Muak Karena Kekasih Ketagihan Ngobrol Soal Politik

Muak Karena Kekasih Ketagihan Ngobrol Soal Politik

Muak Karena Kekasih Ketagihan Ngobrol Soal Politik

Curhat

Dear, Mojok.

Ijinkan saya untuk mencurahkan jeritan hati saya melalui curhatan ini.

Jadi begini, Jok, Mojok. Saya adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Saat ini, saya sedang menjalin hubungan yang cukup serius dengan seorang karyawan di perusahaan penerbitan. Sebut saja namanya Kliwon.

Kami sudah jalan sekitar dua setengah tahun, dan sejauh ini, kami merasa sangat klop. Kami sudah punya banyak bayangan tentang masa depan kami. Kalau tak ada aral, kami akan menikah tahun depan. Saya merasa mantap dengan Kliwon karena dalam berbagai pertimbangan, ia memang lelaki yang cukup meyakinkan untuk diajak berumah-tangga.

Kliwon sudah penghasilan yang meyakinkan, ia kawan diskusi yang baik, selain itu, ia adalah sosok yang punya banyak persamaan selera dengan saya.

Namun, beberapa bulan terakhir ini, saya mulai galau. Politik membuat hubungan kami agak “terganggu”. Di tahun politik ini, Kliwon mulai terlihat sangat ketagihan menceburkan diri dalam obrolan politik. Kebetulan, Kliwon adalah simpatisan Gerindra. Bapaknya suka sama Prabowo, dan ia ikut ketularan.

Kliwon sekarang dikit-dikit ngobrol soal politik. Soal capres-cawapres, soal Prabowo, soal Sandiaga. Ia membahas apa saja kekurangan Jokowi dan kelebihan Prabowo. Ia membahas bagaimana seharusnya sebuah negara dipimpin. Ia membahas soal betapa dekatnya Prabowo dengan umat, dsb, dsb.

Tadinya, ia sering membicarakan hal tersebut sebatas di akun sosial medianya, namun lama-kelamaan, ia mulai suka membahasnya bahkan saat kami berdua nge-date. Hal yang tentu saja sangat menyebalkan bagi saya yang malas dengan politik.

Ini bukannya karena saya nggak melek politik, saya sebenarnya cukup paham, sebab saya sendiri pernah magang di salah satu lembaga survei. Namun, bagi saya, obrolan politik memang menyebalkan jika itu dibahas dalam koridor pacaran.

Sebelum kami pacaran, saya memang sudah tahu kalau ia suka Gerindra. Namun saya tak menyangka jika kemudian ia bakal jadi sengehek ini.

Menurut Mojok, apa yang harus saya lakukan?

~Santi

 

Jawab

Dear Santi yang baik hatinya

Menemukan lelaki yang membuat Anda merasa optimis untuk menikah dengannya bukanlah hal yang mudah. Ada banyak perempuan yang  harus berjuang dengan bersuyah-payah dengan tempaan rasa sakit yang dalam demi menemukan lelaki yang seperti itu. Nah, dalam diri Kliwon, Anda sudah menemukannya. Hal tersebut harus digarisbawahi.

Jadi, tentu saja saya tidak akan menyarankan Anda untuk meninggalkan Kliwon. Tidak akan.

Begini, Santi. Untuk soal gila politik, sebenarnya itu hal yang sangat-sangat-sangat lumrah. Terlebih di tahun politik seperti sekarang ini.

Ada banyak orang selain Kliwon yang juga jadi gila dan demen ngobrol soal politik di masa-masa sekarang ini. Kenapa? Ya karena memang itu musimnya. Dan itu bukan sebuah kesalahan, menurut saya.

Ketika sedang demam batu akik, orang yang bahkan seumur hidup tak pernah memakai akik pun bakal punya potensi untuk ngobrol soal akik. Ketika demam tanaman hias, orang yang bahkan tak pernah suka dengan tanaman pun bakal ikut ngobrol soal tanaman hias. Ketika sedang demam otomotif, orang yang hanya kuat beli tamiya pun juga bisa larut dalam obrolan soal mobil. Apalagi soal politik, yang mana merupakan isu nasional yang menjadi santapan bagi banyak orang.

Bapak saya, yang karier politik tertingginya hanyalah sekadar menjadi hansip TPS saat pencoblosan suara pun sekarang juga sering ngomong soal politik, Padahal Prabowo dari partai mana, Jokowi dari partai mana saja kemungkinan dia tak tahu. Ia banyak ngobrol soal politik karena kawan-kawannya di grup wasap banyak yang ngobrol soal politik, sehingga bapak saya sedikit banyak ikut ketularan.

Nah, dalam kasus Anda ini, ada satu nasihat penting yang ingin saya sampaikan, yakni bahwa politik itu adalah hal yang sementara. Ia hanya sebatas hiasan realita.

Kelak, kalau sudah habis masanya, orang-orang akan mudah kembali pada kesehariannya. Dulu di awal-awal Jokowi terpilih, banyak pendukung Prabowo yang bahkan tidak mengakui Jokowi sebagai presiden. Dan pada kenyataannya, seiring berjalannya waktu, mereka realistis juga. Sengefans-ngefans-nya mereka sama Prabowo, presiden mereka tetaplah Jokowi.

Begitu pula dengan Kliwon. Saya yakin, kelak saat waktunya tiba, ia akan kembali membicarakan soal impian-impian pernikahan dan kehangatan hubungan kalian, bukannya membicarakan soal koalisi Gerindra.

Percayalah, di dalam hati Kliwon, Anda tetap yang utama, bukan Gerindra. Andalah yang akan ia nikahi, bukan Prabowo, anak buahnya Prabowo, atau kudanya Prabowo.

Tak usah gusar tak usah risau jika ia sering ngobrol soal politik. Karena apa? Ya karena memang ini musim politik.

Sabar saja. Itu risiko sebuah hubungan. Anda harus bisa menerima Kliwon secara utuh, bukan Kliwon minus ketertarikannya pada Gerindra.

Lagipula, kalau Anda malas berkomunikasi dengan orang-orang yang suka ngobrol soal politik, sekalian saja nggak usah ngirim curhat ke Mojok, karena Mojok sendiri adalah media yang paling berhagia karena terus menerus membahas politik di musim politik.

Hehehe.

~Agus Mulyadi

Exit mobile version