Tanya: Karena sering baca curhat di Mojok, saya jadi pengin curhat. Permisi, Mas, Mbak, kenalin: saya Onta Betina. Dengan nama itulah nomor saya disimpan sama pacar saya di hengponnya. Itu dulu. Kalau sekarang, nggak tahu deh.
Saya berdomisili di Klaten, kuliah di Jogja. Saya punya pacar yang umurnya selisih 5 tahun di atas saya. Pacar saya kuliah di Jogja juga. Kami mulai berpacaran sejak saya kelas 3 SMA. Waktu itu pacar saya sedang menyelesaikan skripsi. Walaupun sibuk, kami usahakan untuk ketemuan di stasiun karena dulu saya belum dibolehin pacaran. Saat pacar saya wisuda, saya datang dan dikenalin sama ortu dan keluarganya.
Kehidupan pacar saya semasa kuliah bisa dibilang sederhana. Baru-baru ini saya tahu kalau ternyata dia anak orang kaya, sementara keluarga saya biasa-biasa aja. Saya jadi rada gimana gitu.
Setahun terakhir ini kami LDR beda pulau karena dia pulang kampung. Kini dia sibuk kerja sehingga kami jarang berkomunikasi. Saya mencoba mengerti, memberi dia me time dengan nggak dikit-dikit chat atau telepon kayak zaman bocah dulu.
Tapi, kemudian makin sulit buat saya untuk mengerti. Di WhatsApp dia online terus, tapi nggak balas chat saya. Sesekali saya telepon, dia bicaranya bisik-bisik. Boro-boro video call, telepon aja nggak pernah bisa. Pikiran saya jadi ke mana-mana. Hati saya gelisah gundah gulana sedikit aja takut entar kemanisan. Saya curiga, jangan-jangan dia sedang dekat dengan cewek lain. Saya harus gimanaaa?
Ngomong-ngomong, pacar saya itu pintar, suka voli, buncit-buncit menggemaskan, tinggi, putih, dan sipit karena memang keturunan Tionghoa.
Jawab: Halo, Mba Onta Betina. Langsung Karjo jawab aja yha soalnya Karjo mau tahajudan~
Jadi, setelah membaca curhatan Mba Onta di atas, Karjo bisa simpulkan ada dua masalah utama yang sedang Mba hadapi. Pertama, perbedaan status ekonomi antara Mba Onta dan pacar mba. Kedua, kurangnya komunikasi saat kalian sedang menjalani LDR.
Seperti kata seorang filsuf Suriname bernama Takeshi Wangunwidjojo, “Semua masalah tidak akan jadi masalah jika tidak dianggap sebagai masalah.”
Masalah pertama, Mba Onta mendapatkan kenyataan bahwasanya pacar Mba ternyata dari keluarga tajir. Ini masalahnya di mana? Apa terus Mba jadi merasa minder karena dia dari keluarga tajir? Jika iya, ya sebaiknya sudahi saja hubungan kalian. Tidak ada gunanya pacaran jika terus-terusan merasa minder. Tapi jika tidak, ya sudah. Teruskan berpacaran sampai… sampai apa saya juga nggak tahu yang penting sampai aja.
Masalah kedua, Mba Onta curiga jangan-jangan pacar Mba sedang dekat dengan cewek lain. Kalian LDR dan jarang komunikasi. Sekalinya komunikasi, pacar Mba bicaranya bisik-bisik. Kecurigaan terhadap pasangan adalah hal yang wajar, apalagi bagi pasangan yang sedang menjalani LDR. Curiga perlu. Asal masih dalam batas wajar. Kalau rasa curiga sudah terlalu parah, ya sebaiknya sudahi saja hubungan kalian. Tidak ada gunanya pacaran jika terus-terusan mencurigai pasangan.
Tentang pacar Mba yang bicaranya bisik-bisik ketika ditelepon, mungkin itu karena dia sedang melakukan operasi mata-mata dan tidak ingin ketahuan pihak musuh. Tapi, bisa juga karena di sebelahnya memang sedang ada cewek lain.
Saran Karjo, cari pacar baru aja, Mba. Mba Onta cukup lucu terbukti dengan joke “gelisah gundah gulana sedikit aja takut entar kemanisan” itu. Karjo yakin masih banyak cowok lain yang mau menjadi pacar Mba Onta dan tidak bisik-bisik ketika menjawab telepon.
Ya udah gitu aja, Mba Onta. Karjo mau tahajudan dulu. Wassalam.
Anda dilanda masalah cinta? Punya problem dengan fenomena panjat sosial? Pusing menghadapi tekanan society? Atau butuh teman diskusi tentang rencana bisnis lele? Karjo, psikolog Mojok yang bukan insan tapi seekor sapi, siap menampung, menjawab, dan memberi pencerahan untuk masalah-masalah Anda. Caranya, kirimkan curhat dan cerita Anda ke redaksi@mojok.co dengan subjek Curhat Mojok. Curhat terpilih akan dijawab dan ditayangkan di Mojok.co.