Tanya
Dear, Gus Mul.
Saya pengin curhat soal masalah percintaan saya, Gus.
Jadi sudah lima bulan terakhir ini saya naksir berat sama seseorang yang saya kenal lewat Facebook. Sebut saja namanya Danu. Dia lelaki yang baik. Setidaknya, itulah yang saya tangkap dari status-status Facebooknya. Usianya sepantaran dengan saya. Pekerjaannya juga sudah mapan. Yah, tipikal lelaki yang mantap untuk bisa diajak berumah tangga.
Tiga bulan lalu, saya nekat mengungkapkan ketertarikan saya kepada Danu melalui chat. Saya bilang kepadanya kalau saya menyukai dirinya. Gayung bersambut, ternyata dirinya juga menyimpan perasaan yang sama. Hati siapa yang tak gembira, Gus?
Sebulan kemudian, kami sepakat untuk bertemu. Saya menemui Danu di kota tempat dirinya berdinas kerja. Jujur, saya seneng banget bisa ketemu langsung sama Danu setelah sebelumnya saya cuma bisa melihat fotonya saja.
Walau saya bahagia akhirnya bisa bertemu dengan Danu, namun saya merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam diri saya. Saat bertemu dengan Danu, saya merasa segala bayangan saya tentang Danu ternyata tak sepenuhnya ada pada dirinya. Ehm, gimana ya bilangnya, pokoknya ia menjadi sangat berbeda ketimbang sosok dirinya di Facebook. Ia menjadi tak pintar-pintar amat, padahal kalau di Facebook, ia selalu terlihat cemerlang. Pun begitu juga dengan sikapnya.
Saya berusaha untuk menghalau pikiran ini, pikiran yang membuat keyakinan saya yang tadinya bulat berubah menjadi agak lonjong.
Apakah ini sebentuk keraguan? Saya merasa ini hal yang aneh, biasanya orang kalau sudah bertemu bakal semakin mantap, tapi kalau yang ini kok malah jadi ragu. Menurutmu, apa yang harus saya lakukan, Gus? Barangkali kamu punya saran buat saya.
~Indah
Jawab
Dear Indah yang baik hati.
Yang utama dari jawaban curhatan Anda ini adalah jangan pernah mempercayai sepenuhnya apa yang ada di media sosial, termasuk urusan pria.
Begini. Asmara yang baik akan selalu terbangun di atas fondasi-fondasi kepercayaan, dan kepercayaan yang baik tidak akan bisa didapatkan dari media sosial. Kenapa? Karena media sosial selalu penuh dengan kepalsuan. Yakini itu.
Sudah tak terhitung berapa kali saya bertemu dengan sosok yang sangat lucu di media sosial namun garingnya setengah mati di dunia nyata. Begitu pun dengan orang yang tampak agamis di media sosial namun ternyata keparat di dunia nyata.
Saya bukannya meragukan Danu, namun pahamilah jika Anda ragu setelah bertemu dengan Danu secara langsung, maka itu adalah hal yang sangat lumrah. Bayangan Anda tentang Danu yang selama ini terbentuk dari profil Danu di Facebook boleh jadi tak sesuai dengan kenyataan. Kenapa? Ya karena orang memang akan berbeda antara di Facebook dan di dunia nyata.
Di Facebook, orang bisa menampakkan apa saja yang ingin ia tampakkan. Mereka bisa menampilkan apa saja yang baik dan menyembunyikan apa saja yang buruk.
Saran saya sederhana, kalau memang ingin mencoba meyakinkan diri, sering-seringlah bertemu dengan Danu. Pelajari bagaimana sosok dirinya. Gali sebanyak mungkin apa yang bisa digali. Tentu saja jangan melalui Facebook.
Pancing dia dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat dia harus menjawab dengan spontan tanpa banyak berpikir. Sesekali buat dia jengkel dan lihat bagaimana dia mengelola emosinya. Ajak dia bertemu dengan kawan-kawan Anda dan lihat bagaimana dia bersikap.
Itu kalau memang Anda ingin membangun hubungan yang serius dengan Danu. Hubungan yang serius harus disertai pula dengan pengetahuan dan pengertian yang serius pula.
Dan ya, sekali lagi, hal-hal yang serius itu tak akan pernah Anda dapatkan di Facebook.
~Gus Mul