Curhat
Salam kenal, Gus Mul dan Cik Prim. Saya Ipul, dari Pekalongan.
Langsug saja ya. Jadi begini, Gus, Cik. Pada suatu ketika, saya pernah berdebat dengan pacar saya, debat kami sebenarnya adalah debat receh, debat soal memilih kepala daerah, dari mulai cabup-cawabup, cagub-cawagub sampai capres-cawapres. Namun karena kami berdua punya cara pandang yang sangat berbeda, jadilah debat kami menjadi debat yang sangat panas.
Saya merasa bahwa di tengah kondisi politik yang sangat busuk ini, golput adalah pilihan yang paling masuk akal. Saya meyakini, bahwa golput juga merupakan hak. Setidaknya hak untuk tidak memilih.
Saya pikir golput adalah pilihan yang paling bijak untuk menyikapi keboborokan demokrasi Indonesia ini.
Namun di lain pihak, pacar saya sangat berbeda pandangan dengan saya. Bagi dirinya, memanfaatkan hak pilih sebaik-baiknya adalah cara yang terhormat untuk ikut membangun negara ini. Mencoblos merupakan sikap mencintai bangsa dan negara ini, karena dari calon yang terpilih akan menentukan nasib negara di masa depan.
Kami berdebat dengan sangat keras. “Apa kamu nggak cinta sama tanah airmu sendiri?” begitu kata pacar saya.
Ujung dari perdebatan ini adalah, saya diputusin gara-gara saya memilih golput alias tidak menggunakan hak pilihnya untuk memilih siapa yang jadi pemimpin.
Nah, Gus Mul, Cik Prim, mohon masukannya agar aku dan dia bisa bersama lagi walau saya dan dirinya sangat berbeda secara pemikiran tentang cara mencintai tanah air dan bangsa ini.
Salam dari saya, Ipul di Pekalongan.
~Ipul
Jawab
Dear Ipul.
Saya benar-benar tertawa membaca curhatan sampeyan. Lha gimana nggak tertawa, baru pertama kali ini saya mendapati kisah pasangan yang putus hanya gara-gara perbedaan cara pandang golput. Konyol sekali.
Kalau putus karena perbedaan agama, itu wajar, sebab itu hubungannya memang soal keluarga. Kalau putus karena perbedaan pandangan politik yang sifatnya ideologis, misal yang satu militan PKS, dan yang satu militan PDIP, itu juga masih wajar. Tapi kalau beda yang satu golput dan yang satu tidak, hahaha, itu lucuuuu, dan nggapleki.
Dari curhat sampeyan, maaf sekali Ipul, saya punya analisis bahwa pacar sampeyan sebenarnya memang sudah tidak cinta sama sampeyan, atau yang lebih buruk, memang tidak pernah cinta. Cinta yang tulus dan sungguh-sungguh tidak akan tumbang hanya karena perkara golput.
Dia sebenarnya pengin memutuskan sampeyan dengan jujur, misal dengan alasan “kamu jelek”, “kamu kere”, “kamu terlalu koncil”, “kamu kurang racing”, atau alasan-alasan lain yang lebih masuk akal. Namun dia sungkan dan tidak tega, mangkanya dia pakai perbedaan pandangan soal golput sebagai alasan bagi dia untuk memutus sampeyan.
Itu analisis saya yang, semoga saja salah, namun saya yakin itu benar. Hahaha.
Jadi, Ipul yang baik hati. Untuk saat ini, yang sampeyan butuhkan bukan tips untuk bisa balikan lagi. Yang sampeyan butuhkan adalah kesadaran, bahwa dia memang tidak cocok untuk sampeyan.
Politik memang bangsat, Ipul. Tapi ingatlah, asmara jauh lebih bangsat.
~Agus Mulyadi