akrab, saking akrabnya, bahkan saat mereka berdua habis mimpi basah, atau di depan kami ada mbak-mbak yang susunya kelihatan sampe bikin ngaceng pun, mereka tiada sungkan untuk mengungkapkan. Mulai dari guyonan, kesukaan, dan kebiasaan, kami bisa mentoleransi dan cocok untuk berkawan.

Semua terasa baik-baik saja, lancar jaya saja.

Sampai akhirnya pacar-pacar mereka mulai tidak nyaman dan tidak suka dengan kehadiran saya. Itu yang tidak kami bertiga sadari, bahwa kalau sudah punya pacar ya mustahil tetep bisa berteman dengan lawan jenis seenak nyocot di mojok. Kami mengira bahwa pacar dan sahabat bisa menjalin hubungan dengan baik.

Sejak mereka punya pacar pun, tentu saja waktu buat saya sudah berkurang. Cuma say hai setaun dua kali itu sudah bagus. Itu pun di acara natal. Saya sudah pernah dilabrak sama pacarnya Angga via SMS. Dan Angga sendiri bisanya cuma pasrah, “Dek Riris memang begitu. Jangan diambil hati, ya. Foto kita yang ramai-ramai di natal 2014 itu, Dek Ris bilang, susumu mepet-mepet ke aku, aneh banget kan, lha wong susumu aja tepos, kok” kata Angga. Kecemburuan perempuan memang sering tak masuk akal.

Kalau Dani, ya hampir mirip. Pernah saya sekali upload foto bertiga dengan caption yang sama sekali tidak ada unsur pemercik masalah, tiba-tiba Dani ngirim balik foto upload-an saya itu ke saya. “Kok cewekku iso oleh foto kui to? Jare instagrammu sudah di hack dan ganti baru? Kok cewekku ngerti?”

Kalau sudah begitu, Saya cuma bisa sambat dan ngelus dada.

Nah, barangkali Gus dan Cik punya saran yang membantu, kasi tahu ke saya, yes. Trims.

 

Jawab

Dear Novi yang baik dan cadas…

Ini adalah curhatan terakhir yang saya balas untuk rubrik Curhat Mojok sebelum nanti Mojok tutup tanggal 28 Maret. Berkali-kali, di curhat-curhat sebelumnya, saya selalu merasa memberikan nasihat yang sifatnya mungkin normatif, balasan yang sifatnya memang “sebaiknya” dilakukan.

Nah, di kesempatan pengakhiran ini, saya merasa punya kesempatan untuk memberikan nasihat yang mungkin benar-benar mewakili perasaan saya.

Begini, Novi…

Saya percaya, bahwa rasa cemburu adalah salah satu tanda cinta antar pasangan, justru berbahaya sebuah hubungan jika sama sekali tak ada rasa cemburu. Namun begitu, saya juga selalu percaya, bahwa pasangan yang selalu was-was terhadap kesetiaan pasangannya, adalah pasangan yang buruk dan tidak sehat bagi hubungan.

Bagaimanapun, salah satu fondasi paling vital dalam sebuah hubungan tentu adalah kepercayaan. Karenanya, ketika fondasi ini hilang, maka hubungan tersebut tentu punya risiko yang besar untuk runtuh, cepat atau lambat. Cemburu memang baik, namun ingat, segala yang baik itu jika berlebihan akan berubah menjadi tidak baik (aduuh, baik dan tidak baik, ini kok jadi sangat PPKN sekali ya?)

Salah satu jenis kecemburuan yang menurut saya sangat tidak baik pada seorang kekasih adalah kecemburuan kedekatan terhadap sahabat pasangannya.

Seorang kekasih selaiknya tak merusak hubungan pasangannya dengan sahabat-sahabatnya.

Nah, poin itu yang saya lihat pada pacarnya Angga dan Dani itu, kesemburuan yang ada pada pacar-pacar sahabat sampeyan itu saya pahami sebagai sebuah kecemburuan yang terlalu berlebihan. Sejenis kecemburuan yang sebenarnya tak perlu, kecemburuan yang menurut saya sudah layak untuk membuat si perasanya masuk dalam kategori pasangan yang buruk dan tidak sehat bagi hubungan.

Maka, seperti halnya sebuah penyakit, golongan pasangan yang seperti saya sebut tadi hanya pantas untuk diberi satu tindakan: Lawan!

Jadi, Novi…

Ini nasihat yang saya berikan kepada sampeyan. Tentu sampeyan bebas untuk mengikutinya atau tidak. Tapi saya mohon, untuk kali ini, sampeyan sebaiknya mengikutinya.

Saran saya adalah, Bikin pacar Angga dan Dani semakin cemburu. Jangan tanggung-tanggung. Biar tahu rasa sekalian.

Kalau ndilalah ketemu sama Angga dan Dani, Jangan segan-segan untuk berfoto bersama. Tak ada salahnya bukan? Toh selama ini kalian memang sudah dekat sejak lama. Jangan biarkan orang lain merusak kedekatan emosional persahabatan yang sudah kalian bangun sangat lama dengan berbagai pengalaman yang sudah sedemikian panjang.

Sudah foto barengnya? Oke, sekarang upload foto tersebut di facebook, twitter, atau instagram, atau malah ketiga-tiganya, kasih caption yang eye catching, usahakan agar pacar si Angga atau si Dani lihat betapa dekatnya kalian. Kalau perlu, tag sekalian si Angga atau si Dani.

Bagi sampeyan, atau bagi beberapa pembaca, mungkin ini hal yang jahat, tapi bukankah mencemburui kekasih secara membabi-buta juga merupakan tindakan yang tak kalah jahatnya? Dan sebagai orang yang punya jiwa welas asih yang minim, untuk urusan kejahatan berasmara seperti kasus sampeyan ini, maka kejahatan memang pantas jika harus dibalas dengan kejahatan pula.

Saya mengartikan ini bukan hanya untuk memberi pelajaran kepada pacar Angga dan Dani, tapi juga sebagai usaha untuk memberikan kode kepada sahabat-sahabat dekat sampeyan itu, bahwa punya kekasih yang terlalu pencemburu bukanlah opsi yang membahagiakan.

Yah, saya sih berharap, sampeyan segera berdoa agar Angga dan Dani putus sama pacarnya masing-masing. Bukan hanya agar hubungan persahabatan kalian kembali longgar dan tenteram, namun juga agar Angga dan Dani bisa agak melek matanya dan mencoba cari pacar yang lebih liberal lagi… Hahaha…

Ah, Asmara kok bisa kejam dan rumit begini ya…

Exit mobile version