Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Corak Curhat

Pertanyaan Menyebalkan dari Saudara tentang “Kapan Punya Anak?”

Redaksi oleh Redaksi
11 Juli 2020
A A
ilustra

nama anak elon musk X Æ A-12 ash archangel grimes tesla rekomendasi nama bayi laki-laki unik orang terkaya di dunia sapce x boring company X Æ A-12 adalah artinya mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tanya

Dear, Mas Agus.

Mungkin curhatan saya ini adalah curhatan yang sangat basic yang boleh jadi sudah menjadi permasalahan umum bagi banyak orang. Namun, tetap saja saya kirimkan ke redaksi Mojok agar siapa tahu bisa mendapatkan jawaban atau pandangan tersendiri dari Mas Agus.

Sejak menikah dua tahun yang lalu, sampai sekarang, saya belum juga dikaruniai seorang anak. Ini menjadi masalah tersendiri bagi saya dan istri. Ehm, atau bisa dibilang, masalah tersendiri buat saya sih. Istri saya justru tampak selow saja, saya yang sering sentimen.

Tiap mampir ke rumah pakdhe, paklik, atau sanak, selalu saja saya ditanya soal itu.

“Wis isi hurung?”, “Wis mbathi hurung?”, “Kapan le meh momong?”

Seolah-olah saya ini nggak mau punya anak. Padahal saya sama istri sudah berikhtiar. Kami tidak menunda kehamilan. Kami sudah ke dokter memeriksakan diri masing-masing dan memang baik saya maupun istri sama-sama sehat secara reproduksi. Ya memang belum dikasih aja sama Gusti Allah.

Saya kadang sampai gedeg dan mangkel sama pakdhe, paklik, dan sanak-keluarga saya yang doyan nanya itu. Kalau saja bukan karena diayem-ayemi sama istri saya, mungkin saya sudah muntab dan membalas pertanyaan mereka dengan jawaban nyolot.

Menurut Mas Agus, apa langkah terbaik yang harus saya lakukan?

~Yudi

Jawab

Dear Yudi.

Saya, sedikit banyak, punya masalah yang sama dengan Anda. Saya dan istri saya juga sering ditanya masalah anak ini. Bedanya, saya dan istri baru menikah setengah tahun, sedangkan Anda sudah dua tahun. Sehingga mungkin tingkat emosinya berbeda.

Begini, pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya adalah pertanyaan bertingkat, sesuai konteks. Ada pertanyaan “Kapan nikah?”, kemudian setelah menikah berlanjut kepada “Sudah isi belum?”, nanti kalau sudah isi dan sudah melahirkan, bakal disusul dengan “Kapan itu si Kakak dibuatkan adik?”, dan seterusnya, dan seterusnya.

Bagi banyak orang, mungkin itu mengganggu, tak terkecuali bagi saya. Namun, pada satu titik, saya merasa harus sadar satu hal, bahwa pertanyaan-pertanyaan sejenis itu adalah salah satu bentuk perhatian, kepedulian, dan jembatan komunikasi dalam keluarga.

Apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak berlebihan dan terlalu melampaui privasi?

Iklan

Bisa jadi ya. Tapi, dalam keluarga, bukankah urusan nikah dan anak adalah urusan yang kerap menjadi beban bersama?

Maksudnya, begini. Ya. boleh jadi urusan kapan kita nikah, kapan kita punya anak, dsb itu memang urusan kita sendiri. Namun pada praktiknya kan nggak demikian. Tante kita, bulik kita, paklik kita, bude kita, embah kita, kerabat dekat kita, semua berhak punya urusan pada pernikahan dan anak kita. Kenapa? Karena mereka adalah orang pertama yang bakal sambatan, yang bakal cawe-cawe, yang bakal menyumbang tenaga dan (mungkin) harta paling besar demi lancarnya acara resepsimu atau segala tetek bengek prosesi lahiran anak kita, dari boyongannya sampai syukurannya.

Saya pikir, itulah alasan terbesar kita untuk jangan sekali pun pernah membalas pertanyan-pertanyaan menyebalkan dari mereka dengan jawaban nyolot.

Semenyebalkan apa pun pertanyaan tersebut, tetap saja itu adalah bentuk verbal kepedulian mereka kepada kita.

Anda seharusnya bisa belajar dari istri Anda. Ingat, dalam tradisi patriarkis seperti yang ada di lingkungan kita saat ini, wanita sebenarnya lebih terintimidasi soal urusan anak. Orang-orang lebih percaya bahwa kalau ada pasangan yang sudah lama menikah tapi belum juga dikaruniai anak, maka yang tidak subur pasti si istri, padahal bisa saja sebaliknya. Sehingga, lebih banyak istri yang tertekan kalau berhadapan dengan perkara ini.

Nah, dalam, kondisi psikologis yang berat seperti itu saja istri Anda bisa selow, kenapa Anda justru tidak bisa?

Saran saya, tetaplah sabar. Jangan mudah terpancing. Kalau memang susah, cobalah untuk ngobrol dengan kerabat Anda itu, minta supaya jangan lagi bertanya tentang anak sebab Anda tidak nyaman dengan itu. Namun sekali lagi, jangan pernah nyolot.

Ingat, mereka keluarga Anda yang sayang dan peduli dengan Anda. Hanya saja kepedulian tersebut mereka sampaikan dengan cara yang tidak menyenangkan Anda. Dan kepedulian, selamanya akan tetap menjadi kepedulian.

~Agus

Terakhir diperbarui pada 11 Juli 2020 oleh

Tags: anakkeluarga
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

ibu di upn jogja.MOJOK.CO
Catatan

Di Trotoar Dekat UPN Jogja, Seorang Ibu Setia Menanti Anak Lelakinya yang Hilang Sejak 13 Tahun Silam

20 Maret 2024
Pekerja Jogja Pilih Tak Mau Punya Anak Demi Hidup yang Tak Miskin MOJOK.CO
Ragam

Pekerja Jogja Pilih Tak Mau Punya Anak Demi Hidup yang Tak Miskin

17 Maret 2024
tk mahal di Jogja seharga honda beat.MOJOK.CO
Ragam

Biaya TK Swasta di Jogja Bisa Dapat 2 Honda BeAT, Orang Tua Pas-pasan Banting Tulang Demi Masukkan Anak

26 Januari 2024
Tupperware.MOJOK.CO
Ragam

Krisis Tupperware Membuat Emak-emak Khawatir, Stok Botol Baru Masih Banyak di Gudang

10 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.